Sukses

Menanti Rasa Sayange Satukan Indonesia dan Malaysia di Panggung Orkestra

Rasa Sayange pernah jadi sumber konflik antara orang Indonesia dan Malaysia perihal klaim asal lagu tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Lagu Rasa Sayange sempat jadi sumber konflik antara masyarakat Indonesia dan Malaysia. Masing-masing merasa berhak mengklaim lagu tersebut berasal dari daerahnya sendiri dengan argumentasi beragam.

Namun, sebagai negara tetangga, hubungan baik tetap harus dijaga. Berangkat dari semangat membangun jejaring yang sehat, Trust Ochestra menggandeng Malaysian Philharmonic Youth Orchestra untuk membawakan lagu tersebut di panggung Konser Gala Indonesia Orchestra and Ensemble Festival (IOEF) 2019.

"Kami akan mengakhiri konser nanti dengan Rasa Sayange. Sebagai wujud friendship, kami akan memainkannya bersama," ujar Nathania Karina, founder dan Direktur Festival IOEF, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis, 12 September 2019.

Konser gala orkestra itu akan berlangsung di Taman Ismail Marzuki pada Minggu malam, 15 September 2019 dan jadi puncak IOEF tahun ini. Selain perwakilan Malaysia, akan tampil pula dua musisi klasik Austria, Julia Zulus (oboe) dan Justas Stasevkij (piano).

"Selama ini, instrumen musik klasik, seperti piano, biola, itu sudah banyak orang Indonesia kenal, tapi untuk instrumen tiup, masih jarang. Jadi, kami meminta agar musisi yang hadir bisa mewakili alat musik tiup," tutur Nia, panggilan akrabnya, menjelaskan alasan kehadiran musisi Austria itu.

Keduanya juga diminta untuk memainkan lagu daerah Indonesia dalam penampilan mereka nanti di Jakarta. Selain itu, Julia dan Justas juga akan membawakan workshop pada Minggu siang.

Kedua musisi tersebut didatangkan langsung oleh Kedutaan Besar Austria di Jakarta. Menurut Cultural and Admin Assistant, Kedubes Austria Jakarta, Fildzah Arifin, kehadiran keduanya sekaligus untuk mempromosikan budaya Austria yang terkenal akan musik klasiknya pada masyarakat Indonesia.

"Moga-moga masyarakat Indonesia semakin mengenal musik ini," katanya.

IOEF 2019 memasuki penyelenggaraan tahun ke-4. Pada tahun ini, IOEF yang berlangsung pada 13-15 September 2019 di Taman Ismail Marzuki akan menampilkan 25 pertunjukan reguler, lima pertunjukan spesial, dan empat workshop.

Dengan jumlah peserta yang jauh lebih banyak, panitia berharap bisa mendatangkan minimal lima ribu pengunjung untuk menikmati penampilan orkestra dan ensembel itu.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Ajang Membangun Jejaring

Nia menyebut grup orkestra dan ensemble yang hadir tak hanya dari Jakarta, tetapi juga luar daerah, seperti Sukabumi, Solo, dan Bandung. Ada pula tiga kelompok orkestra dari luar negeri, yaitu Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Ajang ini tak hanya jadi wadah untuk musisi orkestra dan ensemble tampil, namun juga saling belajar dan membangun jejaring. Apalagi, masing-masing grup yang tampil membiayai perjalanan mereka sendiri.

"Berbeda dengan festival lain, seperti Java Jazz Festival, semua yang hadir di sini mengeluarkan biaya sendiri. Ini yang orang harus tahu dari festival orkestra," ujar Nia.

Menurut Rama Widi, musisi klasik Indonesia, yang paling kurang dari perkembangan musik klasik di Indonesia adalah pemerataan kesempatan. Maka, festival orkestra merupakan tempat terbaik untuk belajar dari sesama musisi.

Poin lainnya yang penting dari festival adalah tempat membuktikan diri. Pelajaran yang didapat selama beberapa waktu, harus diuji di panggung. Kemudian, festival adalah tempat musisi untuk menjalin jejaring.

"Musisi nggak bisa hidup tanpa networking. Sama siapapun juga, karena kita nggak pernah tahu, opportunity datang dari mana," kata dia.

Dari jejaring itulah, sesama musisi, khususnya di Indonesia, semestinya saling mendukung satu sama lain. "Bukan support, tetapi di belakangnya ada hidden agenda, tetapi benar-benar support. Kalau bukan kita yang support, siapa lagi?" ucapnya.