Liputan6.com, Jakarta Eksotisme Tanah Papua selalu menarik untuk dieksplorasi. Keindahan alamnya sangat luar biasa. Keunikan budayanya selalu mampu membuat wisatawan datang. Seperti halnya Festival Lembah Baliem (FLB). Tahun ini festival tersebut akan kembali hadir pada 7-11 Agustus 2019.
"FLB menjadi sebuah festival yang wajib dikunjungi. Eksistensinya sudah tidak diragukan. Festival ini telah dilaksanakan selama 30 tahun lamanya, bahkan menjadi festival tertua di Papua," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, Kamis (27/6).
Memang tak dapat dipungkiri, FLB menjadi sajian yang selalu dinanti para turis setiap tahunnya. Tahun lalu, festival dikunjungi tidak kurang dari 3.000 wisatawan, 1.000 di antaranya merupakan turis mancanegara.
Advertisement
Kepala Dinas Kabudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayawijaya, Alpius Wetipo mengatakan, perhelatan FLB tahun ini akan spesial. Rangkaiannya ada karnaval budaya nusantara yang akan diparadekan oleh para siswa-siswi dari mulai TK, SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi serta paguyuban kesenian. Selain itu akan ada kegiatan paralayang, pasar festival night market, hingga pertunjukan parade tarian kolosal yang dibawakan oleh 500 penari. Tarian ini berkisah tentang peradaban Suku Dani sebagai Warisan Dunia.
Lalu akan ada pemecahan rekor pembuatan Noken Raksasa (tas khas masyrakat Papua) setinggi 30 meter yang akan masuk di rekor Museum Rekor Indonesia (MURI). Dimana pemecahan rekor ini merupakan pemecahan rekor MURI kedua setelah tahun kemarin ada pemecahan Rekor MURI yakni tombak perang terbanyak dan terbesar.
"Selain itu, pengunjung bisa menikmati paralayang dengan ketinggian tertinggi di sana, 2.400 mdpl selama satu jam. Lalu melihat tradisi memasak menggunakan uap bakar batu dan tentunya ciri khas lainnya, seperti kuliner maupun pakaian," ucapnya.
Bupati Jayawijaya, John Richard Banua pun menggaransi jika perhelatan tahun ini akan berkelas. Akan ada 40 distrik dengan seribu lebih partisipan pada festival. Lokasi perhelatannya pun di set lebih dekat. Sehingga wisatawan tak perlu tepot menuju lokasi acara.
Lantas soal penginapan? Tak perlu khawatir akomodasi yang disediakan pun cukup komplit. Mulai dari penginapan hotel maupun kampung wisata.
"Kita harapkan kunjungan kembali meningkat sebagaimana tahun-tahun sebelumnya yang juga selalu mengalami peningkatan sehingga mengherakkan roda perekonomian," ucap bupati.
Bupati juga menjamin aksesibiltas wisatawan tidak akan sulit. Penambahan penerbangan akan dilakukan jika memang diperlukan.
"Kami bahkan menyediakan kendaraan gratis pulang pergi untuk wisatawan yang ingin menikmati danau Habema. Kalau biasanya wisatawan harus merogoh kocek Rp 3,5 juta untuk menuju ke destinasi tersebut," paparnya.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Ricky Fauziyani pun mengajak wisatawan untuk menyaksikan FLB 2019. Festival ini menjadi garansi besar kekuatan budaya Tanah Mutiara Hitam.
"Kalau ke Papua belum injak Wamena itu jangan sombong. Berarti Anda masih main di pinggir-pinggirnya. Rugi kalau tidak datang melihat masyarakat asli sana, seperti Suku Dani yang terkenal," kata Ricky.
Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Management Calender of Event (CoE) Esthy Reko Astuti ikut angkat suara. Selama 30 tahun perjalanannya pagelaran budaya ini kini berkembang menjadi ikon pariwisata Papua di mata dunia. Perhelatannya selalu kolosal dan megah. Kehadirannya memberikan gambaran utuh kebesaran budaya Papua.
"Atraksi kolosal perang-perangan, tari-tarian tradisional (ethai) dan seni merias tubuh dengan ragam assesoris karya suku Hubula, pertunjukan alat musik tradisional (pikon dan witawo), atraksi memasak tradisional (bakar batu), permainan anak (puradan dan sikoko), lempar sege dan karapan babi adalah gelaran budaya yang selalu ditampilkan dan dilombakan setiap tahun saat Festival berlangsung. Dijamin rugi jika tak menyempatkan diri menghadiri Festival Lembah Baliem," pungkas Esthy
Â
(*)