Sukses

Memek, Kuliner dari Simeulue Aceh Ditetapkan Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia

Kuliner khas Simeulue, Aceh bernama Memek baru saja ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Nusantara kaya akan keanekaragaman kearifan lokal, tak terkecuali kuliner. Salah satunya adalah kudapan khas Simuelue, Aceh, bernama Memek yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia 2019.

Dilansir dari disbudpar.acehprov.go.id, Senin (19/8/2019), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh bersama Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh-Sumut awalnya mengusulkan 11 karya budaya untuk ditetapkan sebagai WBTB Indonesia 2019. Tetapi, hanya empat yang lolos verifikasi dan dinyatakan memenuhi syarat oleh tim ahli WBTB. 

Keputusan pun disampaikan dalam sidang penetapan karya budaya yang digelar di Hotel Millennium Jakarta pada 13 hingga 16 Agustus 2019. "Untuk Aceh, ada empat karya budaya yang masuk WBTB, ada Memek dari Simuelue dan Gutel dari Aceh Tengah sebagai domain kemahiran dan kerajinan tradisional." ungkap Jamaluddin, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.

Jamaluddin menambahkan dua budaya lainnya adalah Sining dari Aceh Tengah sebagai domain seni pertunjukan dan Silat Pelintau dari Aceh Tamiang sebagai domain tradisi dan ekspresi lisan. Ditetapkannya empat karya budaya menjadikan total ada 34 jumlah karya budaya Negeri Serambi Mekkah yang telah menjadi WBTB Indonesia.

Besar harap Jamaluddin kabupaten atau kota di Aceh untuk aktif mencatat warisan budaya di wilaya sebagai upaya perlindungan karya budaya lokal dari kepunahan dan klaim negara lain. Pada tahun mendatang, jumlah karya budaya yang ditetapkan dapat lebih banyak lagi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Apa itu Kuliner Memek?

Berdasarkan keterangan yang ditulis di disbudpar.acehprov.go.id, Memek adalah makanan khas dari Kabupaten Simeulue. Kudapan ini terbuat dari beras ketan gongsen, pisang, santan yang sudah dipanaskan, gula, dan garam.

Ada pun proses pembuatannya butuh sekitar satu jam. Setelah masak, Memek dapat disantap baik dalam keadaan dingin atau biasa.

Memek sendiri berasal dari kata mamemek yang berarti mengunyah-ngunyah atau menggigit. Tetapi kini, masyarakat di Simeulue lebih populer disebut sebagai memek.

Memek memang tidak dapat dijumpai setiap hari di Simeulue karena biasanya disajikan sebagai sajian buka puasa saat Ramadan. Pada momen itu, hampir semua masyarakat membuat Memek untuk disantap saat buka puasa.