Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan industri kopi kian bergairah di Indonesia akhir-akhir ini. Kedai-kedai kopi pun tumbuh sumbur bak jamur di musim hujan. Tak hanya di kota-kota besar, tapi juga di sejumlah daerah.
"Saat ini Kopi Kenangan punya 131 gerai di Indonesia. Akhir tahun ini akan 250 gerai," kata COO (Chief Operations Officer) Kopi Kenangan James Prananto saat ditemui Liputan6.com di Pacific Place, Jakarta, baru-baru ini.
Keberadaan gerai-gerai kopi tersebut setidaknya cukup memengaruhi dominasi pemain kopi besar di Indonesia yang datang dari luar negeri. Padahal, Indonesia merupakan eksportir kopi terbesar ke-4 di dunia.
Advertisement
Baca Juga
"Tapi kalau kita lihat di local market sendiri, kok, pemain besarnya dari luar semua," kata James.
"Karena itu kami buat Kopi Kenangan untuk bersaing dengan pemain-pemain luar yang ada di Indonesia. Tentu perjalanan masih panjang, tapi setidaknya kita sudah berusaha bahwa kita juga bisa bersaing dengan pemain luar," sambung James.
Saat ini, Kopi Kenangan termasuk brand kopi yang banyak disenangi oleh masyarakat. Hal itu bisa diketahui dari tingkat konsumsi masyarakat. "Per September 2019, Kopi Kenangan dikonsumsi 200 juta cup, akhir 2019 ini akan mencapai 3 juta cup per bulan," ungkap James.
Berbeda dengan kopi luar yang harganya mencapai 50 ribu per cup, Kopi Kenangan harganya sangat bersaing. Setidaknya, hal itu juga yang membuatnya kian diterima di hati masyarakat.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Industri Kopi Berkembang Pesat
Selain Kopi Kenangan, pemain lokal yang juga meramaikan industri kopi adalah Kopi Soe. Munculnya Kopi Soe tak lepas dari perkembangan industri kopi yang makin pesat.
"Sekarang banyak kompetitor karena kopi memang sangat menjanjikan. Demand orang pada kopi sangat tinggi. Kopi juga sudah bisa masuk ke dalam semua kalangan," jelas founder Kopi Soe, Sylvia Surya kepada Liputan6.com, baru-baru ini.
Keberadaan Kopi Soe yang juga digemari tak lepas dari kreasi yang mereka lakukan. Awalnya, mereka menciptakan kopi susu, setelah itu mengembangkan variasi baru berupa minuman nonkopi.
"Namanya Rugal atau Rum Regal yang sangat booming," ujar Sylvia. Inovasi dan diferensiasi menjadi kunci bisa bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat. Meski begitu, potensi bisnis kopi susu masih sangat menjanjikan mengingat kota-kota kecil pun mulai menggemari olahan kedai-kedai kopi lokal ini.
"Partnerku bahkan ada yang buka di Batu Licin. Itu kota kecil di Kalimantan. Balikpapan saja belum," ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Sub Direktorat Perancangan Teknologi Informasi dan Komonikasi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) sangat mengapresiasi perkembangan industri industri kuliner di Tanah Air, tak terkecuali kopi.
"Perkembangan industri kuliner saat ini sedang hype dan menjadi sasaran investor, termasuk juga kopi, seperti Kopi Kenangan," kata Menhariq kepada Liputan6.com, baru-baru ini.
"Selama ini kita menjual kopi mentah ke luar negeri, tapi kemudian mereka mem-branding dengan merek lain dan di jual ke kita lagi. Tapi sekarang kita jual produk kita sendiri," kata Menhariq.
Advertisement