Liputan6.com, Jakarta - Jerawat seringkali menjadi masalah yang tak berkesudahan bagi sejumlah orang. Sudah coba diobati berulang kali, si bintik merah tetap saja muncul.
Menurut Dewi Leona Kaw, pemilik brand Skin Dewi, 80 persen masalah jerawat yang dihadapi banyak orang ternyata berasal dari faktor psikologi. Namun, mayoritas menyalahkan produk perawatan kulit yang dipakainya.
Advertisement
Baca Juga
"Semua masalah kita apapun juga, mau kurus, mau jerawat hilang, 80 persen itu dari psikologi. Jadi, kita perbaiki dulu internal dengan pendekatan psikologi," kata Dewi dalam workshop yang digelar di Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2019.
Lewat pendekatan psikologi, tahap pertama dalam pengobatan jerawat adalah memastikan niat untuk sembuh dari jerawat. Untuk itu, ia meminta setiap klien untuk menulis sambil memvisualisasikan tujuan dan alasan Anda perlu bebas dari jerawat dengan jelas.
"Lebih baik divisualisasikan di muka agar hasilnya lebih baik," katanya.
Selanjutnya, ia meminta untuk menerima kondisi yang dialami Anda saat ini. "Coba katakan, 'I'm beautiful now. I'm enough. I love myself'. Itu akan melegakan," katanya.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Empat Kelompok
Ia lalu menjabarkan empat tipe dasar manusia yang mendasari perilakunya. Hal itu bisa menjelaskan mengapa tindakan yang dilakukan seseorang bisa berbeda dari logika yang diyakini.
"Setiap yang datang ke saya secara logika, pasti ingin jerawatnya sembuh. Mana ada yang enggak ingin sembuh. Tapi, tindakannya kontradiktif. Jerawat hampir sembuh dikorek-korek atau buat jerawat baru," ujarnya.
Tipe pertama adalah caregiver. Orang dengan tipe ini akan terpuaskan dengan bisa melayani orang lain. Sementara, tipe kedua adalah the achiever. Orang dengan tipe ini biasanya menonjol dengan prestasi yang diraihnya.
Ketiga adalah tipe the sick. Orang dengan tipe ini biasanya mencari perhatian dengan kondisinya yang lemah. Terakhir, adalah tipe the rebel. Mereka biasanya mendapatkan perhatian dengan sifatnya yang suka tak patuh aturan.
"Coba kita pahami diri kita dulu sebelum kita bertindak. Kalau sumber masalahnya sudah dikenali, nanti solusinya lebih mudah," kata Dewi.
Advertisement