Sukses

Sempat Dianggap Kriminal, Tato Kini Sudah Jadi Gaya Hidup

Tato sempat dianggap kriminal pada era 1980-1990-an, tapi kini keberadaan tato dianggap sudah jadi gaya hidup.

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan tato mulai bergeser beberapa tahun belakangan ini. Di Indonesia, tato mempunya perjalanan panjang dari tato tradisional hingga menggunakan mesin.

"Kita mempunyai sejarah panjang tentang tato. Mulai dari yang bersifat tradisional seperti di Mentawai hingga membuat tato dengan menggunakan mesin," ujar tatto artist dan pendiri Side Space Parlour, Nadya Natassya saat acara Unlearn the Rules di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa, 26 Maret 2019.

Nadya menyebutkan, pada era 1980-1990-an, tato kerap dikaitkan dengan sesuatu yang kriminal. Hal itu membuat banyak orang menghapus tato-tato yang berada di badannya.

"Tato terkesan sesuatu yang kriminal atau yang menyeramkan. Akhirnya, banyak orang yang menghapus menghapus tatonya. Salah satunya dengan jalan disetrika," ujar Nadya.

Persepsi orang terhadap tato sudah mulai bergeser belakangan ini. Perempuan yang akrab disapa Nadcil ini menyebutkan, tato bukan lagi sesuatu yang dianggap kriminal, tapi sebagai gaya hidup.

"Saya dua kali sehari menato. Tato sudah jadi lifestyle tiga tahun belakangan ini. Tempat pembuatan tato pun makin banyak dan maju bahkan sekarang pembuatannya pun pakai mesin," kata Nadya.

Nadya mengungkapkan dirinya mengenal tato sejak duduk di bangku SMP hingga menjadi hobi. Sejak usia 18, ia kemudian mempelajari secara mendalam, bahkan membeli mesin tato.

"Saya sempat addict dengan tato, tapi setelah beli mesin tato, saya berhenti menato badan saya. Sekarang saya fokus sebagai tattoo artist," kata Nadya yang juga berpesan kepada mereka yang ingin menato tubuhnya agar berpikir matang-matang agar tak menyesal di kemudian hari.

Saksikan video pilihan di bawah ini: