Liputan6.com, Jakarta - Bagi yang sering menonton drama Korea, pasti sering melihat adegan salah satu sosok menikmati ramyeon alias mi ala Korea langsung dari panci logam kuning. Mereka dengan lahap menyeruput mi yang baru matang panas-panas.
Chef Octavianus Ary menerangkan, panci tersebut didesain untuk menjaga panas lama dan merata. Bahannya biasanya aluminium atau stainless steel. Tujuannya agar mi ala Korea bisa matang sempurna dan rasa yang dihasilkan tetap enak.
Advertisement
Baca Juga
"Claypot (sebutan untuk panci) yang dipakai biasanya tebal sehingga bisa simpan panas lebih lama dan merata. Panas dari mi juga akan konstan," kata Octa, biasa dipanggil, di sela-sela peluncuran Nongshim's Farmer's Heart di Jakarta, Senin, 29 April 2019.
Panci yang dipakai sebaiknya tak terlalu besar. Ukurannya disesuaikan dengan porsi mi yang akan dimasak. Hal itu berkaitan dengan efektivitas panas yang dihasilkan.
Panas yang ada memancing pati yang terkandung dalam mi keluar. Kandungan pati menghasilkan rasa umami yang khas dan membuat kuah menjadi lebih kental.
Maka itu, kuah yang dipakai merebus mi Korea tak dibuang melainkan langsung dipakai untuk memasak bumbu dan bahan pelengkap lainnya. Biarkan semua bahan matang, bila perlu tambahkan sayuran atau keju di akhir proses agar rasanya tidak berubah.
"Mi dimasukkan setelah air mendidih. Dengan begitu, mi akan cepat terurai," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bahan Pelengkap
Agar rasanya lebih mirip mi Korea, Anda bisa menambahkan sejumlah bahan pelengkap yang sesuai. Biasanya, menurut Octa, orang Korea akan menambahkan daun bawang, potongan cabai atau cabai bubuk, bawang putih, kimchi, dan telur ke dalam mi.
"Bisa juga tambahkan sayuran, seperti sawi putih atau sawi hijau. Kalau mau menambahkan brokoli, sebaiknya dimasukkan di akhir saja agar tidak berubah rasa," katanya.
Mi juga bisa diperkaya dengan sumber protein lain. Anda bisa menambahkan daging atau keju, seperti mozzarella dan chedar, agar lebih bergizi.
Bila bosan mengolah mi dengan cara tersebut, Anda bisa membuatnya dalam wujud lain. Contohnya, martabak mi atau pancake mi. Meski begitu, Octa menyarankan untuk membatasi konsumsi mi hanya seminggu sekali.
"Soalnya, waktu untuk digest mi hingga dikeluarkan tubuh itu lebih dari 48 jam. Lagipula, apapun yang berlebihan kan tidak baik," katanya.
Advertisement