Sukses

Cerita Akhir Pekan: Mengulik Budaya Pijat Setelah Cukur Rambut

Layanan pijat nyatanya jadi pertimbangan sebagian lelaki saat memilih tempat cukur rambut.

Liputan6.com, Jakarta - Kendati John Lennon sempat mengatakan, "There is an alternative to war. It's staying in bed and growing your hair.", sebagian lelaki, terutama, tetap memilih potongan rambut pendek dengan preferensi gaya berbeda satu sama lain.

Kegiatan ini sungguh dekat dengan mereka, lantaran frekuensi merapikan rambut yang lebih sering dari kaum hawa. Ketersediaan layanan cukur ini bisa dinikmati secara konvensional maupun mengarah ke modern.

Di samping cukur, layanan lain yang biasanya ditawarkan bersama jasa satu ini adalah pijat. Pijatan ini biasanya hanya diberikan untuk memberi kesan rileks pada titik-titik tertentu, seperti di punggung, juga kaki.

Opsi kenyamanan dalam pijat nyatanya jadi pertimbangan sebagian lelaki dalam menikmati layanan lanjutan ketika cukur rambut. "Saya pribadi lebih pilih tempat cukur yang cukuran biasa saja, tapi pijatnya bikin nagih. Rambut kan dipotongnya begini-begini saja," kata Perdana lewat pesan singkat pada Liputan6.com, Rabu, 21 Agustus 2019.

Pernyataan yang sama juga dilontarkan Aldan Derian. Lelaki yang bekerja sebagai penyunting video ini mengaminkan asumsi serupa. "Ya walau penginnya potong bagus sama pijit enak ya," tuturnya juga lewat pesan teks, Rabu, 21 Agustus 2019.

Tak heran bila jasa pijat kemudian jadi sangat lekat dan masuk dalam pertimbangan memilih tempat cukur rambut. Jasa lanjutan satu ini pun, seperti cukur rambut, bisa dinikmati di tukang cukur konvensional maupun barbershop.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Dari Tukang Cukur Konvensional sampai Barbershop

Pijat sebagai layanan tambahan bsa dinikmati, baik di tukang cukur konvensional sampai barbershop. Muhidin, salah seorang tukang cukur konvensional menuturkan, keberadaan pijat sudah satu paket dengan jasa cukur rambut.

"Menurut saya, pijat itu sudah jadi bagian dari budaya cukur rambut di Indonesia. Dari dulu memang kayak gitu," tutur Muhidin ketika ditemui di tempat cukur miliknya di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur, Kamis, 22 Agustus 2019.

Kendati, Muhidin menambahkan, biasanya ia akan bertanya lebih dulu, apakah si pelanggan mau dipijat setelah cukur rambut atau tidak. Disebut layanan tambahan, lantaran pijat nyatanya tak masuk dalam standard operating procedure (SOP).

"Ada orang yang berani dipijat, ada juga yang nggak. Tapi, kebanyakan kalau ke saya minta pijat. Kata mereka jadi segar gitu. Rambut rapi, badan juga jadi sedikt lebih enak," katanya.

Begitu pun di barbershop. kesan modern yang dihadirkan nyatanya tak menghilangkan budaya pijat setelah cukur. Salah satu barbershop yang memberi layanan ini adalah Richdjoe Barbershop.

"Malah khusus untuk di Richdjoe Premium Barber akan mendapat treatment massage lebih banyak," jelas Marketing Richdjoe Barbershop Jerry pada Liputan6.com lewat pesan singkat, Sabtu, 24 Agustus 2019.

Barbershop yang sudah punya beberapa cabang di Malang, Jawa Timur, dan telah mengekpansi diri ke Jember dan Surabaya ini menganggap, pijat setelah cukur berangkat dari kultur salon yang ada treatment creambath.

"Akhirnya diadaptasi ke barbershop yang majority customers-nya laki-laki," tambah Jerry. Layanan tambahan lain yang tersedia di Richdjoe Barbershop, yakni perawatan untuk kesehatan rambut, seperti tambahan vitamin atau tonic.

"Buat harga, biasanya beragam tergantung target pasar si barbershop-nya sendiri. Tapi, di tempat kami, Rp50 ribu-- Rp65 ribu," tandasnya.