Sukses

CEO Biz Forum Puji Kinerja Kementerian Pariwisata

Institusi ini telah menjadi mesin penghasil devisa, serta menggerakkan ekonomi hingga ke daerah-daerah.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pariwisata di bawah kepemimpinan Arief Yahya, terbukti telah melakukan kinerja yang luar biasa. Institusi ini telah menjadi mesin penghasil devisa, serta menggerakkan ekonomi hingga ke daerah-daerah.

Pendiri sekaligus Ketua Umum CEO Biz Forum (CBF) Jahja B Soenarjo mengatakan, Arief Yahya telah menggalakkan destinasi-destinasi wisata unggulan di banyak wilayah. Kota-kota di Indonesia pun ikut bergairah dengan pertumbuhan wisata kuliner sebagai bagian dari leisure economy.

“Saya sudah lama mengenal seorang Arief Yahya. Sejak dulu, ia memang selalu bekerja dengan prinsip 3S. Yaitu solid, speed, and smart. Ternyata 3S juga menjadi napas budaya Kemenpar, sehingga cepat merespons setiap perubahan. Bukan lagi mengambil peluang, tetapi menciptakan peluang,” ujarnya, Sabtu (28/9).

Diakui Jahja, ada banyak strategi atau langkah produktif yang telah dilakukan Arief Yahya untuk memajukan pariwisata di Tanah Air. Antara lain pengenalan 10 destinasi wisata prioritas, bahkan hingga ke mancanegara. Hal itu menjadi salah satu gebrakan luar biasa sehingga pariwisata Indonesia banyak dilirik turis asing.

Adapun 10 destinasi prioritas yang dimaksud adalah Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur dan kawasan Joglosemar (Jogjakarta, Solo, Semarang), Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Morotai (Maluku Utara), dan Wakatobi (Sulawesi Tenggara).

“Tak kalah keren adalah konsep sinergi pentahelix (unsur pembangunan Jawa Barat). Dengan konsep tersebut, seluruh stakeholder secara aktif betul-betul dilibatkan. Bahkan yang tidak terpikirkan oleh kami dari kalangan pengusaha, adalah adanya GenPI. Belum pernah ada sebelumnya di departemen-departemen seperti ini, melibatkan dan memberdayakan secara langsung generasi muda,” ungkapnya.

Kemudian komponen 3A (atraksi, aksesibilitas dan amenitas) yang sudah dilaksanakan dan disosialisasikan sampai ke bawah. Walaupun para pelaksana yang ada di daerah belum sepenuhnya memahami dan mengikuti kecepatan ritme kerja seorang Arief Yahya, tetapi ini justru menjadi tantangan baginya untuk menunjukkan kekuatan leader.

“Harus diakui, baru kali ini Kemenpar bisa menghasilkan devisa yang cukup signifikan. Saya rasa ini akan terus bertumbuh dan meningkat. Saya harap apa yang dilakukan Arief Yahya akan menjadi semangat dan budaya yang terus digaungkan di Kemenpar,” tegasnya.

Berdasarkan data tahun 2018, devisa yang dihasilkan dari sektor pariwisata mencapai USD 17 miliar. Angka itu telah mengalahkan crude palm oil (CPU) atau minyak kelapa sawit, juga minyak dan gas (migas).

Peluang pariwisata Indonesia memang sangat besar untuk menjadi yang terbaik di dunia. Bukti paling aktual, Indonesia masuk deretan 6 besar negara terindah versi publisher ternama dari UK, Rough Guides. Indonesia juga menempati nomor 7 dan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang lolos top 10 versi Lonely Planet.

“Segudang penghargaan yang didapat dari dalam dan luar negeri, menjadi bukti kepiawaian beliau membawa pariwisata Indonesia ke kancah dunia. Beliau adalah menteri yang sangat paham ‘marketing’. Ia menyadari bahwa branding bukan sekadar ‘creating a brand’. Tetapi lebih ke communicating a brand. Sehingga, digandenglah ratusan mereka-merek potensial untuk mengusung Wonderful Indonesia melalui program co-branding,” tandasnya.

Menyinggung soal pergantian kabinet baru, Jahja mengaku sangat mendukung Arief Yahya menjabat kembali sebagai Menpar. Ia mengaku memiliki beberapa program untuk mendukung pariwisata Indonesia yang tidak lepas dari sektor-sektor lain seperti UKM.