Sukses

Intip Destinasi Wisata Bernuansa Melayu di Batam

kehadiran Museum Batam membuat industri pariwisata lebih bergairah.

Liputan6.com, Jakarta Kota Batam sepertinya tidak pernah kehabisan ide untuk membuat wisatawan penasaran. Destinasi dan atraksi baru selalu dihadirkan. Yang terbaru adalah museum yang memiliki konsep budaya Melayu. Namanya Museum Batam. Lokasinya strategis karena ada di Dataran Engku Putri, Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

“Kota Batam makin memanjakan wisatawan yang berkunjung. Experience yang ditawarkannya sangat beragam. Selain wisata alam, belanja, dan religi, wisatawan juga bisa menikmati nuansa sejarah melalui Museum Batam. Destinasi ini tentu sangat menginspirasi. Sebab, wisatawan bisa menganal nilai sejarah,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani, Sabtu (28/9).

Museum Batam sudah terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Nomor registrasinya 21.71.U.05.200 dengan member basis data milik Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.

Kadisbudpar Kota Batam Ardiwinata mengatakan, kehadiran Museum Batam membuat industri pariwisata lebih bergairah.

“Museum Batam menawarkan nuansa baru. Kehadirannya membuat industri pariwisata di Batam lebih bergairah. Wisatawan yang berkunjung semakin banyak memiliki opsi destinasi. Aktivitas mereka juga menjadi semakin beragam. Kami optimistis, kehadiran Museum Batam tersebut mengatrol pergerakan wisman,” kata Ardiwinata.

Museum Batam memiliki beragam koleksi sejarah. Ada Bangkeng yang menjadi wadah penyimpanan baju pengantin Melayu. Umurnya diperkirakan mencapai ratusan tahun. Juga koleksi berupa peralatan rumah tangga. Bahan yang digunakannya adalah kuningan. “

Museum Batam sangat unik dan menarik. Destinasi menjadi sesuatu yang baru. Berada di Museum Batam, wisatawan bisa belajar banyak terkait sejarah Melayu. Sebab, budaya Melayu di Kepri dan lebih khusus di Batam ini sangat luar biasa,” jelas Kadispar Kepulauan Riau Boeralimar. Museum Batam juga memperkenalkan Pahar.

Biasanya, Pahar digunakan untuk menyajikan hidangan. Bentuknya khas lengkap dengan kakinya. Warna unik lainnya terlihat dari Semberit, yaitu tempat hidangan berkaki dengan ukuran kecil. Koleksi peralatan makan ala Melayu semakin lengkap dengan Talam, Sanggan, dan Sangku.

Sangku adalah tempat mencuci tangan. Koleksi lainnya adalah Tepak Sirih lengkap dengan Kacipnya. Kacip ini digunakan untuk membelah pinang. Tepak Sirih semakin lengkap dengan Cembul tempat pinang, Gambir, Kapur, dan Tembakau.

Ada juga Keto sebagai tempat membuang sisa makan sirih. Sebagai alasnya, Tepak Sirih dilengkapi dengan Puan. Koleksi museum semakin lengkap dengan Kaki Dian. Tempat untuk meletakan lilin ini berasal dari masa Riau-Lingga. Lalu, koleksi lainnya berupa Embat-Embat yang menjadi tempat air wangi. Ada juga Kupi yang notabene tempat penyimpanan peralatan menjahit. Warna Melayu lainnya terlihat dari Belange Obat Periuk, yaitu tempat merebus ramuan obat. Lebih berwarna, ada juga koleksi foto sejarah Batam.

“Batam membutuhkan destinasi baru dengan nuansa unik. Museum menawarkan atraksi yang berbeda. Museum Batam menjadi magnet baru untuk menarik kunjungan wisman. Nuansa sejarah Melayu sangat selaras dengan pasar utama Batam, seperti Malaysia dan Singapura,” papar Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.

Batam menjadi pintu utama bagi wisman. Sepanjang Januari-Juli 2019, Kota Batam telah dikunjungi oleh 1,086 Juta wisman. Jumlah tersebut naik 4,06% dari periode serupa 2019. Donasi besar tersebut membuat Kepri telah dikunjungi sekitar 1,623 orang wisman. Slotnya dalam skala nasional mencapai 17,43% atau donatur terbesar ke-2 setelah Bali.

“Kehadiran Museum Batam membuat destinasi ini semakin segar. Wisatawan memiliki beragam pilihan. Mereka juga bisa mengambil nilai dari beragam barang sejarah koleksinya. Untuk itu, silakan datang ke sana dan nikmati experience yang menginspirasinya,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga Menpar Terbaik ASEAN tersebut.

Video Terkini