Liputan6.com, Jakarta - Kain-kain tradisional Nusantara tak perlu diragukan lagi keindahannya. Apresiasi pun berdatangan, mulai dari memberi harga tinggi hingga jadi sumber inspirasi.
Seperti yang dilakukan Treasury, sebuah platform daring untuk membeli, menyimpan, dan menjual emas batangan, serta perhiasan. Pada awal Agustus 2019, mereka meluncurkan seri pertama Koin Nusantara yang terdiri dari Dinar Padang dan Dinar Lombok.
Pada koin 1 Dinar Padang terlihat ukiran kain songket pandai sikek nan mewah sebagai latar gambar atap rumah gadang. Songket dari salah satu nagari yang masuk Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat itu memang tersohor dengan kehalusan hasil tenunan tangannya dan benang emas sebagai material utama.
Advertisement
Baca Juga
Belakangan, benang emas sintetik menggantikan penggunaan benang emas murni. Meski begitu, harga songket tak lantas terjun bebas, lantaran motif yang dihasilkan melewati proses pengerjaan yang rumit. Apalagi, bila kain songket memanfaatkan bahan sutra.
Dalam artikel di kanal Regional Liputan6.com, 14 Agustus 2018, diketahui ada tiga jenis motif wajib yang selalu ditampilkan dalam setiap pembuatan kain tenun, baik untuk perangkat upacara adat maupun sebagai produk-produk praktis.
Ketiganya adalah motif batang pinang (pohon pinang), motif bijo bayam (biji bayam), dan motif saluak laka. Biasanya dipakai untuk menghias pinggir kain songket.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kain Subahnale
Sementara, pada koin 0,5 Dinar Lombok tercetak motif kain tenun Subahnale yang berciri khas motif segi enam, seperti sarang lebah yang bisa diisi dengan berbagai corak, termasuk bunga dan abstrak. Kain tersebut jadi latar dari ukiran kubah Masjid Islamic Center NTB yang bermotif Sasambo, mewakili tiga suku di NTB, yakni Sasak, Samawa, dan Mbojo.
Penenun kain subahnale utamanya adalah para perempuan suku Sasak yang berasal dari Desa Sekarara, Lombok. Nama kain itu terinspirasi dari lantunan kalimat tasbih Subhanallah yang dalam Bahasa Arab berarti Maha Suci Allah.
Dikutip dari Good News From Indonesia, Sabtu (14/9/2019), pembuatan kain Subahnale dilakukan dengan cara menyusun setiap helai benang secara horizontal. Benang katun jadi material utama kain tenun, sementara pewarnaan benang masih menggunakan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan.
Motif Subahnale ternyata merupakan salah satu motif kuno yang sudah turun temurun dari sesepuh Lombok. Dengan keindahan dan kerumitan motifnya, tak heran bila kain Subahnale dihargai mahal.
Tenun Subhanale biasanya digunakan untuk upacara khusus, seperti pernikahan. Bagi penduduk Desa Sekarara, tenun Subahnale sangatlah bernilai bagi perempuan keturunan suku Sasak.
Tenun tersebut merupakan mahar yang wajib diberi perempuan pada mempelai pria yang meminangnya dan harus merupakan hasil tenun sendiri. Maka, setiap perempuan Sasak diwajibkan untuk bisa membuat kain tersebut. Jika belum bisa, ia belum bisa menikah.
Advertisement
Tak Sekadar untuk Koleksi
PR Manager Treasury Anang Samsudin mengaku butuh waktu empat bulan untuk mengeksekusi ide hingga berwujud dalam koin emas 24 karat. Peluncuran Koin Nusantara tersebut dilatari meningkatnya minat masyarakat untuk memiliki emas sebagai koleksi pribadi.
Koin satu dinar setara dengan 4,4 gram emas, sedangkan 0,5 dinar setara dengan 2,2 gran emas. Koin Nusantara edisi perdana ini diproduksi secara terbatas, hanya 1.000 keping untuk kedua motif. Pengiriman emas tersebut dijamin asuransi untuk keamanan.
"Koin bisa dicetak bila cadangan emas yang dimiliki klien tersedia. Treasury bekerja sama dengan Untung Bersama Sejahtera untuk menyediakan cadangan emasnya. Bila seluruh persyaratan dipenuhi, nanti koin emas tinggal dicetak dan dikirim ke alamat yang tertera," ujarnya, beberapa waktu lalu.
Koin emas tersebut tak hanya bisa menjadi koleksi, tetapi juga instrumen investasi. Menurut Anang, emas masih terbilang andalan untuk investasi jangka panjang. Nilainya bertambah seiring waktu.
Namun, Anda harus pastikan tak ada syarat dan ketentuan berlaku yang tersembunyi dari logam mulia yang disimpan. Pasalnya, ada tempat yang menyediakan jasa buy back emas tetapi harganya ditentukan berdasarkan tanggal produksi. Semakin lama waktu produksi, nilai buy back makin rendah. Ujung-ujungnya, Anda akan merasa rugi berinvestasi dalam emas batangan.
"Memang ada yang begitu, tapi kami tidak mencantumkan tanggal produksi pada koin emas yang dijual tetapi hanya kode produksi," ujarnya.