Liputan6.com, Jakarta - Banyak bangunan yang bersejarah dan jadi saksi bisu masa-masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah Kastil Ridderzaal di Den Haag, Belanda.
Dilansir dari Revoly, Kamis, 15 Agustus 2019, Kastil Ridderzaal jadi tempat perundingan antara Indonesia dengan Belanda dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 23 Agustus--2 November 1949. Konferensi ini menghasilkan pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Republik Indonesia Serikat.Â
Bangunan tersebut berlokasi di Binnenhof yang merupakan komplek gedung dan kastil kuno bersejarah tempat pusat pemerintahan Belanda berada. Walaupun ibu kota Belanda adalah Amsterdam, kegiatan pemerintahan berpusat di Den Haag.
Advertisement
Baca Juga
Nama lain Ridderzaal adalah Aula Ksatria. Dikutip dari royal-house.nl, konstruksi Ridderzaal dimulai pada masa kekuasaan Count Willem II of Hollang yang juga bergelar Raja Roman.
Proses pengerjaan dimulai pada 1248 dan selesai di masa kepemimpinan anaknya, Count Floris V of Holland, sekitar 1280. Counts of Holland lalu menggunakan bangunan tersebut untuk beragam festival.
Namun, pada 1581, Jenderal Negara tersebut tidak lagi mengakui Raja Philip dari Spanyol sebagai penguasa Belanda. Karena tak lagi ditempati, bangunan tersebut tak terawat.
Antara abad 17 dan 18, kastil itu diubah jadi kantor lotre negara. Selama pendudukan Prancis, kadet militer menggunakannya sebagai tempat latihan. Akhirnya pada abad 19, bangunan asli tinggal reruntuhan.
Pada 1904, Ridderzaal direstorasi dalam gaya Neo Gotik, terlihat dari ujung-ujung menara yang runcing. Desain itu dipengaruhi selera sang arsitek Pierre Cuypers, ditambah hiasan karpet Turki dan gantungan dinding. Renovasi terakhir dilaksanakan pada 2006.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Si Kuping Besar
Sementara itu, dikutip dari laman Holland.com, Ridderzaal awalnya dibangun sebagai aula besar untuk kegiatan berburu yang diselenggarakan Count of Holland. Juga, digunakan sebagai ruang pengadilan.
Di dalam bangunan tersebut terdapat wajah kayu aneh dengan satu telinga besar di sampingnya. Bentuk tak bis yang dipasang di sisi tiang itu dikenal dengan sebutan Luistervinken atau penguping.
Saat kasus persidangan diperdengarkan, terdakwa diperingatkan untuk mengatakan yang sebenarnya karena seseorang berkekuasaan tinggi akan mendengarkan melalui telinga besar.
Wisatawan bisa mengikuti tur ke kastil bersejarah tersebut, bahkan bisa mengintip bagaimana aktivitas perpolitikan berlangsung di sana. Waktu yang paling direkomendasikan untuk mengunjungi Het Binnenhof pada Selasa minggu ketiga September.
Pada waktu itu, para politikus dan anggota keluarga kerajaan berkumpul untuk membicarakan anggaran belanja negara tahun berikutnya. (Devita Nur Azizah)
Advertisement