Liputan6.com, Jakarta - Apa yang terjadi kalau Jakarta diserbu monster? Rasanya tak akan terjadi karena tak ada monster di negeri ini, termasuk di Jakarta. Tapi ada monster dalam bentuk plastik yang tak kalah menyeramkan.
Apa lagi kalau bukan sampah plastik yang bisa menyerbu dan merusak Jakarta maupun daerah lainnya di Indonesia. Hal itu membuat sejumlah kalangan dan kelompok masyarakat merasa prihatin dan melakukan beragam aksi serta tindakan nyata.
Yang terbaru, sekitar 25 organisasi yang tergabung di kelompok masyarakat sipil mengajak seluruh pihak agar menolak penggunaan plastik sekali pakai untuk menekan peredaran sampah tersebut di Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
"Kita siap menolak plastik sekali pakai untuk kembali disuarakan kepada pemerintah dan korporasi," tukas Tiza Mafira selaku Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, Tiza Mafira di Volunteer Hub, Jakarta Selatan, Kamis, 11 Juli 2019.
Gerakan tersebut merupakan bentuk kekhawatiran terhadap sampah plastik yang semakin banyak beredar di Indonesia. Pada 2015, Indonesia merupakan negara produsen sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia.
Untuk itu, mereka akan menggelar Pawai Bebas Plastik pada 21 Juli 2019 di Bundaran HI hingga lapangan Monas saat Car Free Day (CFD). Pada aksi tersebut, masyarakat diberikan kebebasan untuk menyampaikan tuntutan ke pemerintah. Saat ini ia menilai masih banyak perusahaan yang belum mau mengubah cara mereka mengurangi plastik sekali pakai.
Sedangkan Direktur Eksekutif Indorelawan, Maritta Rastuti mengatakan sudah banyak masyarakat yang mulai mengubah gaya hidup penggunaan plastik.
Acara tersebut menjadi fasilitas bagi masyarakat tersebut untuk berbuat lebih dalam menyuarakan penolakan penggunaan plastik sekali pakai. Senada dengan itu, CEO Yayasan EcoNusa, Bustar Maitar mengatakan persoalan sampah plastik harus menjadi perhatian semua pihak.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penolakan dan Perayaan
"Ini menjadi isu yang mengkhawatirkan misalnya plastik impor, ternyata negara kita ini masih menerima impor plastik. Celakanya, impor tersebut sudah dicampur dengan bahan-bahan berbahaya dan beracun," tuturnya pada Liputan6.com.
Pawai ini juga untuk merayakan permohonan uji materi terhadap Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang timbunan sampah plastik yang ditolak oleh Mahkamah Agung (MA). Mereka berharap setelah Bali, pemerintah daerah lain, khususnya Pemprov DKI Jakarta dapat segera membentuk peraturan terkait pengurangan sampah plastik.
Aksi pada 21 Juli 2019 tersebut merupakan kegiatan puncak dari rangkaian kegiatan penolakan penggunaan plastik lainnya. Sebelumnya sudah diadakan acara menonton film dokumenter pulau plastik, diskusi, dan acara kecil lainnya.
Salah satunya adalah kemunculan monster plastik yang dibuat dari plastik yang dikumpulkan saat pembersihan di beberapa pantai di Indonesia.
"Monster itu kan kesannya seram, jadi ini perwujudan plastik itu menyeramkan dan akan menelan daratan. Rencananya monster akan muncul dari pantai di Jakarta pada 20 Juli nanti, tapi tempatnya masih kita rahasiakan," terang Bustar.
Mosnter plastik ini juga akan ditampilkan pada aksi 21 Juli 2019.Dalam Pawai Bebas Plastik nanti, beberapa tokoh juga akan hadir dalam acara ini seperti Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, Kaka Slank, Abdi Slank, dan band Navicula.
Organisasi yang terlibat diantaranya seperti Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, Pandu Laut Nusantara, Divers Clean Action, Walhi, Greenpeace, WWF, Ecoton, Koalisi Pejalan Kaki, dan organisasi terkait lainnya.
Advertisement