Liputan6.com, Jakarta Kalau ingin merasakan sensasi menjadi bangsawan Melayu, silahkan datang ke Pulau Penyengat. Tapi, Paket Wisata Budaya yang harua diambil adalah Traditional Dress Experience. Wisatawan bisa bergaya sebagai raja lengkap dengan Petragne atau singgasananya.
Traditional Dress Experience sudah melewati Uji Trail Paket Wisata Budaya, 27 Juli lalu.
“Traditional Dress Experience makin mendekatkan wisatawan dengan budaya Melayu. Para wisatawan pun bisa mencoba busana khas Melayu. Untuk busana khas Melayu, koleksi Pulau Penyengat sangat lengkap. Busana tersebut juga sudah dimodifikasi untuk memudahkan penggunanya,” kata Interpreter Traditional Dress Experience Pokdarwis Pulau Penyengat Heriawan Farihin, Rabu (14/8).
Advertisement
Wisatawan pun bisa memilih strata bangsawan yang diinginkan. Uniknya, strata tersebut bisa dikenali mudah dari warna busanya. Ada warna kuning, merah, dan hijau. Warna kuning biasanya identik dengan raja Melayu. Untuk warna merah dipakai panglima perang Melayu, lalu hijau menjadi identitas bagi para temenggung.
“Busana memang menjadi daya tarik lain sebuah destinasi. Kekayaan ini juga dimiliki Pulau Penyengat. Wisatan bisa mengeksplorasinya, apalagi Uji Trail sudah dilakukan jauh hari. Pasti ada experience luar biasa yang bisa dirasakan. Sebab, wisatawan juga bisa belajar mengenai berbagai hal di dalamnya,” jelas Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kepariwisataan Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani.
Busana Adat Melayu putra terbagi 5 bagian. Sebut saja Tanjak, Bros, Keris, Bengkong (sabuk), hingga Kain Songket. Untuk komposisi putri terdiri Sunting, Dok atau Rantai, Pending, dan Kain Songket. Sunting atau mahkota di kepala ditengarai dipengaruhi budaya Tiongkok.
Ada juga Busana Kurang Melayu. Variannya terdiri dari Baju Kurung Cekak Musang, Tulang Belut, Teluk Belanga, hingga Kebaya Labuh.
“Busana Melayu memang banyak jenisnya. Semua memiliki karakter khasnya masing-masing. Lebih dari sekedar busana, ada banyak filosofi yang harus diketahui oleh para pemakaianya,” terang Giri lagi.
Filosofi besar dimiliki oleh busana-busana khas Melayu. Memiliki ciri kerah terbalik, Baju Kurung Teluk Belanga memiliki 5 kancing. Angka 5 menjadi simbol syariat Islam yang harus dijalankan. Ada juga 1 kancing besar atau Bros yang melambangkan Keesaan Allah atau Tuhan. Giri mengatakan, Busana Melayu juga melambangkan makna sosial pemakainya.
“Selain konsep vertikal Ketuhanan, Busana Melayu menggambarkan kondisi sosial masyarakatnya. Hal ini tentu menjadi pengetahuan baru bagi wisatawan. Untuk itu, silahkan berkunjung ke Pulau Penyengat lalu nikmati Paket Wisata Budaya Traditional Dress Experience tersebut,” katanya.
Secara umum, Busana Melayu putri memiliki ukuran lebar. Hal ini untuk menghindari kesan seksi. Pada lipatan kain luarnya bisa digunakan sebagai penanda status pernikahannya. Kalau lipatan terluar berada di sisi kanan, maka pemakainya sudah menikah. Namun, status lajang digambarkan dengan lipatan baju di sisi kiri. Serupa tersebut, penanda status pernikahan juga terlihat pada Busana Melayu putra.
Seorang lelaki Melayu dikenali sudah menikah dari posisi panjang-pendeknya Kain Songket. Kalau Kain Songket ujung terbawah di atas lutut, maka pemakainya masih jejaka. Mereka yang sudah menikah pun dikenali bila ujung Kain Songket berada di bawah lutut. Namun, bila ujung terbawah Kain Songket itu sampai betis, maka pemakainya adalah alim ulama atau pemuka agama.
“Busana Melayu sangat menarik. Setelah mengenakan busana ini, wisatawan pun bisa berfoto di sekitar Balai Adat Pulau Penyengat. Apalagi, di Balai Adat juga terdapat singgasana raja. Selain berfoto, mereka juga bisa menjalani aneka aktivitas yang sudah disiapkan. Yang jelas nuansanya tradisional dan menarik. Paket wisata ini berkesan,” tegas Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya Kemenpar Oneng Setya Harini.
Ada beberapa spot foto yang dimiliki Balai Adat Pulau Penyengat. Destinasi ini menyediakan Petragne atau singgasana raja. Jumlahnya ada 3 dengan raja berada di posisi tengah. Untuk sisi kanan jadi tempat duduk Datuk Bendahara, lalu sisi kiri diperuntukan bagi Temenggung. Selain Petragne, disediakan juga Ma’andam yang notabene pelaminan pernihakan khas Melayu.
Menawarkan pesona unik Traditional Dress Experience, rata-rata dalam sebulan ada 20-30 wisman yang mencobanya. Untuk wisnus bisa mencapai angka 100 orang sebulan. Komposisi wisnus penikmat paket wisata ini datang dari Singapura, Malaysia, dan Tiongkok. Ada juga wisatawan asal Belanda, Swedia, bahkan Afrika Selatan.
“Traditional Dress Experience menawarkan suasana Melayu secara utuh. Destinasi Pulau Penyengat ini memang menyediakan semua kebutuhan wisatawan. Mereka bisa memproduksi konten untuk media sosial. Mengenakan Busana Melayu dengan background Petragne atau sisi lain Balai Adat akan direspon positif netizen,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga Menpar Terbaik ASEAN.
(*)