Sukses

Cerita Akhir Pekan: PR Sampah Wadah Plastik Kopi Lokal

Besarnya minat pada kopi lokal beriringan dengan menumpuknya sampah plastik yang dihasilkan.

Liputan6.com, Jakarta - Pergeseran minum kopi saat ini telah jadi gaya hidup kaum urban, berjalan beriringan dengan tingginya minat masyarakat pada kopi lokal. Hal tersebut juga tampak dari menjamurnya kedai kopi ciptaan anak bangsa yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Strategi yang digunakan dalam pemasaran kopi lokal pun beragam. Ada yang hadir dengan tajuk brand yang unik, bermacam-macam varian kopi, hingga nama-nama pilihan kopi yang tak kalah unik hingga menimbulkan rasa penasaran.

Di sisi lain, kebutuhan untuk 'ngopi' setiap harinya tak dapat dipungkiri menghasilkan sampah plastik yang tak kalah besar. Mengingat masih banyak brand kopi lokal yang menggunakan plastik cup sebagai kemasan suguhan kopi.

Pemakaian plastik cup pun sebenarnya dirasa belum terhindarkan. Meski begitu, ada beberapa konsep yang diusung kopi lokal untuk mengurangi sampah plastik, satunya oleh kopi lokal, Kopimana27.

Kedai kopi yang terletak di kawasan Tebet, Jakarta Selatan ini memiliki minuman signature kopi susu yang diberi tajuk Kopi Buatan Istri. Kopi ini hadir sejak Kopimana27 resmi dibuka pada Oktober 2015 dan berubah kemasan pada 2016.

"Kopi Buatan Istri awalnya pakai gelas kaca lalu re-branding pakai botol kaca. Ternyata jadi banyak yang peminatnya," kata Naba Amanda, Store Manager Kopimana27 saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 3 Oktober 2019.

Pemilik brand kopi lokal ini untuk memakai botol kaca sebagai pengganti kemasan untuk kopi susu mereka sebagai pembeda. Pada 2016 lalu memang belum ada yang mengusung konsep demikian.

"Awalnya, botol hanya untuk cold brew lalu ganti ke Kopi Buatan Istri yang sudah dingin dan manis sedangkan yang lain pakai es batu," tambahnya.

Memakai botol kaca pada minuman best seller mereka, bukan berarti Kopimana27 tak menghadapi kendala. Salah satunya ketika botol habis dari supplier karena saat ini telah cukup banyak yang memakai botol kaca.

"Makanya kita buat promo botol bisa di-recycle, dipakai lagi. Kita sterilkan dengan air panas dan bikin promo menukarkan 10 botol bisa dapat kopi," tutur Naba.

Selain Kopi Buatan Istri, varian minuman hingga espresso beverage lainnya di kedai kopi ini masih menggunakan plastik cup. Promo lain pun diberikan Kopimana27 sebagai aksi mengurangi pemakaian plastik cup.

"Menu lain masih pakai plastik. Ada promo pakai tumbler apapun diskon 20 persen. Kita juga menyediakan botol beling di warung bila ada yang take away dari ojek online," lanjutnya.

Naba menyebut Kopi Buatan Istri dapat terjual sekitar 180 botol dan espresso beverage terjual berkisar 100 cup di luar varian minuman lain. Sementara, ada kisah menarik yang Naba bagikan soal customer yang mengembalikan botol.

"Ada yang DM ke kita bisa dibilang regular customer tanya apakah bisa kembalikan botol. Lalu datang satu kardus yang ternyata berisi 30 botol. Jadi kita kasih dua minuman, diskon, dan kopi," ungkapnya.

Saat melayani customer, Naba juga menyebut para barista diimbau untuk bertanya ingin memakai gelas atau plastik cup. "Memang di sini kebanyakan yang dine in dan pakai gelas kaca. Cuma kalau customer mau take away dan pakai plastik cup, kita tak bisa memaksa," lanjut Naba.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Kozi Coffee

Kopi lokal lainnya, Kozi Coffee pertama kali buka di Bandung pada 2015 dan hadir di Jakarta, lebih tepatnya di kawasan Jeruk Purut, Jakarta Selatan pada 2017 lalu. Dalam pelayanan sehari-hari, Kozi Coffee memakai plastik cup.

"Karena kemasannya simpel dan masih belum bisa menghindari plastik cup. Beberapa packaging untuk hot kita standar pakai kertas dengan logo yang kerjasama dengan desainer lokal," kata Anazh, Manager Operasional Kozi Coffee Jeruk Purut kepada Liputan6.com.

Anazh menambahkan, beberapa event penggunaan plastik cup dapat dipakai kembali. Hal tersebut pun telah diterapkan ke semua toko Kozi.

"Di Kozi Coffee dine in lebih banyak sekitar 70 persen dan itu memakai gelas kaca. Sedangkan yang take away 30 persennya. Yang take away pun per hari bisa dihitung dengan jari tangan dan kaki," lanjut Anazh.

Sementara, Kozi Coffee menghadirkan aksi nyata sebagai bentuk mengurangi sampah plastik, seperti memberi promo dan tak pakai sedotan plastik.

"Kita ada promo kalau pakai tumbler ada potongan Rp1.000 untuk store Jeruk Purut dan Lebak Bulus. Kita concern dengan memakai stainless straw dan tidak memberi sedotan saat take away," lanjutnya.

3 dari 3 halaman

Kopi Kulo

Kopi Kulo menjadi salah satu kopi lokal yang begitu diminati para penikmat kopi. Kopi yang lahir pada Desember 2017 tersebut pun menghadirkan beragam varian minuman dan belum dapat memungkiri penggunaan plastik cup.

"(Pemakaian plastik) dari awal sebagai produk packaging. Ke depannya kita sedang membuat sistem yang ramah lingkungan," ungkap Rafii Saztura, Brand Manager Kopi Kulo kepada Liputan6.com.

Rafii menyampaikan, pihaknya tidak hanya melihat dari sisi bisnis dan profit. Mereka juga memiliki kesadaran pada lingkungan lewat program CSR, planning to reduce plastic use, dan tengah menuju ke arah tersebut.

"Kita take away pakai plastik tapi kita tanya terlebih dahulu kepada customer apakah butuh pakai plastik atau tidak. Sebagai tindakan nyata ramah lingkungan yang sudah dijalankan. Ke depannya kita bertahap untuk mengurangi dan menghilangkan itu," tambahnya.

Ditambahkan Rafii, rata-rata outlet per cabang memproduksi sekitar 200 cup. Produksi tersebut terjadi pada gerai Kopi Kulo sebanyak 100 buah di kawasan Jabodetabek.

"Kita tengah menyusun rencana untuk membuat tindakan nyata agar ramah lingkungan. Saat ini semua kemasan dari plastik dan ingin ke depannya bisa recycle yang bisa jadi opsi sebagai tindakan nyata dari Kopi Kulo untuk ramah lingkungan," tutur Rafii.