Liputan6.com, Jakarta Festival Crossborder Keerom 2019 bakal kembali digelar, 21-23 Juni mendatang. Agenda ini cukup mengejutkan, karena event serupa sudah digelar awal Mei lalu. Rangkaian acara pun masih dipusatkan di Lapangan Swakarsa. Akankah kegiatan ini mampu mengulang sukses sebelumnya?
Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Ricky Fauziyani mengatakan, untuk kegiatan nanti panitia tidak lagi menghadirkan bintang tamu Ras Muhamad. Pengisi acara dipercayakan pada Setia Nada (21 Juni), Pikasi Native Yatez (22 Juni), dan Monkey Boots (23 Juni).
“Festival Crossborder Keerom memilik potensi luar biasa dalam mendatangkan wisatawan perbatasan. Tingginya animo penonton membuat panitia sepakat menggelar acara serupa, meskipun hanya berselang sekitar satu bulan dari kegiatan sebelumnya,” ujar Ricky, Sabtu (15/6).
Advertisement
Menurutnya, Festival Crossborder Keerom adalah event yang digulirkan Kementerian Pariwisata. Sesuai dengan nama kegiatan, event ini dimaksudkan untuk menarik wisatawan di perbatasan. Tak hanya panggung hiburan, Festival Crossborder Keerom juga diisi dengan berbagai kegiatan. Antara lain games, bazaar, dan parade kesenian tradisional.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menjelaskan, Keerom memiliki potensi besar di bidang pariwisata. Terlebih, posisi daerah ini sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Artinya, Festival Crossborder Keerom akan mendorong arus kunjungan wisman yang secara otomatis juga akan berdampak positif pada ekonomi masyarakat setempat.
“Dengan wilayah seluas 9.365 kilometer persegi, Keerom terbagi dalam 11 distrik. Dimana, 5 distrik diantaranya berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Yaitu Distrik Arso Timur, Towe, Senggi, Waris, dan Web. Selain Keerom, kabupaten lain yang bersinggungan langsung dengan Papua Nugini adalah Jayapura, Pegunungan Bintang, dan Merauke,” bebernya.
Rizky berharap, Festival Crossborder Keerom mampu menarik lebih banyak wisatawan, baik wisnus maupun wisman. Jika tahun lalu event ini mampu meraup 27.000 wisatawan, maka tahun ini target bisa 30.000 wisatawan.
“Keerom memang luar biasa. Antusias masyarakat sekitar sangat tinggi. Mereka sangat mengidolakan Ras Muhammad, sehingga sayang jika melewatkan penampilannya. Secara keseluruhan, Festival Crossborder Kerom sudah menunjukan kapasitas sebagai tambang wisman,” jelasnya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku sangat mengapresiasi Festival Crossborder Keerom. Selain berpotensi besar mendulang wisman, tahun 2018 lalu event ini bahkan sukses membawa Kemenpar menjadi The Best Ministry of Tourism se-Asia Pasifik.
“Formulasi terbaik untuk menarik kunjungan wisman harus diberikan. Dalam hal ini, konsep musik reggae memang masih menjadi magnet untuk menarik wisatawan. Namun begitu, inovasi dan penyegaran kemasan jangan sampai dilupakan. Jangan sampai masyarakat dan wisatawan bosan,” ingatnya.