Liputan6.com, Jakarta Menteri Pariwisata, Arief Yahya punya jurus ampuh untuk memancing wisman ke Indonesia. Di sela Famtrip ke Batam dan Bintan, 8 travel agent China dikumpulkan di Hotel Aston. Semuanya langsung diajak meracik paket wisata menarik. Semuanya dikonekkan dengan paket hot deals dan tourism hub Singapura.
Travel Dialogue di Lily Meeting Room Hotel Aston, Jumat (31/5), langsung senyap. Semua terlihat serius menyimak paparan planning kerjasama yang sulit ditolak.
Topik pertama yang didiskusikan adalah hot deals. Topiknya sangat seksi. Sangat sulit untuk ditolak. Dan semuanya dipresentasikan dengan sangat oke oleh Organizing Committee Program Hot Deals Kepri Christine Besinga.
Advertisement
"Silakan create paket menarik bersama industri di Kepri. Ada banyak hal yang bisa di bundling dengan harga menarik," tutur Kristin.
Ide dasar Hot Deals adalah memberikan tawaran yang “more for less.” you get more, you pay less,". Konsumen mendapat super banyak, tapi mereka membayar super murah.
Pertanyaannya, bagaimana bisa? "Bisa, caranya menggunakan konsep sharing economy yaitu memanfaatkan excess capacity. Daripada excess capacity itu tak terjual sama sekali, lebih baik dijual murah alias diskon besar-besaran," tambahnya.
Setelah menebar virus" hot deal, jurus tourism hub Singapura ikut dimainkan. Strateginya sangat oke dimainkan tim Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata II. Divisi yang menangani pasar yang jauh, di luar ASEAN dan Australia.
"Ini saya sebut sebagai strategi menjaring di kolam tetangga yang sudah banyak ikannya. Maksudnya, kita menarik para wisman yang sudah berada di hub regional seperti Singapura untuk melanjutkan berlibur ke Indonesia," tutur Menpar Arief Yahya.
Salah satu persoalan pelik pariwisata Indonesia memang terletak di minimnya direct flight dari originasi. Direct flight kita misalnya dari originasi China mencapai 50%. Artinya 50% sisanya masih transit dari Singapura, Kuala Lumpur, atau Hong Kong.
"Akan jauh lebih mudah jika kita “menjaring” di hub-hub regional yang sudah banyak wisatawannya," tambahnya.
Bagaimana potensi “menjaring di kolam tetangga” ini?
Deputi Pengembangan Pemasaran II Kemenpar, Nia Niscaya langsung menjawabnya dengan tone optimistis. "Tiap tahun, estimasi jumlah orang asing yang masuk via bandara Singapura (selain orang Indonesia) hampir mencapai 12 juta pax.
Rinciannya, 32% dari ASEAN minus Indonesia; 22% dari China-Hong Kong; 17% dari Asia-Pasifik; 14% dari Asia Tengah, MEA, Afrika. Sisanya dari Eropa dan Australia. Artinya peluang kita untuk menggaet wisman yang jumlahnya sekitar 11 juta lebih itu masih terbuka luas," terang Nia.
Lalu caranya bagaimana? "Salah satunya lewat ya lewat kerjasama yang dibicarakan di Travel Dialogue ini. Peluangnya sangat besar karena sesungguhnya Singapura bukanlah tourism hub, tapi transportation hub. Transportation hub adalah bagian dari tourism hub. Dengan demikian orang yang datang di Singapura bisa dialirkan ke Indonesia," timpal Vinsensius Jemadu, Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran II Regional I Kemenpar.
(*)