Liputan6.com, Jakarta - Batik adalah salah satu warisan leluhur yang sekarang menjadi kain adati paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Berbagai ragam motif dan warna menjadi ciri khasnya. Setiap motif pun memiliki makna dan arti cerita tersendiri.
Warisan leluhur ini sudah ada sejak zaman Majahit dan sangat populer pada abad ke-18. Ternyata batik yang berkembang saat ini sudah memiliki umur yang sangat tua.
Melansir dari buku Batik Warisan Adiluhung Nusantara karya Asti Musman dan Ambar B, berikut ini Liputan6.com merangkum enam batik tertua di Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Batik Keraton
Batik Keraton ditemukan di Yogyakarta dan Solo. Motif seni batik keraton memilki arti filosofi dan makna kehidupan. Gambarnya terlihat rumit, halus, dan memiliki beberapa warna seperti warna biru, kuning muda, serta putih.
Beberpa motif batik sudah dikenal dari abad ke-14 seperti motif kuno keraton seperti pola panji dan gringsing. Ada juga batik pola kawung yang diciptakan Sultan Agung pada 1613 sampai 1645, hingga motif parang, dan motif anyaman seperti tirta teja.
Batik ini dikenal di keluarga kerajaan, motif batik yang diperuntukan bagi raja dan keturunannya di lingkungan istana memiliki ciri khas tersendiri. Misalnya motif lereng atau parang merupakan motif khas batk Mataram.
Batik Cirebon
Motif batik megamendung merupakan salah satu ciri khas batik Cirebon. Motif ini merupakan akulturasi antara budaya Cina yang kemudian dikembangkan oleh seniman batik Cirebon. Â Bentuk gumpalan awan menjadi kekhasan motif batik megamendung dengan paduan warna tegas seperti biru merah.
Sejarah batik Cirebon terkait erat dengan proses asimilasi budaya serta tradisi ritual religius. Prosesnya berlangsung sejak Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam di Cirebon sekitar abad ke-16. Dimulai ketika Pelabuhan Muara Jati menjadi tempat persinggahan pedagang Tiongkong, Arab, Persia, dan India.
Ada pula yang menyebutkan batik megamendung merupakan ciptaan Pangeran Cakrabuana pada 1452 sampai 1479. Motif tersebut didapat dari pengaruh berbagai keraton di Cirebon karena pada awalnya seni batik Cirebon hanya di kenal di kalangan Keraton.
Batik Belanda
Masa penjajahan Belanda telah memberi pengaruh pada desain busana di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya motif batik Little Red Riding Hood yang merupakan suatu cerita dongeng yang berkembang di Eropa antara 1840 sampai 1940 di sekitar daerah pesisir.
Batik Belanda awalnya diproduksi di Pekalongan pada 1900. Beberapa pabrik yang besar memproduksi batik dilakukan oleh Mrs Eliza Charlotta van Zuylen dan Mrs L Metzelaar. Batik Belanda ini mulanya diprakarsai oleh Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles.
Batik Pekalongan
Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna dengan ciri khas batik pesisir dan ragam hiasnya bersifat naturalis. Jika dibandingkan dengan batik pesisir lainnya, batik ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan Cina dan Belanda.
Walaupun tidak ada catatan resmi kapan batik ini dimulai dikenal di Pekalongan, diduga batik Pekalongan sudah ada sekitar 1800. Data diperoleh dari Deperindag Pekalongan, motif batik ada yang dibuat dari 1802, misalnya motif pohon kecil pada bahan baju.
Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada 1825 sampai 1830 di Kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Terjadinya perang ini mendesak keluarga keraton serta para pengikutnya meninggalkan kerajaan.
Advertisement
Batik Lasem
Menurut sejarah industri batik nusantara kehadiran batik Lasem ini sudah ada sejak berabad silam. Awalnya batik Lasem ini menjadi batik Encim, batik yang dipakai oleh wanita keturunan Tionghoa yang berusia lanjut.
Pengaruh keraton juga ikut mewarnai corak dan motif batik Lasem. Terbukti dengan adanya motif kawung dan parang. Pengaruh budaya Cina sangat kental di pola batik ini, sedangkan pengaruh masyarakat pesisir utara terlihat pada kombinasi warna cerah merah, biru, kuning, dan hijau.
Diduga sekitar abad ke-16 sudah ada yang mulai membuat batik di Lasem. Industri mulai berkembang dan mencapai produksi masal di abad ke-19. Kemudian mencapai masa keemasan pada 1900-1942 saat Jepang masuk Indonesia.
Batik Imogiri
Motif batik yang khas di daerah Imogiri adalah batik motif Baito Geni atau kapal api. Wilayah ini terkenal sebagai tempat makan raja-raja Mataram. Motif ini merupakan salah satu motif yang pendapat pengaruh dari penjajah Belanda.
Hal mengejutkan diungkapkan oleh pendiri dan kurator museum lingkungan batik. "Saya terkaget-kaget orang Imogiri belum pernah melihat kapal, tapi saya belajar tesis De Graf di Imogiri itu banyak tawanan. Mungkin tawanan itu yang menggambarkan (kapal api) atau mungkin orang Imogiri yang pergi ke Tuban atau Rembang dengan lascar Sultan Agung saat menyerbu Batavia," ucapnya.
Catatan sejarah menyebutkan bahwa Sultan Agung yang menyerbu Batavia itu meninggal di wilayah Pleret, Bantul pada 1645. Diduga banyak prajurit Sultan Agung berasal dari wilayah Imogiri yang menyerang Batavia pada 1629. (Adinda Kurnia Islami)
Saksikan video pilihan di bawah:
Â