Sukses

H&M Setop Impor Kulit dari Brazil, Ada Masalah Apa?

Peritel fast-fashion seperti H&M banyak dikritik karena dinilai menyumbang masalah lingkungan hidup dengan praktik bisnis yang dijalankan.

Liputan6.com, Jakarta - H&M, label high-street fashion asal Swedia, mengumumkan penghentian impor kulit sementara dari Brazil. Mereka khawatir produk kulit tersebut ikut menyebabkan terjadinya deforestasi di Hutan Amazon.

Dikutip dari New York Times, Rabu (11/9/2019), H&M menjadi perusahaan mode kedua setelah VF Corporation yang memayungi sejumlah merek internasional, seperti Timberland dan North Face, mengambil langkah penghentian tersebut.

VF Corporation, seminggu sebelumnya, memutuskan berhenti membeli produk kulit dari Brazil hingga pemasok mereka membuktikan bahwa usaha yang dijalankan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan di Amazon. Tindakan itu menyusul terjadinya kebakaran hebat di hutan hujan dunia yang mengundang kecaman masyarakat internasional.

Melalui pernyataan juru bicara yang disampaikan lewat surat elektronik, H&M meminta jaminan bahwa material mentah dan kulit yang digunakannya tidak berasal dari hewan ternak yang dikembangbiakkan di daerah Amazon. Brand tersebut akan menyetop impor hingga ada sistem jaminan yang dianggap kredibel.

Juru bicara itu juga menambahkan, pihaknya hanya menggunakan sedikit sekali produk kulit dari Brazil. Mayoritas kulit yang digunakan, diklaim berasal dari Eropa, walau tak bisa menerangkan detailnya secara spesifik.

Penghentian tersebut akan berlaku untuk semua brand di bawah H&M, termasuk Other Stories and Co. Hingga kini, H&M memiliki ribuan toko di lebih dari 70 pasar. Dengan besarnya perusahaan, keputusan sekecil apapun berkaitan dengan rantai pasokan dapat berdampak luas.

Tindakan H&M menghentikan impor kulit dari Brazil seolah untuk menyelamatkan citranya yang belakangan banyak dikritik. Peritel fast-fashion itu dianggap ikut berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan, yakni memproduksi sampah lewat produk busana sekali pakai dan murah.

Untuk meredam kritikan, H&M mulai memperkenalkan program daur ulang dan membuat publikasi besar-besaran seputar inisiatif program keberlanjutan yang baru.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Banyak Kritikan

Di sisi lain, berdasarkan data Institut Riset Angkasa Nasional Brazil, seperti dikutip Mongabay, jumlah kebakaran yang terjadi sejak 1 Januari hingga 20 Agustus 2019, meningkat 85 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angkanya mencapai 74.155 titik api.

Jumlah tersebut juga menjadi angka kebakaran terparah dalam satu dekade terakhir. Kebakaran makin menjadi-jadi memasuki musim kemarau seperti saat ini, waktu di mana para petani dan pemilik lahan menebang pohon untuk bercocok tanam maupun menggembalakan ternak.

Tindakan itu melonjak tinggi seiring dengan kebijakan baru yang dibuat Presiden Brazil Jair Bolsonaro yang mengizinkan perluasan akses mendekati area yang dilindungi hingga memotong bujet untuk badan perlindungan lingkungan hidup. Tindakan itu memicu seruan boikot dari sejumlah selebritis dan pemimpin dunia.

Namun, Bolsonaro menepis kekhawatiran atas boikot tersebut dengan menyebut hal itu hanya bagian dari tekanan dan permainan semata. Presiden Bolsonaro mengatakan, "Itu normal di seluruh dunia."

Pekan lalu, ia menandatangani perintah eksekutif untuk melarang pembakaran hutan selama musim kemarau di Amazon. Pemerintah juga mengirim militer untuk memadamkan kebakaran di Amazon yang kini sudah bisa dikendalikan.