Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 5 September menjadi hari khusus bagi para penggemar Queen. Pada tanggal itu, 73 tahun lalu, lahirlah Farrokh Bulsara yang kemudian dikenal dengan nama Freddie Mercury, sang vokalis band legendaris asal Inggris itu.
Kiprah Freddie bersama Queen di pentas musik dunia begitu fenomenal. Dengan 15 album studio yang mereka rilis, Queen sangat kental memengaruhi peta musik dunia. Mereka juga jadi salah satu band yang paling banyak memengaruhi band-band di generasi selanjutnya. Tak heran pada 2018 lalu, Queen mendapat anugerah Grammy Lifetime Achievement Award.
Hingga kini, seluruh penggemar Freddie di dunia masih memperingati tanggal tersebut untuk mengenang sang legenda yang meninggal tahun 1991 itu. Mereka memperingatinya dengan berdandan ala sang maestro.
Advertisement
Baca Juga
Yang paling umum adalah dengan mengenakan kumis palsu ala Freddie dan jaket kuning, seperti yang kerap dikenakan Freddie saat konser: "Freddie For A Day", begitu mereka menyebutnya. Komunitas pengemar Queen di Indonesia, Queenindo, pun melakukan "ritual" serupa.
Salah satunya di acara "Freddie For A Day", yang dipersembahkan Hard Rock Cafe Jakarta berkolaborasi dengan Queenindo. Acara ini digelar Kamis (5/9). Ini merupakan tahun kelima Hard Rock Cafe berkolaborasi dengan Queenindo menggelar acara "Freddie For A Day".
Tentunya tidak cuma konser. Queenindo, yang kini beranggotakan lebih dari tiga ribu member, juga menggalang dana untuk ikut memerangi HIV/AIDS. Sebab, esensi "Freddie For A Day" juga tak lepas dari nilai-nilai charity dalam rangka memerangi HIV/AIDS.
"Freddie For A Day bertujuan menggalang dana, meningkatkan kesadaran, membantu, dan memerangi HIV/AIDS di bawah The Mercury Phoenix Trust Foundation," ujar Yuce Siti Maria, Humas Queenindo.
The Mercury Phoenix Trust Foundation sendiri merupakan lembaga non profit yang didirikan untuk memerangi HIV/ADIS. Lembaga ini pertama kali diluncurkan saat digelar "The Freddie Mercury Tribute Concert" di London, Inggris, 20 April 1992.
Selama 26 tahun The Mercury Phoenix Trust telah memberikan dana lebih dari 16 juta dolar AS (sekitar Rp 225,5 miliar) untuk mendanai lebih dari 700 project di 57 negara. "Salah satu pesan yang ingin kami sampaikan di acara ini memang soal kepedulian kita tentang bahaya AIDS," Ketua Queenindo, Kalam Rahman, menambahkan.
Sementara Nindy, sang sekretaris menyebut, mereka juga mengusung misi untuk melestarikan karya-karya Queen ke generasi terbaru. "Kami ingin lebih memperkenalkan Queen ke generasi milenial. Maka itu, kami juga punya acara periodik untuk para penggemar Queen," ujarnya.
Tak heran dari sekitar 500 pengunjung yang hadir, cukup banyak terdapat generasi milenial atau generasi Z dengan usia 20 tahunan. Film biopic Queen "Bohemian Rhapsody" yang dirilis Oktober 2018, tak dimungkiri ikut memperkenalkan Queen kepada ke generasi terbaru.
Cair dan Intim
Acara "Freddie For A Day" Hard Rock Cafe sendiri berjalan cair dan intim. Para pengunjung yang hadir ber-sing along hampir di setiap lagu yang dimainkan performer: Roy Ferryanta Project, Made in Heaven, The Bynals, dan Nu Page.
Roy Ferryanta Project tampil sebagai performer pertama. Dengan "bersenjatakan" kibor dan gitar, Roy cukup sukses memancing dengan hits-hits Queen semodel "Somebody to Love", "Jealousy" dan lainnya.
Kemudian tampil Made in Heven. Band yang diambil dari judul album Queen ke-15 ini unik, karena beranggotakan seorang ayah dan dua anaknya.
Sang Ayah, Daniel Kristian, memainkan gitar dan bernyanyi. Sementara sang putri Florence Daughti (bass), dan putranya, Zach Danson, yang masih berusia 11 tahun memainkan drum.
Penampilan Made in Heaven sungguh cetar. Hits-hits seperti "One Vision", "Fat Bottomed Girl" serta "Stone Cold Crazy" pun dimainkan tanpa cela dan mendapat sambutan meriah dari pengunjung. Mereka juga sempat mengajak seorang vokalis, Rama, menyanyikan lagu "I Want it All".
Advertisement
Aksi The Bynals
Kelar Made in Heaven, giliran The Bynals unjuk gigi. Band favorit warga Queenindo ini tak pelak membuat suasana makin panas. Lagu-lagu seperti "Radio Gaga", "Dont Stop Me Now", serta "Crazy Litle Thing Called Love" membuat pengunjung berjingkrak-jingkrak dan tak berhenti ikut bernyanyi. Apalagi, sang vokalis, Hongky, sangat atraktif dan komunikatif.
Di tengah konser, The Bynals sempat mendaulat salah satu sesepuh Queenindo, Nelwin Aldriansyah, yang kebetulan berulang tahun beberapa hari sebelumnya. Nelwin pun sempat didaulat menyanyikan lagu "I Want to Break Free".
Di ujung acara, warga Queenindo diihibur oleh Nu Page, yang juga merupakan home band Hard Rock Cafe Jakarta, tentu saja dengan tembang-tembang Queen. Dengan format dua vokalis, di awal saja Nu Page sudah langsung menghentak dengan lagu "We Will Rock You". Kemudian berturut-turut mereka membawakan "Hammer to Fall" dan "Musthapha" yang membuat suasana makin pecah.
Yang menarik di tengah konser mereka mengundang The Singing Laywer, yang vokalis The KadriJimmo, Kadrid Mohamad serta Tony Wenas yang kini menduduki posisi penting di PT Freeport, naik ke panggung. Kadri, yang juga sempat tergabung di band 1980-an, Makara, tampil memesona membawakan "Under Pressure" dan "We Are The Champions", diiringi Nu Page dan Tony pada kibor. Tony sendiri sempat bernyanyi membawakan "Save Me" yang membuat massa makin histeris.
Seperti juga Kadri, yang sempat berjaya bersama Makara, Tony Wenas juga pernah malang melintang di dunia musik Indonesia pada tahun 1980-an. Selain sempat merilis album bersama Solid '80, Tony juga pernah berkolaborasi dengan musisi-musisi jempolan Tanah Air, seperti Alm Iwan Madjid, Ekkie Soekarno, dan Eet Sjahranie.
Begitulah, suasana sangat semarak di acara Freddie For A Day, hingga akhirnya Nu Page memainkan lagu paling "epik" dari Queen, "Bohemian Rhapsody", sekaligus menutup acara.
Saksikan video pilihan di bawah ini
Â