Sukses

Mengenal Sape', Alat Musik Khas Dayak yang Dimainkan Atiqah Hasiolan

Sape' yang dimainkan Atiqah Hasiolan memiliki arti memetik dengan jari.

Liputan6.com, Jakarta - Selain menjalankan aktivitasnya sebagai seorang publik figur dan ibu, Atiqah Hasiolan juga tetap menjalankan beberapa hobinya. Salah satu yang terbaru adalah bermain alat musik.

Bukan alat musik modern seperti piano, biola atau gitar yang dimainkannya, melainkan alat musik tradisional Indonesia. Pada 22 September 2019, istri Rio Dewanto ini mengunggah video dirinya sedang bermain sape'.

Sape' adalah alat musik khas Suku Dayak. Persebaran alat musik ini ada di Pulau Kalimantan hingga Malaysia. Dari video berdurasi 20 detik yang diunggah, dia menuliskan keterangan "am a proud beginner" yang berarti "aku seorang pemula yang bangga".

Diketahui, Atiqah belajar memainkan alat musik yang terbuat dari kayu ini karena sedang berlibur bersama anaknya, Salma, ke Sarawak, Malaysia. Terlihat dia duduk di lantai sambil menyilangkan kaki dan sudah cukup piawai dalam memetik senar yang ada.

Aksinya ini menuai pujian dari warganet dan beberapa selebriti Indonesia. Atiqah dianggap mengenalkan dan melestarikan budaya Indonesia. Beberapa musisi yang turut memujinya adalah Audy Item dan Ariyo Wahab, mereka menuliskan komentar "keren" pada unggahan tersebut.

Dalam salah satu komentar warganet, Atiqah juga membalas dengan mengatakan bahwa dia jatuh cinta dengan alat musik ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sape’, Alat Musik Penyentuh Hati

Konon katanya, sape’ diciptakan oleh seorang pemuda yang selamat dari kecelakaan sampan yang karam dan dia terdampar di sebuah pulau di tengah sungai. Di tengah kesendiriannya, dia tiba-tiba mendengar suara musik yang disinyalir berasal dari dasar sungai. Merasa mendapat ilham dari nenek moyang, pemuda ini mencoba membuat alat musik dengan bunyi yang sama seperti yang dia dengar saat sudah pulang.

Melansir dari Portal Informasi Indonesia, kata sape’ sendiri berasal dari bahasa lokal yang memiliki arti “memetik dengan jari”. Sape' terbuat dari kayu pilihan seperti meranti dan kayu keras lainnya agar lebih tahan lama. Sesuai dengan mitologinya, bentuk sape' juga menyerupai sampan. Biasanya, sape' akan diberi ukiran motif Dayak seperti taring atau kepala burung.

Alat musik ini dimainkan oleh masyarakat Dayak untuk menyatakan perasaan, baik senang maupun sedih. Dikatakan pada zaman dahulu, lantunan musik yang riang dimainkan pada siang hari, sedangkan lantunan musik yang syahdu dimainkan pada malam hari. Dentingan yang indah dari sape’ juga digunakan untuk mengiringi tarian Dayak atau upacara adat.

Pada Dayak Kenyah dan Dayak Kenyaan, terdapat sastra lisan turunan bernama 'Tekuak Lawe'. Sastra tersebut berbunyi "sape benutah tulaang to’awah" yang makna filosofisnya berarti sape’ mampu meremukkan tulang-tulang hantu yang gentayangan. Ungkapan ini ingin menandakan bahwa dentingan suara sape’ dapat membuat menyentuh perasaan hingga membuat orang yang mendengarnya merinding.

Cara memainkan sape’ tak jauh berbeda dengan gitar, yakni dengan dipetik. Bedanya, tidak ada lubang seperti di gitar dan kunci notasi juga jelas berbeda. Terdapat dua jenis sape' yang cukup awam ditemui, yakni sape' dari Dayak Kayaan yang memiliki dua senar. Panjang Sape' Kayaan ini mencapai satu meter dan badannya lebar.

Jenis lainnya adalah Sape' Dayak Kenyah. Ukuran sape' jenis ini lebih besar yakni panjangnya mencapai 1,5 meter dengan badan yang kecil memanjang. Jumlah senarnya juga lebih banyak yaitu tiga hingga lima senar.

Dulunya, senar pada sape' berasal dari serat pohon enau. Tapi, seiring perkembangan zaman, sudah diganti dengan kawat kecil. Kini, sape' juga kerap dimainkan bersama-sama dengan alat musik modern. (Novi Thedora)