Liputan6.com, Jakarta - Harum aroma bawang bombai digoreng memenuhi ruang, menggelitik perut-perut lapar yang sudah menunggu untuk dipuaskan. Tujuh meja di kedai Ayam Afrika telah disesaki pengunjung, beberapa di antaranya masih sabar berdiri menunggu kursi kosong.
Pada malam di penghujung akhir pekan itu, suara percikan minyak panas tengah menggoreng ayam enggan sebentar meredam. Tangan Machfud Suudi, anak ke-4 dari sang pemilik kedai, pun tak berhenti menghidangkan porsi demi porsi ayam goreng sembari lihai berbincang untuk memastikan pelanggan mendapat pesanan sesuai permintaan.
Pemandangan inilah yang umum Anda temui ketika mampir ke salah satu kedai sederhana di Jalan Kebon Sirih Timur no. 2, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, tersebut. Sudah berjualan dari 2003, warung sederhana ini baru ditempati selama empat tahun belakangan.
Advertisement
Baca Juga
"Awalnya buka di (Jalan) Jaksa. Tendaan, kaki lima. Tapi, karena ada penertiban (pedagang kaki lima), makanya pindah ke sini," kata Machfud saat ditemui Liputan6.com di kedai Ayam Afrika di bilangan Jakarta Pusat, Minggu, 14 Juli 2019.
"Namanya Ayam Afrika karena dulu kami buka di Jalan Jaksa dan awalnya, kebanyakan yang makan justru turis-turis atau orang Afrika yang tinggal di sini. Orang lokal ada, cuma tidak terlalu banyak." sambungnya.Â
Walau jadi favorit, Machfud menceritakan, ayam sebenarnya merupakan sajian yang terakhir dimasukkan ke daftar menu. Awalnya, warung sederhana ini hanya menjual kambing dan ikan goreng yang penyajiannya dilengkapi sup.
"Dulu ada itu sup. Bisa pilih sup kambing, sup ikan, dan sup ayam. Tapi, lama-kelamaan, permintaan sup menurun. Sampai sekarang tidak dibuat lagi," ujarnya. Eliminasi menu yang terjadi nyatanya malah melahirkan satu ciri khas baru dari kedai Ayam Afrika.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Campuran Sambal yang Unik
Bukan tak lagi buat, kuah dari sup yang sudah hilang dari menu kemudian dicampurkan dengan sambal merah.
"Itu sambal yang warnanya putih campuran bawang putih, kemiri, cabai hijau, sedikit paprika, sama bawang bombai yang dicampur dalam takaran rahasia," kata Machfud.
Campuran bahan-bahan di atas berpadu sambal merah membuat rasanya gurih dan sedikit manis. Pelengkap lain yang jadi ciri khas Ayam Afrika adalah taburan bawang bombai di atas ayam goreng.
"Bawang bombai bisa request mau seberapa banyak. Terus bisa mentah, sedikit layu, atau malah lebih matang. Semua disesuaikan dengan selera," ujar Machfud.
Sajian kian nikmat dengan jaminan bumbu segar yang dibuat setiap hari. "Begitu juga sama bahan lain, terutama ayam. Ayam itu nggak boleh nginep. Hari itu datang, hari itu juga harus habis. Kami nggak akan sajikan ayam yang dibeli kemarin," tuturnya.
Sedari buka, Machfud menambahkan, Ayam Afrika selalu memberi jaminan kesegaran makanan yang disajikan. Semisal ada keluhan, pihak kedai langsung sigap mengganti pesanan tersebut dengan yang baru.
Advertisement
Buka 24 Jam
Menjaga kualitas makanan dengan cara tidak membuka franchise merupakan pertimbangan lain kedai Ayam Afrika. "Nanti kalau rasanya berbeda, enaknya lain, kualitasnya nggak terjaga, nama kami juga yang jelek," katanya.
Belum membuka cabang di manapun, kedai mereka di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, ini buka selama 24 jam non-stop. Pada hari kerja, jam-jam sibuknya meliputi pukul 11.00--14.00 WIB dan 19.00--22.00 WIB.
Machfud menambahkan, dalam sehari, kedai Ayam Afrika bisa menjual 500--800 potong ayam. "Kalau kambing paling kira-kira 15 kilogram (kg) terus ikan bisa 6--8 kg," tuturnya.
Soal harga, satu porsi nasi ayam dibanderol Rp20 ribu, nasi dengan ikan goreng Rp60 ribu, dan nasi disajikan bersama kambing goreng Rp50 ribu. "Ada juga yang ganti nasi dengan pisang goreng. Satu porsi pisang goreng harganya Rp10 ribu," terang Machfud.
Karena tempat yang tak terlalu luas, Machmud mengatakan, beberapa tahun belakangan, pesanan lewat ojek online juga tak kalah ramai. Ia menuturkan, jumlah pembelian online biasanya lebih banyak dalam satu kali pemesanan ketimbang yang datang langsung.