Liputan6.com, Jakarta - Nama I Wayan Mudana memang tak setenar nama Nyoman Nuarta, tapi kemampuannya mengukir kayu untuk menjadi patung tak bisa diremehkan. Keterampilannya itu diasah sejak usia muda.
Sosok Mudana dikenal dengan gaya khasnya yang menggabungkan seni tradisional dengan sentuhan estetika modern. Karyanya menjadi sangat terkenal di Bali hingga menarik banyak perhatian dari mancanegara.
I Wayan Mudana adalah salah satu seniman ukir kayu yang kisahnya diceritakan dalam buku yang berjudul "Balinese Woodcarving - A Heritage to Treasure" dari Mowilex. Buku ini merupakan salah satu apresiasi kepada para pemahat kayu yang melestarikan sejarah dan budaya Bali. Selain itu, buku ini juga sebagai inspirasi untuk mendorong lahirnya karya-karya baru oleh para seniman Bali, khususnya seni patung dan topeng.
Advertisement
Baca Juga
Kesuksesan pria berusia 64 tahun ini bukan seperti membalikkan tangan. Karya patungnya pertama kali terjual hanya seharga 1 Ringgit saat usianya masih muda.
Sejak itu, ia sering tidak bisa tidur setelah karyanya laku terjual. Mudana selalu berpikir keras untuk mencipatakn karya-karya terbaru yang akan ia ciptakan selanjutnya.
Patung-patung yang dibuat oleh keajaiban tangan Mudana ini terkesan hidup dan disertai kisah yang indah di dalamnya. Keadaan tersebut tergambar jelas saat melihat hasil karyanya secara visual. Di dalam karyanya, Mudana memperlihatkan nilai proses pembuatan karya sehingga kita ingin mencari tahu bagaimana sentuhan pengrajin ukiran kayu ini meniupkan napas ke dalam setiap karya besarnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :
3 Patung Ternama
Karya Mudana kini tersebar di berbagai negara, khususnya Jerman. Dalam buku Balinese Woorcarving terdapat tiga karya ciptaan I Wayan Mudana yang sangat terkenal,.
Ketiganya terdiri dari Patung Dewi Ratih yang menggambarkan kecantikan seorang Dewi Bulan dalam kepercayaan Hindu indu yang disembah di Jawa dan Bali, Patung Dewi Sita dan Rusa Emas Dewi yang digambarkan pada cerita Ramayana, dan Patung Sri Ganesha yang memiliki keunikan tersendiri saat Mudana membuatnya.
Sebagian besar karya Mudana diciptakan melalui ritual keagamaan dan doa yang dipanjatkan. Ritual tersebut yang dimaksudkan untuk mendapat Taksu.
Bagi masyarakat Bali, Taksu menentukan keberhasilan dalam segala aspek hidup. Mudana percaya bahwa dengan ritual akan ada pencerahan saat membuat setiap karyanya. Menurut Mudana, kunci untuk mengerjakan karyanya juga dengan mencari bimbingan dan pencerahan dari Yang Kuasa.
Mudana percaya bahwa warisan seni ukir kayu Bali akan selalu bertahan, karena diperkuat oleh keterampilan luar biasa yang dimiliki oleh para pemahat seni ukir kayu di Bali. Walaupun industri ukiran ini terlihat seperti tertidur pulas, sebenarnya industri tetap produktif dan pada akhirnya akan selalu diterima dengan baik di berbagai kalangan.(Devita Nur Azizah)
Advertisement