Sukses

Manfaat Bacakan Dongeng Sejak Anak dalam Kandungan

Dongeng bisa mulai dibacakan pada anak sejak trimester terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Cerita dongeng memang melekat pada anak kecil. Kisah fiktif yang ringan dan menyimpan banyak pesan moral cocok didengarkan oleh mereka. Mungkin, saat Anda kecil juga sering mendapatkan cerita dari orang tua dan guru.

Biasanya, dongeng dibacakan untuk mendampingi anak hingga tertidur. Bisa juga dibacakan untuk pelajaran di sekolah. Meskipun terkesan hanya sebuah cerita belaka, ternyata dongeng menyimpan banyak manfaat jangka panjang untuk anak.

Hal ini diungkapkan oleh pendongeng Indonesia sekaligus pendiri dari Komunitas Ayo Dongeng Indonesia, Ariyo Zidni. Ariyo yang biasa disebut Kak Aio ini telah berkecimpung di dunia perdongengan Indonesia selama 20 tahun. Menurutnya, dongeng adalah sarana yang tepat untuk mengedukasi anak.

"Dongeng itu jadi tools yang mudah dan manfaatnya besar untuk anak-anak. Kita mau mendorong orang-orang itu untuk 'ini loh, sebenarnya mendongeng itu semudah ini'. Tidak harus pakai boneka, ada activity crafting apa, hasil kreasinya bisa dibikin cerita apa," tutur Ariyo saat ditemui setelah pentas Festival Cerita Nusantara dan Dunia pada Sabtu, 14 September 2019.

Dari beberapa penelitian yang ada, dongeng dapat berpengaruh pada intelegensi, kemampuan berbahasa, kreativitas anak dan imajinasi anak. Pesan terselubung dalam setiap cerita akan membuat anak mengolah dan menganalisis nilai tersebut sehingga melatih daya pikir anak. Kreativitas juga menjadi terasah, karena anak bisa menerapkan contoh-contoh perilaku dari cerita ke kehidupan nyata. Dongeng juga bisa mempererat hubungan ke anak.

Hal-hal di atas dirasakan langsung oleh Hera, orang tua yang kerap membacakan dongeng kepada anaknya sejak usia dua tahun. Hera merasakan hubungan dia ke anak lebih dekat karena sering membacakan cerita sebelum tidur. Manfaat lainnya mengenai kemampuan berbahasa juga meningkat.

"Itu melatih mata, melatih ketelitian membaca. Kan anak saya kebetulan kelas tiga nih, secara tidak langsung melatih dia untuk mengenal ini tanda-tanda baca, bentuk kalimat tanya, seperti itu sih," ungkap Hera saat diwawancarai di Perpusnas.

Tak banyak diketahui, sebenarnya dongeng sudah bisa mulai dibacakan ke anak sejak masih dalam kandungan. Ariyo menyarankan pembacaan dongeng bisa dilakukan sedini mungkin, terutama saat trimester terakhir.

"Dari bulan ke tujuh, delapan, sembilan, itu sudah baik karena indranya kan sudah terbentuk sempurna, jadi dari indra pendengaran dan indra perasanya. Meskipun dia belum bisa memahami kata-katanya, tapi dia akan bisa merasakan getaran suara yang sering dia dengar," kata Ariyo kepada Liputan6.com.

Suara yang telah terbiasa didengar oleh janin disinyalir dapat membuat dia nyaman. Kenyamanan tersebut akan memperkuat ikatan dari sejak dalam kandungan dan mempermudah komunikasi saat lahir.

"Nanti juga dia akan cepat belajarnya, karena kan anak proses belajarnya paling dekat kan dari orangtuanya. Dia akan lebih mudah menyerap dan mendengar suara itu karena sudah nyaman, akhirnya dia akan lebih cepat menyerap apapun yang disampaikan," tambah Kak Aio lagi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Teknik Membacakan Dongeng

Mungkin beberapa orang tua atau guru kerap bingung tentang cara penyampaian dongeng yang baik dan benar. Ternyata, menurut Ariyo sebenaranya tidak ada teknik yang seutuhnya benar. Hanya saja, ada beberapa tips yang bisa dilakukan agar manfaat dongeng bisa terserap lebih maksimal.

"Nah kalau misal mau mendongeng, pasti nomor satu jujur dan lakukan sepenuh hati. Jujur itu dalam arti, kalau memang tidak bisa, terlalu banyak cerita yang enerjik dan menggangap tidak bisa seperti itu ya tidak usah, tapi tetap dilakuin dengan apa yang kita bisa. Jadi jujur aja," tandas Ariyo.

Kejujuran dan ketulusan tersebut akan membuat kedua belah pihak, baik yang membacakan dan mendengarkan lebih nyaman dan terfokus. Selain itu, Ariyo juga menyarankan agar orangtua atau guru dapat memilih cerita yang mereka nyaman terlebih dahulu dan sesuai dengan anak.

"Jadi, tidak perlu memilih cerita yang nilai moralnya seperti apa. Yang penting, kita suka dulu. Kalau kita udah suka, nanti juga akan bagus ceritainnya," ujarnya lagi.

Guna menanamkan nilai moral dari cerita, pendongeng juga dihimbau untuk tidak menjelaskan secara eksplisit kesimpulan dan cerita. Jika orangtua ingin memastikan anak bisa memahami nilai cerita, sebaiknya lakukan diskusi kecil dengan sang anak.

"Yang boleh dilakukan itu kita diskusi, jadi kayak dibiasakan anak untuk recalling memory-nya, kemudian dia menganalisa sendiri, nah itu mengembangkan kemampuan berpikir anak sebenarnya. Jadi, pas kita sudah selesai bilang ke anak 'nah kayak gitu ceritanya, menurut kamu gimana ceritanya, bagian mana yang kamu suka, kenapa kamu suka yang itu', begitu," kata Ariyo. (Novi Thedora)