Sukses

Kuliner Malam Jumat: Sejarah Nasi Bebek Mak Isa yang Nikmat Bukan Kepalang

Tak hanya eksis sejak 1991, Nasi Bebek Mak Isa terus berkomitmen untuk mempertahankan kenikmatan sajian demi kepuasan pelanggan.

Liputan6.com, Jakarta - Malam belum terlalu larut ketika pembeli tak henti berlalu-lalang di sebuah rumah makan di kawasan Cipinang, Jakarta Timur. Mereka menanti giliran dengan saksama untuk dapat menikmati hangatnya seporsi nasi bebek. Ada yang makan di tempat, namun ada pula yang lebih memilih untuk dibungkus.

Rumah makan yang didominasi cat warna hijau itu menempatkan gerobak besar dengan kaca transparan bertuliskan "Nasi Bebek Titipan Ilahi". Di dalamnya berjejer wadah-wadah besar yang berisi potongan-potongan bebek yang telah matang serta semangkuk besar sambal.

Pada tembok dekat rolling door, tertancap sebuah papan besar warna merah berpadu putih. Rumah makan itu bernama Nasi Bebek Mak Isa yang berlokasi di Jalan Raya Bekasi Timur, Cipinang, Jakarta Timur.

Bagi Anda pecinta sajian nasi bebek tentu sudah tak asing dengan rumah makan ini. Namanya tidak hanya hits karena telah berdiri sejak 1991, tetapi Mak Isa, demikian sang pemilik akrab disapa, konsisten mempertahankan rasa dan kualitas untuk kepuasan pelanggan.

"Nomor satu saya selalu menjaga kualitas, kedua dengan menjaga pembicaraan dan pelayanan. Alhamdulillah langganan nggak ada yang bosan dari awal sampai sekarang, nggak ada berubah," kata Isa, pemilik Nasi Bebek Mak Isa kepada Liputan6.com di kawasan Cipinang, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

Suguhan terbaik dipersembahkan Mak Isa merujuk pada pemilihan bahan-bahan berkualitas sebut saja dari bebek, beras, hingga cabai segar yang dibeli langsung dari induk di pasar.

"Beras yang paling mahal Rp 650 ribu yang 50 kg. Sambal di mana-mana sama tapi racikan beda, kita beli semua super alami ke induknya langsung ke Kramat Jati, cabai yang super. Ukuran-ukuran sudah di hati saya, kalau bebek sekian, cabainya sekian" lanjut perempuan asli Madura, Jawa Timur tersebut.

Nasi Bebek Mak Isa buka setiap hari dari pukul 05.00-23.00 WIB. Jam-jam paling ramai adalah saat makan siang yang dipadati oleh orang-orang kantor hingga pukul 14.00 WIB. Lalu, pembeli kembali membeludak ketika magrib.

Jika Anda berniat untuk menyantap sepiring nasi bebek di Nasi Bebek Mak Isa pada malam hari, pastikan tidak datang terlalu larut. Hal ini dikarenakan persediaan dapat habis di waktu-waktu yang tak terduga.

Saat Liputan6.com singgah sekitar pukul 20.00 WIB, satu per satu bebek mantap diborong pembeli. Ketika persediaan hari itu telah ludes, lampu di rumah makan dan gerobak pun dipadamkan. Tak sedikit pembeli yang sudah datang menelan rasa kecewa karena tidak kebagian.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Proses Masak hingga Tak Buka Cabang

Sebelum membuka rumah makan, Mak Isa yang dibantu beberapa pegawai mempersiapkan berbagai hal, mulai dari memotong dan menggoreng bebek, memasak nasi hingga membuat sambal.

Sedangkan untuk siang hari, ia menyiapkan minimal 80 ekor bebek. "80 ekor nggak dipisah tapi dicampur cuma terserah pelanggan suka bagian yang mana," jelas Mak Isa.

"Kalau siang minimal 80 ekor dari jam 07.00. Kalau buat pagi, jam 04.00 mulai masak sampai jam 10.00. Jam 05.00 sudah mulai sampai anak datang jam 13.00, saya salat dan istirahat ganti anak pertama, lalu anak kedua yang cewek," kata Mak Isa.

Untuk urusan berjualan, ketiga buah hati Mak Isa juga turut ambil bagian. Umar, putra sulungnya bertugas saat makan siang, lalu Holilah, putri keduanya bertugas pada malam hari. Sementara, buah hati ketiga Mak Isa, Safiudin, ikut bantu-bantu di rumah makan sang ibunda.

Sementara, satu porsi nasi bebek dijual seharga Rp 20 ribu, jika membeli bebek saja Rp 18 ribu. "Semua bagian harganya sama saja, ada paha, dada, dan sayap. Tapi memang paling banyak dicari itu bagian dada," tambahnya.

Sementara itu, Mak Isa menegaskan bahwa ia tidak membuka cabang dan rumah makan Nasi Bebek Mak Isa hanya ada di Cipinang, Jakarta Timur.

"Saya nggak punya cabang hanya di sini saja. Orang-orang datang dari Kuningan, Gatot Subroto, Tanah Abang, Mangga Dua, Priuk, Pluit, Bekasi, Pondok Gede, Jatiwaringin, semuanya telepon ke saya kalau tanggal muda order sampai nggak ketolong. Alhamdulillah," lanjutnya.

3 dari 3 halaman

Perjalanan Kesuksesan Nasi Bebek Mak Isa

Untaian kisah panjang mengiring perjalanan kesuksesan Nasi Bebek Mak Isa. Kendati demikian, Mak Isa mengakui bahwa hidangan bebek yang disajikan kini merupakan resep dari sang nenek yang telah ia resapi jauh sebelum membangun usaha.

Cerita dimulai ketika Mak Isa ingin ikut sang suami bekerja di Jakarta. Sesampai di ibu kota, ia dipercaya menjadi tukang masak bos suaminya yang merupakan pengusaha besi tua.

"Saya ngeluh ke bos saya ke Jakarta jadi tukang masak, sama saja kayak di kampung, nggak ada perkembangan. Saya bilang 'Pak haji carikan tempat pengen jualan'. Akhirnya, suami saya minta dagang kayu, saya nggak bisa. Lalu, ada warung nasi di pinggir kali, yang punya mau nikah manggil saya buat ganti warung," ungkap Mak Isa.

Kala itu, ia membuat masakan khas Madura dan mendapat respons baik dari sekitar, warungnya ramai dikunjungi. Salah seorang tukang kayu menyarankannya untuk membeli bebek.

"Saya beli dua dipotong dimasak habis. Besok tiga, habis terus nambah. Akhirnya, orangnya datang saya sama suami dibikinin tempat, kayu dibagi dua. Saya buka nasi bebek sama soto," tambahnya.

Waktu berjalan, dari mulut ke mulut warung Mak Isa kian tersohor. Ia juga merambah ke dunia katering untuk kepolisian.

"Ada ratusan aparat waktu itu dan akhirnya minta katering ikan bandeng 500 bungkus. Brimob besok minta nasi bebek, telor, diseling-seling. Brimob datang ke warung pokoknya banyak yang datang," kenangnya.

Setelah menjalankan usaha nasi bebek, cita-cita Mak Isa untuk memiliki rumah terwujud. "Allah mengizinkan saya bisa beli rumah. Saya mobil belakangan, ingin buat kenang-kenangan daftar haji dua tahun berangkat 2007. Saya pulang masih maju terus, orang beli nasi bebek antrenya kayak pasar," lanjut Mak Isa.