Sukses

Remaja Pencetus Mogok Sekolah Jadi Calon Pemenang Nobel Perdamaian Termuda, Siapa Dia?

Bila aktivis perubahan iklim remaja dari Swedia itu menang, dia akan menggeser posisi Malala Yousafzai sebagai pemenang Nobel Perdamaian.

Liputan6.com, Jakarta - Di usia yang masih sangat muda, Greta Thunberg mengajak semua orang di seluruh dunia untuk panik. Apa alasannya dan siapa Greta? Tentu, ia punya alasan tersendiri untuk mengajak orang lain merasa panik terhadap perubahan iklim.

Hal itu bisa disimak di akun Instagram ‘World Ecomonic Forum’ pada 14 Maret 2019. Ia mengkampanyekan ancaman perubahan iklim dan melindungi planet.

Dia menantang para pemimpin dunia secara pribadi untuk mengatasi perubahan iklim di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB tentang perubahan iklim pada akhir 2018 dan di World Economic Forum (WEF) Davos pada Januari 2019.

"Saya ingin Anda panik. Saya ingin Anda merasakan ketakutan yang saya rasakan setiap hari. Kami berutang kepada orang-orang muda, untuk memberi mereka harapan," ucapnya.

Dilansir dari The Guardian, 15 Maret 2019, Greta adalah aktivis lingkungan berusia 16 tahun yang berasal Swedia ini. Usahanya dalam mengkampanyekan ancaman perubahan iklim dan melindungi planet, menginspirasi remaja lainnya di seluruh dunia.

Ia pun masuk dalam daftar calon peraih Nobel perdamaian di tahun ini yang direkomendasikan oleh parlemen. Kalau terpilih, ia akan menjadi peraih Nobel termuda sepanjang sejarah setelah Malala Yousafzai, aktivis asal Pakistan, yang mendapatkan Nobel saat berusia 17 tahun.

Gerakan ancaman perubahan iklim yang diusung Greta dianggap berkontribusi besar pada upaya perdamaian dunia. Pendaftaran dirinya sebagai salah satu nominaor sudah dilakukan pada Januari 2019 dan pemenang Nobel Perdamaian akan diumumkan pada 11 Oktober 2019.

2 dari 2 halaman

Mogok Sekolah

Pada Agustus 2018, di usia 15 tahun, Thunberg menarik perhatian dunia ketika ia bolos sekolah dan duduk di tangga gedung parlemen Swedia selama tiga minggu. Ia menuntut pemerintah berbuat lebih banyak untuk mengatasi perubahan iklim.

Pada September 2018, dia melanjutkan usahanya dengan melakukan protes setiap Jumat. Sejak saat itu, sosoknya mendunia, memukau banyak anak muda yang kecewa pada orang dewasa atas lambannya penanganan perubahan iklim.

Pada Januari 2019, Greta sempat mengungkapkan bahaya perubahan iklim kepada para pemimpin dunia yang berkumpul untuk Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Yang terbaru, Greta Thunberg bersama ribuan murid sekolah lainnya berkampanye di depan gedung parlemen Swedia, Jumat, 15 Maret 2019. Kampanye ini merupakan bagian dari kampanye global mogok sekolah terhadap lambannya penanganan perubahan iklim.

Aksi mogok ini terinspirasi dari sosok Thunberg. Panita kampanye mengatakan kampanye serupa direncanakan akan berlangsung di lebih dari 2000 kota pada 123 negara.

Saksikan video pilihan di bawah ini: