Sukses

Pembukaan Buleleng Festival 2019 Suarakan Persatuan dan Pluralisme

Semangat persatuan dan pluralisme digaungkan dalam pembukaan Buleleng Festival 2019, Selasa (6/8)

Liputan6.com, Jakarta Semangat persatuan dan pluralisme digaungkan dalam pembukaan Buleleng Festival 2019, Selasa (6/8). Pembukaan dilakukan di Tugu Singa Ambara Raja, Buleleng, Bali. Tema yang diangkat ‘Shining Buleleng’. 
 
Rangkaian pembukaan Buleleng Festival diawali Parade Seni Baleganjur massal. Pesertanya sekitar 500 penari perkusi tradisional. Nuansa budaya khas Pulau Dewata makin kental dengan Tari Pradwala Nilayam. Tarian ini dibawakan Padepokan Seni Dwi Mekar. 
 
Konsep kesatuan bangsa ditampilkan dalam Tari Kolosal Ayuning Bhineka Sakti. Ttarian ini bercerita tentang Sumpah Amukti Palapa Gajah Mada. Sebagai Amengkubhumi Panji Majapahit, Gajah Mada bersumpah menyatukan nusantara.
 
“Ide yang ditampilkan menarik. Seluruh elemen di nusantara harus bersatu. Harapannya itu memajukan pariwisata. Konsep Sumpah Amukti Palapa di dalam Tari Ayuning Bhineka Sakti luar biasa. Indonesia harus terus bersatu dan pluralisme menjadi berkah,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata Ni Wayan Giri Adnyani, Selasa (6/8).
 
Dalam teks Pararaton, Gajah Mada mengangkat Sumpah Palapa pada 1258 Saka (1336 M). Isinya, ‘Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi Tan Ayun Amuktia Palapa’. Dijelaskan Gajah Mada berucap, ‘Lamun Huwus Kalah Nusantara Isun Amukti Palapa, Lamun Kalah Ring Gurun, Ring Seran, Tanjung Pura, Ring Haru, Ring Pahang, Dompo, Ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana Isun Amukti Palapa’.
 
Teks Jawa Pertengahan tersebut bisa diterjemahkan, ‘Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasanya’. Puasanya baru dilepaskannya, jika berhasil menundukan seluruh nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Gajah Mada juga akan melepaskan puasanya jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Butuni, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik (Singapura).
 
“Sumpah Palapa sangat menginspirasi. Kebulatan tekad tersebut bisa diadopsi di jaman now ini. Seluruh stakeholder harus berjuang untuk mengoptimalkan pasar pariwisata. Salah satu yang potensial adalah market milenial. Dengan konsep menariknya, Buleleng Festival bisa mengoptimalkan market milenial,” terang Giri Adnyani lagi.
 
Dalam event ini, warna-warni budaya nusantara ditampilkan dalam beragam tarian. Ada Tari Saman (Aceh), Lancang Kuning (Riau), Ondel-Ondel (Betawi), dan Yamko Rambe Yamko (Papua). Opening makin sempurna dengan membludaknya wisman dan wisnus.
 
“Buleleng Festival memberi pembelajaran luar biasa. Persatuan dan keberagaman harus dirawat terus. Sebab, ada banyak manfaat budaya yang bisa diperoleh. Indonesia akan terus menarik sebagai destinasi wisata. Artinya, ada jaminan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia melalui aktivitas pariwista. Selain budaya, alam nusantara itu eksotis,” kata Ketua Tim Pelaksana CoE Kemenpar Esthy Reko Astuty.
 
Buleleng Festival memang mengeksplorasi seluruh potensinya. Total ada 52 group budaya asal kabupaten di Bali Utara. Komposisi seni budaya yang ditampilkan, Bondres dan Genjek, Balet Ramayana, Gong Kebyar, juga Tari Janger Menyali. 
 
Bupati Buleleng Agus Putu Suradnyana menjelaskan, event ini menjadi sarana promosi ideal. “Buleleng Festival kami kemas berbeda tahun ini. Kami berharap seluruh pengunjung berkesan. Kami eksplorasi seluruh potensi yang ada di Buleleng. Sebagai destinasi, Buleleng ini sangat lengkap. Melalui event ini, kami tampilkan sebagai branding. Dengan tingginya anemo publik, Buleleng Festival sangat ideal sebagai spot promosi,” jelas Agus.
 
Buleleng Festival 2019 langsung digas Rabu (7/8). Festival menyajikan aksi vokal Anji Manji. Konten live music dilengkapi dengan N’Cut Band juga Soul band. Nuansa tradisional dibangun Penampilan Gong Kebyar Anak, Angklung Kebyar, Tabun Kembang Kirang, dan Tarian Multi Etnis Kota Medan
 
“Bergulirnya Buleleng Festival akan menguatkan pesona kawasan Bali Utara. Arus wisatawan ke sana pasti akan semakin optimal. Artinya, berpengaruh terhadap arus wisatawan di Bali secara menyeluruh. Hal ini akan memberikan impact positif lebih luas,” papar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani didampingi Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
 
Pergerakan wisatawan kompetitif di wilayah Buleleng. Sepanjang 2017, pergerakan wisman mencapai 681.966 orang. jumlah tersebut naik 12,3% dari tahun sebelumnya. 
 
“Kami menyambut gembira penyelenggaraan Buleleng Festival 2019. Apalagi, openingnya luar biasa dan bernuansa nasionalisme. Festival ini juga memberi slot bagi daerah lain untuk berpartisipasi. Dengan begitu, daerah lain juga mendapat porsi branding yang bagus. Selamat bergembira di Buleleng Festival,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.
 
 
(*)