Sukses

Pengumpulan dan Pemilahan, 2 Tantangan Utama Kelola Sampah Plastik di Indonesia

Kesadaran orang Indonesia untuk mengumpulkan dan memilah sampah plastik masih jauh dari kata memuaskan.

Liputan6.com, Jakarta - Tumpukan sampah plastik masih jadi momok di negeri ini. Jumlahnya nyaris tak terkendali, Anda hampir bisa menemukannya di berbagai tempat yang dilalui.

Menurut Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Kementerian LHK, baru 32 persen kota/kabupaten di Indonesia mengelola sampahnya dengan baik dan benar. Sisanya dibuang begitu saja.

"Makanya banyak berita viral beredar, kali penuh dengan sampah. Itu karena kapasitas pemerintah daerah untuk mengelola sampah masih rendah," kata dia dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, 30 September 2019.

Di sisi lain, kepedulian warga terhadap masalah sampah juga masih minim. Hal itu dibuktikan temuan indeks Perilaku Ketidakpedulian Lingkungan Hidup yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 yang menyebut 72 persen orang Indonesia tidak peduli akan sampah.

"Kita perlu bangun kultur, habis minum, orang otomatis berusaha mungkin memilah dan mengumpulkan PET itu, sehingga target 2030 tadi, 100 persen collecting bisa tercapai," ujar Novrizal.

Masalah sampah, khususnya sampah plastik, makin pelik dengan perubahan gaya konsumsi orang. Lantaran kepraktisan, kebanyakan orang tak bijak menggunakan plastik dan berakibat jumlah sampah makin masif.

"Saya sebut ini komplikasi," kata dia.

Karena kompleksnya persoalan sampah itu, Novrizal mengatakan butuh beragam pendekatan untuk menyelesaikannya. Ia mendukung kampanye gaya hidup minim sampah demi menekan penggunaan plastik berlebih.

Di sisi lain, sampah yang dihasilkan bisa dimaksimalkan manfaat ekonominya lewat praktik sirkular ekonomi. Di sisi lain, kapasitas pemerintah daerah harus ditambah lewat pelayanan dan penggunaan teknologi yang lebih canggih.

"Berkaitan dengan ekonomi sirkular, pemerintah mendorong agar berkembang pesat. BPOM kini sedang merancang regulasi botol PET recycle untuk food grade supaya demand-nya semakin tinggi. Dengan begitu, tentu supply akan makin baik," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kumpul dan Pilah

Novrizal mengatakan sampah plastik tak bisa sepenuhnya dianggap tidak berguna. Industri sampah plastik daur ulang sangat menjanjikan.

"Buktinya, industri plastik mengimpor 300 ribu ton botol PET setahun. Itu berarti kan demand-nya ada," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Triyono Prijosoesilo, Public Affairs and Communications Director, Coca-Cola Indonesia. Ia mengungkapkan banyak barang bisa dihasilkan dari kemasan plastik daur ulang. Lewat pameran Inspiraktif, Anda bisa melihat kursi yang diproduksi dari 111 botol plastik PET, begitu pula dengan kaus yang 40 persennya memanfaatkan kemasan plastik daur ulang.

Ia setuju bila penggunaan plastik, terutama yang sekali pakai, perlu dikontrol. Menurut dia, daripada melarang penggunaan plastik, lebih tepat fokus untuk mengelolanya. Setiap orang bisa berkontribusi dalam bagian itu, yakni mulai dengan mengumpulkan dan memilahnya agar bernilai tinggi. Apalagi, persoalan sampah plastik adalah isu besar sehingga membutuhkan kerja sama berbagai pihak untuk menanganinya.

"Plastik ini bisa dikelola. Jangan dilihat setelah dipakai, selesai. Esensi sirkular ekonomi itu kan bisa dikelola lagi. Memberi manfaat bagi yang lain dan bernilai ekonomi kepada negara," katanya.