Sukses

Wisatawan Milenial Makin Menuntut, Tak Cukup Hanya Promo dan Harga Miring

Wisawatan milenial makin cerdas sehingga menginginkan lebih dari uang yang dikeluarkan.

Liputan6.com, Jakarta - Pariwisata di Indonesia makin inklusif. Nyaris seluruh masyarakat bisa menikmatinya, khususnya kalangan milenial dan generasi Z yang berasal dari kelas menengah. Padahal sebelumnya, hobi jalan-jalan hanya bisa dinikmati oleh kalangan atas.

Berbeda kelas, berbeda pula gaya traveling. Mengingat isi kantong yang cenderung terbatas, bujet menjadi salah satu faktor yang memengaruhi cara kalangan milenial dan generasi Z merancang kepergiannya.

Maka itu, promo harga miring yang ditawarkan pelaku usaha mampu menarik pelanggan. Namun, ternyata hal itu tak cukup. Serlina Wijaya, CMO Pegipegi, mengatakan mayoritas konsumen kini mementingkan total value yang diperoleh dari uang yang dikeluarkan.

"Jadi intinya ada promosi harga yang bersaing, produk yang lengkap dan nyaman, brand-nya juga harus trusted," ungkap Selina dalam jumpa pers Indonesia Travel Insight 2019 di Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Tak heran bila aplikasi perjalanan yang bisa menyediakan seluruh kebutuhan tersebut bisa menonjol. Apalagi, kalangan milenial dan generasi Z lebih mengandalkan teknologi untuk mencari kebutuhan traveling mereka, mulai dari pemesanan tiket, akomodasi, hingga destinasi wisata yang dituju.

Hal itu mengonfirmasi temuan Google. Zulfi Rahardian, Industry Manager Google Indonesia, mengungkapkan Indonesia menjadi pasar pariwisata online terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan nilai transaksi diperkirakan mencapai 8,6 miliar dolar AS untuk pemesanan tiket pesawat dan hotel.

Angka tersebut diyakini masih akan terus meningkat mengingat masih banyak potensi yang belum dikelola secara maksimal. "Hingga 2025 diprediksi pertumbuhan dari sektor pariwisata bisa sampai 17 persen per tahun," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Layanan Terbaik

Ia menerangkan empat hal yang akan mendorong pariwisata online, yaitu online travel aggregator (OTA), airlines booking online, long tails hotel, dan experiences. Masing-masing faktor bersifat komplementer untuk menciptakan iklim wisata yang kondusif.

Dari sisi OTA, misalnya, ia menyebut pencarian berkaitan dengan travel online itu naik 38 persen dalam 18 bulan terakhir, mulai Januari 2018 hingga Juni 2019. Kata kunci seperti promo dan harga tetap muncul sebagai kata kunci pencarian, tetapi kata kunci yang berkaitan dengan layanan juga ikut mengemuka.

"Seperti cara check in, cara reschedule, cara refund, hingga cicilan. Melonjak hingga 138 persen. Ini menunjukkan masyarakat semakin cerdas. Selain promo dan harga, pelaku bisnis juga dituntut untuk menyediakan layanan terbaik untuk masyarakat Indonesia," tuturnya.

Dari sisi booking tiket secara online, nyaris semua maskapai menyediakan layanan ini. Meski begitu, kenaikan harga tiket maskapai yang terjadi mulai akhir tahun lalu nyatanya berpengaruh signifikan terhadap peralihan moda transportasi yang dipilih wisatawan.

3 dari 3 halaman

Pengalaman Menentukan

Temuan menarik lainnya terungkap berkaitan hotel dan akomodasi yang pencariannya naik hingga 37 persen dalam 18 bulan terakhir. Kata kunci yang menonjol adalah hotel murah.

Menurut Zulfi, temuan itu mengindikasikan bahwa wisatawan, khususnya kalangan milenial dan generasi Z, berpikiran terbuka dan lebih eksploratif. Asalkan hotel atau penginapan bisa menyediakan layanan yang diperlukan, mereka tak akan segan memesan.

Situasi tersebut memungkinkan hotel-hotel lokal yang ada di tempat wisata berkembang. Beragam brand dengan kategori hotel bujet juga ikut merangkak naik. Meski begitu, bukan berarti hotel branded tak lagi diminati.

"Penelusuran untuk akomodasi hemat dalam kategori branded naik lima kali lipat sepanjang periode yang sama," katanya.

Namun, experience lah yang paling menentukan. Pencarian tentang atraksi dan aktivitas di tempat wisata meningkat hingga 47 persen dalam periode yang sama. Kata kunci yang menonjol terkait hal itu di antaranya 'terdekat'.

"Misalnya mal terdekat, tempat makan terdekat, wisata terdekat, kafe terdekat, pantai terdekat, taman terdekat, dan spa terdekat. Mereka mencari yang terdekat dan lokal punya kesempatan menggarap bisnis ini," ujar Zulfi.

Terkait temuan itu, Arie Prasetyo, Kabid Rencana Strategis Kemenpar menyebutnya sebagai tantangan bagi UMKM dan pemerintah daerah. Pasalnya, keterampilan pengusaha di daerah masih jadi pekerjaan rumah.

"Kita sedang rancang bangun supaya mereka menjadi entrepreneur berbasis digital," ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.