Liputan6.com, Jakarta - Ketenangan di Papua Barat terusik saat demonstrasi besar-besaran yang diikuti sejumlah insiden perusakan terjadi pada Agustus 2019 lalu. Nyaris segala kegiatan perekonomian lumpuh, termasuk pariwisata.
Wakil Gubernur Papua Barat Muhammad Lakatoni mengakui mendapat keluhan dari para pelaku usaha wisata. Nyaris sebulan, tingkat kunjungan turis menurun drastis.
Belum lagi saat Bandara Sorong mengalami kerusakan akibat pembakaran oleh massa tidak bertanggung jawab. Pasalnya, bandara itu menjadi salah satu titik transit para wisatawan yang hendak melanjutkan perjalanan ke destinasi lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Kondisi diperparah dengan sejumlah negara mengeluarkan travel advisory kepada warga negaranya yang hendak mengunjungi Papua dan Papua Barat. "Tapi persentase (penurunan kunjungan wisata) belum kami punya data secara persis," ujarnya dalam jumpa pers di Kementerian Pariwisata, Selasa malam, 17 September 2019.
Tak ingin berlarut-larut, Pemerintah Provinsi Papua Barat berusaha membangun kembali kepercayaan wisatawan agar mau datang ke wilayahnya. Dua festival besar yang bakal digelar, yakni Festival Seni dan Budaya Papua Barat 2019 dan Festival Bahari Raja Ampat 2019, dijadikan momentum untuk memulihkan dunia pariwisata di sana.
Festival Seni dan Budaya Papua Barat 2019 akan berlangsung di Manokwari pada 7--11 Oktober 2019. Dalam acara tersebut akan ditampilkan antara lain berbagai lomba tari kreasi baru, lomba musik tradisional, lomba tari pergaulan yosim pancar, lomba kuliner khas Papua Barat, hingga pameran benda-benda budaya, hasil kerajinan tangan khas Papua Barat.
Sementara, Festival Bahari Raja Ampat yang sudah dua kali masuk Calender of Event Kementerian Pariwisata akan mempromosikan keindahan alam Raja Ampat. Agenda tersebut bakal berlangsung pada 18--22 Oktober 2019 yang dibuka di Pantai WTC, Waisai, Papua Barat.
"Kami pastikan jaminan keamanan kunjungan apapun ke Papua Barat," kata Lakatoni.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kunjungan Wisatawan
Lakotani mengungkapkan industri pariwisata di Papua Barat meningkat signifikan sejak 2016. Dibandingkan 10 tahun lalu yang kunjungan didominasi oleh peneliti dan profesional, sampai kini orang awam yang datang makin banyak.
Bahkan, peningkatan tingkat kunjungan wisatawan ke Papua Barat mencapai 45 persen setiap tahunnya. Jumlahnya kini mencapai 44 ribu orang yang persentasenya antara wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik nyaris seimbang, yakni 52:48.
"Hal itu tentu membanggakan kita semua," ujarnya.
Aset utama pariwisata di Papua Barat, selain alam, adalah kearifan lokal masyarakat setempat. Lakotani menyatakan berkat kearifan alam, warga kini bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan.
Tapi, keterampilan sumber daya manusia masih jadi pekerjaan rumah. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengusulkan agar dibuka program studi pariwisata di Sorong.
"Informasi yang saya dapat di Sorong sudah ada pendidikan tinggi program studi kelautan. Saya mengusulkan agar ditambah dengan program studi pariwisata. Untuk Papua Barat program studi kelautan dan pariwisata sangat tepat," kata Menpar.
Ia mengatakan, Kemenpar juga siap membantu penerapan kurikulum pariwisata berstandar ASEAN dan standar dunia (UNWTO).
Menpar juga menyoroti masalah aksesibilitas, khususnya penerbangan langsung ke Sorong. Ia mengusulkan penciptaan hub-hub dari sumber pasar, seperti Manado dan Bali, yang menuju langsung ke Raja Ampat.
Sementara itu, untuk amenitas, Kemenpar akan membantu dengan menerapkan konsep nomadic tourism di Papua Barat sebagai proyek percontohan antara lain berupa tenda (glam camp), karavan, serta homepod.
"Model nomadic tourism sangat cocok untuk Raja Ampat karena tidak mengganggu lingkungan alam," kata Arief Yahya.
Advertisement