Sukses

Pengguna Media Sosial Harus Tahu Istilah Maper!

Kondisi maper perlu diperkenalkan pada publik agar dampaknya dapat sepenuhnya dipahami.

Liputan6.com, Jakarta Jika melihat kondisi media sosial saat ini, pasti kamu bakal melihat banyaknya netizen yang melontarkan unggahan kebencian. Media sosial yang seharusnya menjadi wadah saling berbagi informasi positif, justru berdampak negatif.

Alhasil ketika ada satu orang yang berkomentar atau menyebarkan konten negatif, pengguna akun lain langsung ikut mengumpat sekaligus meluapkan kemarahannya. Ya, unggahan kemarahan dan kebencian yang terus meningkat dan sulit dikendalikan di media sosial.

Merunut data dari Crimson Hexagon, di Indonesia, dari awal 2019, setidaknya ada lebih dari 70 ribu pesan negatif beredar di media sosial setiap harinya dan angka tersebut terus meningkat dari waktu ke waktu.

"Secara ilmiah sudah terlihat bahwa orang akan mudah terpancing emosinya karena kebiasaan menunda makan atau sengaja skip makan. Ini yang disebut dengan maper," jelas Ahli Gizi dr. Juwalita Surapsari, SpGK dalam acara ABC Sari Kacang Hijau Anti Maper di Jakarta, Kamis (26/9).

Juwalita menjelaskan maper atau marah laper disebabkan karena terjadinya penurunan gula darah dalam tubuh. Gula darah kemudian mengeluarkan hormon ghrelin--hormon yang memberi sinyal lapar ke otak.

Lalu dari sinyal lapar itu, otak mendapat 'pesan' bahwa tubuh belum kenyang atau kekurangan energi. Pesan itu disampaikan oleh hormon kortisol. "Kortisol merupakan hormon stres. Jika kortisol tinggi, orang jadi lebih gampang marah, bicara lebih kacau, dan bahkan bisa berperilaku agresif," jelas Juwalita.

 

Riset yang Jelas

Lagi-lagi penyebab orang marah karena lapar bukan tanpa sebab, tapi memang ada risetnya. Selama dua tahun terakhir, ABC Sari Kacang Hijau secara konsisten terus mengomunikasikan misinya untuk mengurangi kemarahan, dengan mengendalikan rasa lapar.

Itu karena pada dasarnya orang akan mudah marah ketika mereka lapar, terutama mereka yang berada di rentang usia 18-30 tahun. Pada 2018, ABC Sari Kacang Hijau membuat kampanye marketing untuk mengurangi kemarahan di lalu lintas.

Tahun ini, ABC Sari Kacang Hijau meluncurkan sebuah inisiatif untuk mengurangi kemarahan di media sosial. Bekerja sama dengan Xquisite Informatics, ABC Sari Kacang Hijau menemukan korelasi antara saat-saat menjelang waktu makan dan meningkatnya luapan kemarahan di media online.

Nah sebagai produk yang dapat membantu mencegah rasa lapar, ABC Sari Kacang Hijau ingin membantu mengurangi kemarahan di media sosial. Dhiren Amin selaku Head of Marketing & R&D Kraft Heinz ABC Indonesia & Papua New Guinea, menjelaskan bahwa kampanye selama dua tahun terakhir merupakan bukti dari komitmen ABC, untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

"Sebagai merek makanan, kami percaya bahwa salah satu penyebab munculnya emosi marah adalah rasa lapar," tambah Anissa Permatadietha selaku Marketing Manager Ready to Eat & Beverage, Kraft Heinz ABC Indonesia.

Oleh karena itu, dengan tujuan untuk mengurangi kemarahan di media sosial, ABC Sari Kacang Hijau meluncurkan program kampanye Anti Maper (Marah Laper). Kampanye digital holistik itu bekerja sama dengan influencer Sarah Ayu.

"Melalui kampanye ini, kami mengimbau para pengguna media sosial untuk mengurangi unggahan kemarahan mereka. Sebab faktanya mereka bukanlah marah, namun hanya lapar," jelas Anissa Permatadietha.

Jadi, Juwalita menyimpulkan bahwa kondisi maper perlu diperkenalkan pada publik agar dampaknya dapat sepenuhnya dipahami. Ketika mengabaikan rasa lapar, orang akan merasa lebih tidak senang dan mudah marah, dan mengarah pada penyebaran emosi negatif.

Maka dari itu, sebenarnya rasa maper dapat dihindari dengan mengonsumsi nutrisi yang tepat. Pengaturan gula darah merupakan kunci untuk mengontrol emosi.

"Sari Kacang Hijau menjadi salah satu snack yang punya cadangan lebih karena mengandung karbohidrat, protein, dan serat. Dengan kandungan tersebut, gula darah tidak akan cepat turun dan stabil, sehingga emosi lebih mudah terkontrol."

 

(*)