Sukses

Edelweis, Lambang Cinta Abadi yang Menjadi Suvenir Khas Bromo

Edelweis menjadi salah satu suvenir yang banyak dijajakan masyarakat di area Gunung Bromo. Memanfaatkan keramaian wisatawan, masyarakat bisa berburu untung melalui 'produk' yang disediakan alam.

Liputan6.com, Jakarta Edelweis menjadi salah satu suvenir yang banyak dijajakan masyarakat di area Gunung Bromo. Memanfaatkan keramaian wisatawan, masyarakat bisa berburu untung melalui 'produk' yang disediakan alam. Harganya pun ramah di kantong karena masih bisa ditawar.

Moment Upacara Yadnya Kasada yang dikemas dalam event Eksotika Bromo kali ini benar-benar memberi berkah tersendiri bagi masyarakat sekitar. Hampir semua homestay full booked. Warung-warung makanan kebanjiran tamu, penyewa Jeep ramai order, begitupun tukang ojek yang tak pernah sepi pelanggan.

Suhu udara di sekitar Gunung Bromo yang bisa mencapai 6 derajat celcius, memaksa wisatawan untuk mengenakan berbagai perlengkapan pakaian penangkal dingin. Kondisi ini juga memberi peluang bagi masyarakat untuk menjual shal, penutup kepala, dan sarung tangan rajutan. Mereka bisa ditemui di berbagai tempat. Bahkan, tak jarang menghampiri wisatawan yang menginap di homestay.

Berkah serupa juga menghampiri penjual suvenir khas Gunung Bromo berupa bunga edelweis. Bunga yang konon menjadi lambang cinta abadi ini mereka jajakan dengan tampilan asli, namun ada pula yang sudah diberi pewarna. Untuk seikat edelweis ukuran kecil, biasa dijual dengan harga Rp20 ribu. Sementara untuk seikat besar edelweis biasa dibanderol Rp100 ribu. Namun, harga itu bukan harga mati. Wisatawan masih bisa menawar sedikit lebih murah.

Salah seorang penjual bunga edelweis, Yanto, mengaku pendapatan dari usahanya memang tak menentu. Namun, adanya Upacara Yadnya Kasada biasanya membantu mendongkrak penjualan. Sebab, banyak wisatawan yang turut hadir untuk menyaksikan jalannya acara.

"Ini sampingan saja, mas. Alhamdulillah, bisa buat tambah-tambah uang dapur. Apalagi kita dapat bunganya juga dari alam. Jadi tak perlu modal," ujarnya tanpa bersedia menyebut nominal pendapatan, Rabu (17/7).

Staf Khusus Menpar bidang Media dan Komunikasi Don Kardono mengatakan, Upacara Yadnya Kasada termasuk ajang budaya terbaik di Tanah Air. Bahkan, kini menjadi daya tarik di sektor pariwisata.

“Kita punya banyak event budaya. Salah satu yang terbaik adalah Yadnya Kasada. Event ini dibalut dengan alam Bromo yang sangat eksotis. Kombinasi ini menjadi sajian yang sangat menarik buat wisatawan. Termasuk wisatawan mancanegara,” ucapnya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menjelaskan, Yadnya Kasada yang menjadi bagian dari Eksotika Bromo, akan membuat kawasan wisata tersebut makin dikenal luas. Acara tersebut menjadi sangat istimewa karena digelar menyatu dengan alam. Terlebih, banyak seni budaya nusantara yang akan ditampilkan di sana.

“Ini akan menjadi perhelatan spektakuler yang bakal menarik perhatian wisatawan. Saya yakin akan banyak turis asing yang menghadiri event tersebut. Apalagi, setiap tahun upacara Yadnya Kasada selalu digelar di waktu yang sama,” terangnya.

Kepala Bidang Pemasaran I Area Jawa Kemenpar Wawan Gunawan memastikan, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru didukung aksesibilitas yang baik. Amenitas juga siap sehingga wisatawan tidak perlu khawatir terkait komponen 3A.

“Kawasan ini biasa diakses melalui Bandara Abdulrachman Saleh, Malang, dan dilanjutkan perjalanan darat ke Bromo sekitar 2,5 jam. Sementara untuk amenitas, tersedia banyak akomodasi di sekitar lokasi acara. Baik berupa hotel maupun home stay,” tutur Wawan.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, pariwisata selalu memberi dampak luas, khususnya bagi perekonomian warga sekitar. Bagi negara, pariwisata bahkan menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar.

“Eksotika Bromo akan terus menjadi event tahunan yang berpotensi mendatangkan banyak wisatawan. Sejak dulu, sudah banyak turis asing yang mengunjungi bromo. Perputaran uangnya cukup tinggi di sini," tandasnya.