Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar Focus Group Discussion (FGD) Storytelling Pengembangan Heritage Tourism di kawasan Candi Borobudur. Kegiatan ini digelar Hotel Pesona Malioboro, Yogyakarta, Rabu 22 Mei 2019.
FGD ini bekerja sama dengan Tim Storytelling - Prodi S2/S3 Kajian Pariwisata Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Dihadiri Akademisi, Praktisi, Industri, Pemda terkait dari Propinsi Jateng, Kota Surakarta, Kota Yogya dan Kota Semarang.
Ada sejumlah narasumber yang dihadirkan. Di antaranya Hendrie Adji Kusworo (Ketua Tim Storytelling UGM), Tri Kuntoro Priyambodo (Penyusun Storytelling UGM), Tendi Nuralam (Ketua TPP WSRTSB) dan Agus Hartono (TPP WSRTSB).
Advertisement
Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, FGD ini sebagai langkah upaya memancing wisatawan mancanegara (wisman). Caranya dengan menampilkan kemewahan budaya di Indonesia melalui Storytelling.
"Borobudur merupakan DPP Prioritas yang disupport oleh Kementerian Pariwisata, yang fokus pada tema Sustainable Tourism. Terkait Storytelling menjadi salah satu dari upaya melestarikan budaya melalui cerita Sejarah dan Legenda yang diharapkan dapat diaplikasikan pemanfaatannya pada Trail of Heritage Tourism," jelas Giri Adnyani.
Giri menjelaskan, FGD ini diadakan untuk Validasi Manuskrip Storytelling Pengembangan Heritage Tourism. Yang output-nya adalah Buku Storytelling Heritage Tourism di Kawasan Candi Borobudur.
"Buku Storytelling Heritage Tourism ini akan dimanfaatkan oleh pemerintah, stakeholders terkait serta pemangku kepentingan lainnya. Seperti ASITA, PHRI, HPI dalam pelaksanaan Kepariwisataan melalui Wisata Budaya yang meliputi Wisata Sejarah, Wisata Religi, Wisata Tradisi dan Seni Budaya," tutur Giri.
Dari hasil pembahasan dalam FGD, draft buku ini masih berkonsep tentative untuk bisa direvisi oleh Kementan maupun Audience. Fondasi Ceritanya adalah hubungan emosi kepada pendengar atau wisatawan ketika mendengar narasi yang menarik atau hidup.
Kawasan Candi Borobudur sebagai situs pusaka menyimpan ribuan narasi, sayangnya narasi ini ditidurkan dalam bingkai statis yang bersifat selektif. Terlalu banyak narasi menjadi membuat rasa bingung dan tidak mendapat experience yang berharga," ungkapnya.
Dalam buku storytelling ini, akan ada delapan narasi yang dituliskan pada Legenda Borobudur. Yaitu Mengarungi Lautan: Kejayaan Maritim Nusantara, Mitos dan Sakralitas: Cerita Rakyat dan Ritual, Pustaka Teknologi dan Pengetahuan Alam, Berjalan dalam Waktu: Rekonstruksi Borobudur, Alam Nusantara: Flora dan Fauna, Tanah Jawa: Geologi dan Area Kawasan Candi, Makhluk Astral dan Surgawi, dan Spiritual Travel: Karma dan Kejayaan Siklus Hidup yang dapat diwujudkan menjadi tema perjalanan di Kawasan Candi Borobudur.
Sehingga dalam FGD ini untuk menentukan action plan dalam pengembangan storytelling Borobudur membutuhkan dua hal, yakni mengelola, mengemas, mengkreasi legenda Borobudur melalui thematik travel dan fasilitas pendukung, kemudian pengembangan pengelolaan serta kompentensi pemandu wisata.
"Kunci kesuksesan dari menghidupkan narasi dalam aktifitas pariwisata ini tidak lepas dari usaha untuk menyesuaikan arus psikologi pengunjung dengan aktivitas penceritaan 8 (delapan) narasi tersebut," jelasnya.
Asdep Pengembangan Wisata Budaya Kemenpar Oneng Setya Harini menambahkan, Storytelling dibutuhkan karena narasi sangat berpengaruh pada perpindahan wisatawan yang terencana. Menurutnya, Storytelling harus ditunjang dengan Storyline dan juga perencanaan yang terstruktur
"Storytelling yang menarik bisa menjadi nilai jual yang tinggi. Sehingga harus Ada standarisasi untuk Pramuwisata untuk bisa menceritakan 8 narasi besar sehingga bisa terangkat (Pramuwisata)," ujar Oneng.
Dikatakannya, indikator klasifikasi harus dijelaskan di dalam buku agar sesuai segmentasi pasarnya. FGD ini juga mencari cara bagaimana inti dari proses menghidupkan narasi dalam meningkatkan pengalaman berwisata, terutama pada situs-situs warisan dunia.
"Buku ini mengulas mengenai langkah dan signifikansi pengelolaan pengalaman wisatawan Borobudur melalui dua hal. Yakni pengemasan thematic travel berserta kreasi fasilitas pendukung dan pengembangan pengelolaan serta kompetensi pramuwisata dalam meningkatkan pengalaman narasi," papar Oneng.
Storytelling milik UGM sangat ditunggu oleh pramuwisata, tim pramuwisata juga siap membantu jika dibutuhkan (Pramuwisata)
FGD kedepan diharapkan bisa berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan untuk menjadi bahan referensi untuk pendidikan (Dispar Prov Jateng). Tim Storytelling juga akan merivisi dengan membuat travel pattern dengan berkolaborasi dengan kota di wilayah Yogyakarta
"Setelah lebaran Kementerian Pariwisata akan menguji 8 narasi milik UGM di kawasan Candi Borobudur. Diharapkan bisa dibuat Standarisasi, Indikator, dan Travel Pattern untuk Storytelling Kawasan Candi Borobdur. Serta buku-buku resmi agar tidak melebar disaat pelaksanaan," pungkasnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, menghidupkan narasi Borobudur merupakan hal penting dalam proses perkembangan pariwisata di Indonesia. Ini juga sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya dan lebih lanjut merawat kemanusiaan dan peradaban.
"Narasi yang berlimpah di Borobudur perlu untuk dihamparkan kembali melalui cerita yang dikelola untuk memaksimalkan pengalaman wisatawan. Sehingga dalam hal ini, narasi tidak lagi hanya bersifat informatif tetapi berperan lebih aktif dalam pengembangan pengetahuan individu, narasi bersifat edukatif, menghibur, serat nilai dan mentransport emosi pendengarnya; sebuah legenda," jelas Menpar Arief Yahya.
Dari kisah yang terus hidup dan berlanjut, lanjut Menpar, muncullah cerita yang memantik setiap pengunjung secara personal untuk menjadi seorang pencerita kepada seseorang lainnya.
"Dengan sendirinya akan menjadi sebuah pelestarian warisan pengetahuan yang terus berkembang dan meluas secara kontekstual. Sekaligus meningkatkan pengalaman para wisatawan dalam berinteraksi dengan destinasi yang dipilihnya," pungkas Menpar Arief Yahya.