Liputan6.com, Jakarta - Sumba merupakan salah satu destinasi wisata yang kerap dikunjungi, baik oleh turis domestik maupun mancanegara. Keindahan alam sabana yang ditawarkan oleh pulau yang ada di Nusa Tenggara Timur ini memang memikat.
Tak hanya keindahan alam yang dapat kita nikmati, Sumba juga kaya akan warisan budayanya. Salah satu yang paling terkenal adalah kain tenun sumba.
Kain tenun sumba lahir dari kekayaan alam Sumba. Pewarnaan kain Sumba yang menggunakan bahan alami seperti akar mengkudu, serat kayu hingga lumpur serta pemilihan motif yang unik merepresentasikan budaya Sumba yang spesial.
Advertisement
Baca Juga
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
3 Tahun Proses
Proses pembuatannya bisa memakan waktu hingga tiga tahun lamanya membuat kain ini istimewa. Tak heran bila kain tenun ini bisa dibanderol dengan harga yang mahal.
Dikutip dari Mongabay.co.id, Jumat, 16 Agustus 2019, proses pembuatan satu helai kain ini mencapai 42 tahap. Pembuatan dimulai dari meramu tumbuhan dan hewan sebagai pewarna, dilanjutkan dengan proses pengikatan menggunakan daun gewang dan proses penjemuran.
Setiap motif yang terdapat pada kain tenun ini juga memiliki maknanya masing-masing. Contohnya, motif kuda pada kain tenun Sumba melambangkan kepahlawanan, keagungan dan kebangsawanan karena kuda merupakan simbol harga diri bagi masyarakat Sumba. Posisi kuda dianggap hampir sejajar dengan arwah nenek moyang.
Motif lainnya seperti motif buaya dan ayam memiliki makna kekuatan dan kehidupan wanita, biasanya hanya raja dan ratu serta kalangan terdekatnya yang memakai motif ini. Motif yang lazim dijumpai lainnya seperti motif burung kakatua melambangkan persatuan.
Advertisement
Berperan di Segala Aspek Kehidupan
Keistimewaan kain tenun Sumba tidak berhenti sampai di situ,. Kain tersebut tidak hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi berperan penting dalam penyambutan kelahiran, perayaan pernikahan, hingga pengantar orang yang sudah meninggal.
Bagi orang yang sudah meninggal, mereka akan dibaluti dengan kain bermotif udang. Udang dimaknai sebagai kebangkitan setelah kematian dan kehidupan abadi setelah dari dunia fana.
Setiap helai benang pada kain tenun ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat Sumba. Hal ini diungkapkan oleh Fidelis Tasman Amat, anggota kelompok penenun Lukamba Nduma Luri.
"Memang jika dilihat benang tak berarti, namun jika dipintal dengan seni yang tinggi akan menghasilkan tenun yang begitu indah. Ternyata, sehelai benang tersebut mempunyai arti besar dalam kehidupan kami," ujar Fidelis kepada Fimela.com.
Lukman menambahkan bahwa kain tenun sumba ini memberikan kesempatan kepada warga Sumba untuk menyekolahkan anak-anak dan memberi makan keluarga. Proses pengerjaan yang lama serta penuh kesabaran ini membuat nilai dari sehelai kain tenun Sumba tidak hanya dilihat dari nominalnya, tetapi dari makna setiap untaiannya pula. (Novi Thedora)