Liputan6.com, Jakarta - Masalah polusi udara jadi satu dari sekian banyak masalah yang belum dituntaskan. Padahal udara atau oksigen merupakan faktor yang penting dalam hidup dan kehidupan.
Namun, seiring dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta berkembangnya transportasi, maka kualitas udara pun mengalami perubahan yang disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara.
Berdasarkan data dari AirVisual yang dirilis Selasa pagi, 25 Juni 2019, Jakarta merupakan kota dengan tingkat polusi udara terburuk di dunia. Ibu Kota lebih tercemar dari Lahore (Pakistan) dan Hanoi (Vietnam), yang masing-masing berada di peringkat dua dan tiga.
Advertisement
Baca Juga
Namun hal serupa tak akan kita jumpai di pulau Gili Iyang atau Giliyang di Dungkek, Sumenep, Jawa Timur. Pulau kecil tersebut merupakan bagian dari pulau-pulau kecil di Madura.
Pulau-pulau kecil tersebut punyai awalan nama yang sama dengan pulau-pulau kecli yang ada di Lombok yaitu Gili. Selain namanya yang sama, keindahannya juga tak kalah dengan gili-gili yang ada di Lombok.
Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Sumenep dan berbagai sumber lainnya, Giliyang punya daya pikat sebagai wisata kesehatan karena terkenal dengan kadar oksigen tertinggi di Indonesia dan bahkan di dunia, yaitu 21,5 persen. Jumlah tersebut lebih tinggi dari kadar oksigen rata-rata yang sebesar 20 persen.
Dengan kualitas oksigen yang terbaik, Giliyang sering dijuluki Pulau Oksigen atau Pulau Oksigen Giliyang. Pada 2015, pulau ini termasuk dalam objek wisata kesehatan di Indonesia.
Untuk bisa menuju Giliyang, kita harus ke Desa Dungkek terlebih dahulu lalu menyewa perahu yang berada di Pelabuhan. Lama perjalanan menuju lokasi sekitar 45 menit. Di Giliyang, pengunjung bisa memulai aktivitasnya dengan menelusuri seluruh pulau dengan trekking atau menyewa odong-odong, kendaraan roda 3 khas masyarakat setempat.
Sama dengan Gililabak yang merupakan tetangga Giliyang, masyarakat disini masih banyak yang tidak mengerti bahasa Indonesia jadi masih menggunakan daerah, yaitu bahasa Madura. Jadi disarankan menyewa pemandu yang menguasai bahasa lokal agar bisa lancar berkomunikasi dengan masyarakat setempat.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Udara Segar, Hati Senang, Umur Panjang
Usai menelusuri seluruh pulau, kita dapat mengisi waktu dengan aktivitas air seperti snorkeling atau diving, Keindahan bawah laut disini hampir sama dengan yang ada di Lombok.
Hal yang paling unik dari Giliyang adalah ketika Anda mengengelingi seluruh pulau, secara tidak langsung menambah kesehatan dan membuat Anda awet muda. Itu karena kandungan oksigen yang sekitar 21 sampai dengan 21,5 persen tadi.
Angka tersebut didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Balai Besar Teknis Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jawa Timur pada 2006. Penelitian serupa dilakukan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumenep pada 2016. Hasilnya juga sama yaitu sekitar 21-21,5 persen.
Kandungan oksigen yang ada di Giliyang bahkan lebih tinggi dari Laut Mati di Yordania yang membuat Giliyang menjadi daerah dengan oksigen tertinggi di dunia.
Selain mengandung oksigen yang tinggi, pulau ini juga jauh dari kata polusi karena jarangnya kendaraan bermotor yang melintas. Kandungan karbondioksida yang ada di gili ini hanya sekitar 265, sementara tingkat kebisingannya hanya 36,5 dbl. Jadi, selain udaranya menyegarkan suasananya juga menenangkan hati sehingga banyak penduduknya yang berumur panjang
Tak heran jika warga di Giliyang berumur panjang. Kakek nenek yang berumur 80 saja masih terlihat bugar dan sehat, bahkan konon ada yang sampai berumur 175 tahun!
Advertisement
Pepohonan Rimbun di Pantai
Kandungan oksigen yang tinggi bukan hanya berasal dari banyaknya pepohonan yang masih rimbun, tapi juga dari perputaran udara yang terjadi di pantai. Pantai di pulau tersebut ditumbuhi banyak pohon sehingga membuat suasana di pantai cukup dingin dan terhindar dari terik matahari.
Selain pasir pantai yang putih, disini juga terdapat batu karang yang menghiasi pantainya.Kita juga bisa menemukan tumpukan tulang yang sengaja dipajang oleh warga sekitar. Tulang tersebut merupakan tulang ikan paus yang sengaja dipajang agar dilihat para wisatawan.
Di Giliyang juga terdapat banyak gua. Ada sekitar 17 gua yang ada di pulau ini. Salah satunya adalah Goa Air dengan kedalaman 150 meter. Walaupun lokasinya berdekatan dengan pantai namun air yang ada disini adalah air tawar.
Satu hal lagi yang membuat tempat ini begitu alami, yaitu tak ada aliran listrik sampai dengan 2017. Sebelumnya, untuk memenuhi kehiudupan mereka, masyarakat Giliyang menggunakan lampu berbahan minyak dan aki sebagai penerangan.
Hanya sebagian dari masyarakat ini yang menggunakan panel surya. Baru pada 2017, aliran listrik akhirnya masuk ke tempat ini. Namun sampai dengan Mei 2019, aliran listrik di Giliyang hanya selama 12 jam dalam sehari, sedangkan beberapa pulai tetangganya sudah mencapai 24 jam dalam sehari.
Jadi buat Anda yang ingin merasakan kehidupan yang menyatu dengan alam dan menyehatkan karena memiliki kadar oksigen yang tinggi, sangat disaarankan mengisi liburan akhir pekan denan bertandang ke Giliyang.