Sukses

Jazz Gunung, Pesona Bromo Tak Semata tentang Matahari Terbit

Gelaran festival musik anual, Jazz Gunung, tercatat dihadiri ribuan pengunjung setiap tahunnya.

Liputan6.com, Jakarta - Berbicara tentang Bromo, angan sebagian orang boleh jadi langsung melambung pada cantik semburat matahari terbit. Spektakuler warga langit di pagi hari berbingkai kurucut puncak-puncak gunung itu sudah jadi topik yang ramai disampaikan dari mulut ke mulut.

Tak heran, di waktu-waktu tertentu, pengunjung berjejal berbagi ruang demi menikmati hangat fajar di tengah dingin Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kendati sudah ikonis, matahari terbit nyatanya bukanlah pesona tunggal Bromo.

Di samping kondisi alam yang sudah sanggup membuat berdecak kagum, menawannya Bromo juga dipersembahkan dalam kemasan lain lewat Jazz Gunung. Pergelaran musik tahunan ini berlokasi di Amfiteater Bromo, Jiwa Jawa Resort Bromo, Probolinggo, Jawa Timur.

Lewat sebuah video yang dibagikan pihak Jazz Gunung, beberapa waktu lalu, penyelenggaraan festival musik pada 26-27 Juli 2019 ini siap menawarkan sensasi nge-jazz di ketinggian dua ribu meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 14 derajat celcius.

"Beratapkan langit, berlatarkan pegunungan, beralaskan rumput dan bebatuan," begitu keterangan tambahan yang tertulis di sana. Telah disiapkan selama hampir enam bulan belakangan, puluhan musisi dan seniman lokal siap memeriahkan acara.

Beberapa performer yang kedapatan bakal menyemarakkan penyelenggaraan Jazz Gunung tahun ini adalah Debu, Tompi, Gugun Blues Shelter, Sierra Soetedjo, Yuri Mahatma Quartet, Ngalam Jazz Community, dan Tristan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Upaya Promosi Wisata

Secara konsisten digarap, Jazz Gunung merupakan upaya promosi wisata, serta jadi bukti bahwa kawasan taman nasional di empat wilayah, yakni Malang, Lumajang, Probolinggo, dan Pasuruan, ini tak melulu tentang matahari terbit.

Jazz Gunung Bromo sendiri diketahui melibatkan Sahabat Bromo, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Pemerintah Kabupaten Probolinggo, dan Kementerian Pariwisata untuk mendukung pariwisata yang berkelanjutan.

Penyelenggaraannya juga dipertimbangkan sebagai atraksi tambahan di destinasi disebut paling Instagrammable se-Jawa ini. Upaya serupa nyatanya juga berlaku dalam upaya promosi wisata di beberapa wilayah lain.

Yang masih satu penyelenggara adalah Jazz Gunung Ijen. Gaung jazz sebagai daya tarik juga diperdengarkan di Maumere Jazz Fiesta, Dieng Culture Festival, serta, tentu saja, Prambanan Jazz Festival yang baru saja terselenggara beberapa waktu lalu.