Sukses

6 Destinasi Ciamik untuk Mengamati Burung-Burung Cantik di Alam Bebas

Bagaimana pun, burung yang terbang bebas lebih menyenangkan untuk diamati.

Liputan6.com, Jakarta - Destinasi alam di Indonesia sangat kaya variasinya. Salah satu jenis wisata yang belakangan berkembang adalah trip mengamati burung alias bird watching. 

Sensasi berburu keindahan burung-burung di alam bebas adalah yang dicari. Perlu perjuangan mengingat lokasinya jauh dari hingar-bingar perkotaan.

Karena berhubungan dengan alam, Anda tak bisa dijamin bisa menemukan burung yang dicari. Namun bila benar bertemu, perjuangan Anda bernilai sepadan. Itulah seninya mengamati burung di alam bebas. 

Banyak alternatif lokasi untuk menikmati petualangan ini. Anda bisa menyesuaikan dengan bujet yang dimiliki. Liputan6.com merangkum enam destinasi untuk trip memantau burung dari beragam tempat. Simak detailnya berikut ini. 

 

1. Taman Saporkren

Nama Sarporkren diambil dari nama Kampung Sarporkren di Wageo Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Taman pantau ini sudah berdiri sejak 2015 dan kegiatan utamanya adalah ekowisata pengamatan burung Cendrawasih Botak (Cicinnurus republica) dan Cendrawasih Merah (Paradisaea rubra).

Tiket masuk ke dalam wisata ini cukup Rp250 ribu dan sudah bisa mengamati dua burung Cendrawasih sekaligus pemandu wisata lokal. Jarak lokasi satu dengan yang lainnya membutuhkan waktu 30 menit jalan kaki, sedangkan dari kampung ke taman pemantauan butuh waktu sekitar 35 menit jalan kaki.

Waktu terbaik mengamati burung yaitu pada pukul 07.00 WIT dan pukul 15.30 WIT. Bagi wisatawan luar daerah, ada banyak homestay di sekitar lokasi wisata. Anda bisa menginap di sana agar tidak kehilangan momen untuk melihat cendrawasih di pagi hari.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 6 halaman

2. Taman Nasional Lore Lindu

Taman nasional ini berada di Kabuaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah tepatnya sekitar 60 kilometer selatan kota Palu. Taman ini memang banyak dikunjungi para pengamat burung lokal hingga mancanegara.

Tiket masuk ke dalam taman ini cukup terjangkau yaitu Rp150 ribu per kepala. Saat ini jenis burung yang ada di Lore Lindu ini yatiu ada burung Rangkok atau Julang Sulawesi dan Gagak Sulawesi atau 'Piping Crow'. Ada banyak jenis burung lainnya, tapi masih dalam pengamatan.

Jika datang kemari, Anda bukan hanya bisa bertemu burung saja melainkan ada berbagai flora dan fauna endemik Sulawesi yang tersimpan di dalam hutan itu. Selain itu, panoramanya juga tak kalah menarik karena wilayah Lore Lindu ini terletak di garis Wallace yang merupakan peralihan antara zona Asia dan AUstralia.

3 dari 6 halaman

3. Taman Nasional Gunung Merapi

Sebelum dikenal sebagai taman pengamatan burung, Taman Nasional Gunung Merapi ini sudah dikenal dengan rumah hewan-hewan liar di hutan Merapi. Nah, sejak penelitian yang dilakukan pada tahun 2016, mereka menemukan adanya Elang Jawa yang berkeliaran sejumlah 6 ekor.

Taman ini terbuka bagi Anda yang mau melakukan penelitian burung. Harga tiket masuknya cukup murah yaitu hanya sekitar Rp8 ribu. Bagi Anda yang hendak melakukan penelitian, maka dikenakan tarif berbeda dari pengunjung biasa.

4 dari 6 halaman

4. Taman Nasional Matalawa

Rumahnya Burung Sumba, begitulah sebutannya. Taman Nasional Matalawa ini sebenarnya adalah sebutan dari dua taman, yaitu Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti yang sejak 2006 digabungkan menjadi satu.

Saat ini tercatat 215 jenis burung. Burung yang paling diamati pergerakannya yaitu Kakatua Sumba (S sulphurea citrinocristata). Waktu pengamatannya juag cukup cepat, yaitu dari pukul 05.00 hingga pukul 06.30 waktu setempat.

Terletak di daerah Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Anda harus naik mobil khusus dari pusat kota menuju tempat tersebut. Untuk masuk ke dalam taman nasional itu, Anda cukup mengeluarkan kocek sebesar Rp5 ribu untuk warga negara Indonesia dan Rp100 ribu untuk warga negara asing.

5 dari 6 halaman

5. Desa Ramah Burung Jatimulyo

Berawal dari keresahan warga karena banyaknya pengunjung yang datang ke desa ini untuk memburu burung, kini akhirnya Desa Jatimulyo telah menjadi salah satu ekowisata pemantauan burung. Tujuan utamanya yaitu melindungi jumlah populasi burung yang berkembang biak di desa ini.

Tempatnya berada di lereng bukit karst di Gunung Kelir Desa Jatimulyo. Pada 2014 sudah disahkan sebuah peraturan desa yang melarang siapa pun memburu jenis hewan apapun termasuk burung di kawasan hutan Jatimulyo. Jumlah burung yang menjadikan hutan Jatimulyo adalah rumah yaitu sebanyak 95 jenis burung, diantaranya emprit gantil, tunggak, tengkek, cucuk urang, sulingan dan jenis burung lainnya.

Sejak diterbitkannya perdes tersebut, semakin banyak pengamat burung dari berbagai daerah ke desa tersebut dan melakukan pengamatan burung. Selain itu, Desa Jatimulyo juga sering dijadikan tempat untuk lepas liar contohnya burung gelatik.

6 dari 6 halaman

6. Taman Nasional Gunung Halimun

Berada di wilayah Sukabumi Jawa Barat, taman nasional ini menyimpan 244 spesies burung dan 27 diantaranya adalah jenis endemik. Walaupun taman ini secara umum dapat menjadi tempat pengamatan primata dan hewan lainnya, tapi mengamati burung di Gunung Halimun lebih banyak diincar oleh para turis.

Salah satu burung yang paling dipantau pertumbuhannya adalah Elang Jawa, karena waktu pertumbuhannya lumayan lama.

Jika ingin melihat burung dengan jelas, jangan sampai kehilangan momen pada pukul 05.00 WIB sampai jam 10.00 WIB. Tiket masuk ke Taman Nasional Gunung Halimun yaitu sebesar Rp30 ribu, sedangkan harga parkirnya Rp5 ribu dan jika anda membawa kendaraan ke dalam maka dikenakan biaya lagi sebesar Rp10 ribu. (Ossid Duha Jussas Salma)