Sukses

Mengagumi Pesona Pilar Batu Lancip di Gurun Pasir Pinnacles

Gurun Pasir Pinnacles menjadi fenomena alam paling unik di Australia Barat. Ratusan pilar batu menjulang tajam dan lancip ke arah langit.

Liputan6.com, Australia Barat - Gurun Pasir Pinnacles menjadi fenomena alam paling unik di Australia Barat. Ratusan pilar batu menjulang tajam dan lancip ke arah langit.

Tingginya bervariasi, ada yang pendek dan mencapai sekitar 3 meter. Bentuknya pun beraneka ragam. Tidak ada yang sama. Berhamparan membentuk aneka formasi.

Pinnacles menjadi saksi bisu terbentuknya pilar batu dari permukaan gurun ribuan tahun yang lalu. Kala itu gurun pasir merupakan dasar laut.

Untuk mencapai lokasi unik di Taman Nasional Nambung ini, butuh sekitar 2,5 jam perjalanan dari Perth. Cara mencapainya bisa dengan menyewa mobil atau mengikuti tur.

Ada dua pilihan waktu, pagi saat matahari terbit, atau sore saat matahari terbenam. Kedua momen tersebut membuat hamparan batu gamping atau kapur ini menjadi dramatis untuk diabadikan.

Liputan6.com bersama Tourism Western Australia (TWA) mengunjungi Pinnacles sore hari dengan mengikuti bus tur berkapasitas 50 orang. Sepanjang perjalanan, sopir yang merangkap pemandu wisata bercerita tentang berbagai fenomena alam yang ditemui di jalan.

"Kalau pagi hari cuacanya hangat cenderung panas dan ramai. Sore hari sejuk dan tidak terlalu ramai. Beberapa turis menyewa mobil dan menginap di dalam mobil. Jadi bisa sekaligus dapat momen sore, malam, dan pagi," kata Fransiska Pangat, Country Manager Indonesia, TWA.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini :

2 dari 4 halaman

Koala dan Kanguru Liar Sebelum Pinnacles

Perjalanan menuju Pinnacles dimulai pukul 14.30 dari Perth. Sekitar 45 menit perjalanan, melipir dulu ke Taman Nasional Yanchep. Melihat koala dan kanguru liar dari dekat, menjadi andalan tempat ini.

Saat menyusuri jalan setapak, tampak koala sedang asyik makan, sambil berpegangan di batang pohon. Di spot berbeda, ada juga koala yang sedang tidur pulas. Tak terganggu dengan orang-orang yang menatapnya kagum maupun mengabadikan gambarnya.

Pula ada kanguru menikmati makan di rerumputan luas. Namun jangan terlalu dekat. Kanguru yang merasa tidak nyaman akan segera melompat menjauh, meski harus melintasi orang-orang yang berada di taman. Baiknya tetap menjaga jarak agar tidak mengganggu kanguru.

Pemandangan taman pun sangat indah. Hamparan rumput hijau, pepohonan besar, telaga nan tenang, dan udara yang bersih, sangat pas untuk relaksasi. Cukup duduk diam di rerumputan atau berdiri termenung menjernihkan pikiran.

Puas berinteraksi dengan satwa liar dan menikmati keindahan alam di Yanchep, pemandu wisata menyuguhkan kopi, teh, dan snack. Sungguh nikmat untuk melawan suhu udara yang dingin sekitar 22 derajat Celcius pada 16 September 2019. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Pinnacles. Sekitar 1,5 jam perjalanan.

3 dari 4 halaman

Senja di Pinnacles

Surya mulai terbenam saat tiba di Pinnacles. Membuat langit dan segala tumbuhan yang kena sinarnya menjadi kuning keemasan bercampur kemerahan-merahan. Peserta tur bergegas menyusuri jalan menuju hamparan pilar batu.

Begitu melihatnya, terpesona! Pandangan mata menyapu seluruh hamparan pilar batu di gurun pasir nan luas. Nyaris tak berujung. Kaki pun tiada lelah melangkah. Bereksplorasi dari satu pilar batu ke yang lainnya. Bebatuan karang menjulang tinggi. Tampak kokoh dan gagah. Semuanya menakjubkan.

Pasir yang menjadi landasan untuk melangkah, membuat pikiran melayang ke ribuan tahun lalu saat tempat ini sesungguhnya adalah dasar laut. Sungguh ajaib kini bisa berjalan di atasnya.

Sinar surya yang perlahan tenggelam membuat suasana menjadi dramatis. Membuat pilar-pilar batu berkilauan kuning dan merah. Hingga tak terasa, langit mulai gelap. Tidak ada penerangan lampu di sini. Hanya mengandalkan cahaya alam.

Nasihat dari pemandu wisata saat berada di dalam bus tur pun terngiang-ngiang. "Begitu matahari tenggelam. Segera kembali. Jangan sampai tersesat." Kami pun bergegas kembali ke bus tur. Syukurlah tidak sampai tersesat.

4 dari 4 halaman

Bulan dan Bintang di Pinnacles

Tak puas hanya melihat senja di Pinnacles, masih ada suguhan alam semesta yang tak kalah unik. Melihat Bulan dan Bintang menghiasi langit di atas hamparan pilar batu.

Namun sebelum Bulan benar-benar bergantian tugas dengan Matahari, kami menuju bibir Samudra Hindia. Langit yang gelap membuat Samudra Hindia tak terlihat jelas. Baru sedikit bintang yang terlihat. Masih malu-malu. Meski demikian deburan ombaknya sangat menenangkan. Mengambil semua energi negatif.

Kami pun ke kota nelayan Cervantes untuk makan malam. Usai bersantap, kami kembali menuju Pinnacles. Sambil berharap bintang-bintang bakal bertaburan. Pemandu wisata menyarankan mengunduh aplikasi yang bisa mengenali nama gugusan bintang saat kamera ponsel diarahkan ke langit yang berbintang.

Sesampainya di Pinnacles, beberapa wisatawan dimodali lampu yang ditenteng di tangan untuk menerangi jalan agar tidak tersandung. Bulan Purnama berbinar benderang. Bintang-bintang yang berada agak jauh dari Bulan Purnama pun gemerlapan.

Pilar-pilar batu tampak seperti tertidur. Sunyi. Saatnya menikmati ketenangan, sambil menatap Bulan dan Bintang di langit, yang menaungi hamparan pilar batu di gurun pasir.

Tak terasa sudah pukul 21.00. Pemandu wisata kembali menyuguhkan teh, kopi, dan snack. Setelah itu, waktunya kembali ke Perth. Bus tur menembus kegelapan malam hutan di kiri kanan jalan. Seringkali kabut pekat menerpa, membuat jarak pandang terbatas dan agak mencekam.

Semua penumpang mengenakan sabuk pengaman. Selain sebagai standar keamanan, juga untuk antisipasi agar tidak terpelanting jika sopir harus rem mendadak karena kanguru liar melintas.

Hari pun telah berganti. Pukul 00.30 saat tiba di Perth. Lelah dan kantuk menyergap. Namun hati dipenuhi rasa syukur bisa mengagumi keindahan alam semesta nan unik. Membuat tidur terasa damai.