Sukses

Flying-V, Terobosan Baru Desain Pesawat Penumpang Lebih Ramah Lingkungan

KLM berinvestasi pada studi merancang pesawat penumpang yang lebih ramah lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Industri aviasi menghadapi tantangan seiring meningkatnya minat warga bepergian jauh. Pesawat yang ada saat ini dinilai belum cukup ramah lingkungan, lantaran besarnya jejak karbon yang dihasilkan.

Merespons kebutuhan itu, maskapai penerbangan asal Belanda, KLM, berinvestasi pada studi rancang bangun pesawat Flying-V yang bekerja sama dengan TU Delft. Pesawat tersebut ditargetkan akan memangkas penggunaan avtur hingga 21 persen dari pesawat Airbus A350 yang diklaim paling ramah lingkungan saat ini.

"Kami baru mulai tahun lalu, jadi proyek ini masih panjang (sampai jadi)," kata Wouter Gregorowitch, Kepala Perwakilan KLM-Airfrance di Indonesia, Jumat, 4 Oktober 2019.

Berbeda dari bentuk pesawat yang kini beredar di pasaran, Flying-V memiliki bentuk sayap menempel ke badan pesawat. Dilihat dari depan, pesawat itu mirip seperti bajing saat terbang.

"Kami memang sedang menciptakan kembali model pesawat terbang. Model yang sekarang sudah terlalu lama," ujarnya tanpa menyebut besaran investasi yang ditanam.

Sebelum benar-benar terwujud, KLM memanfaatkan teknologi pesawat yang sudah ada dulu. Menyambut ulang tahun ke-100, maskapai itu resmi menggunakan pesawat Boeing 787-10 Dreamliner yang berkapasitas 294 tempat duduk.

"Tapi, untuk penerbangan ke Indonesia, baik Jakarta maupun Denpasar, kami masih menggunakan Boeing 777-200ER karena kapasitasnya lebih besar," kata Wouter.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Upaya Minim Sampah

Selain mengupayakan pesawat lebih ramah lingkungan, KLM juga menjalankan sejumlah prosedur untuk mengurangi jejak karbon. Itu dimulai dengan mengingatkan penumpang agar benar-benar terbang karena kebutuhan, bukan keinginan.

"Apakah Anda benar-benar butuh terbang? Mengapa Anda harus terbang?" ujarnya.

Penumpang juga didorong untuk terbang dengan bagasi ringan. Hal tersebut sangat berkontribusi pada jejak karbon yang dihasilkan. Di sisi lain, maskapai juga mengaplikasikan karbon netral dengan mengkompensasikan karbon dioksida yang dihasilkan untuk menumbuhkan kembali hutan di Panama.

Aksi minim sampah juga diberlakukan di dalam penerbangan. Maskapai tak lagi menggunakan alas kertas pada nampan makanan. Penggunaan plastik diminimalkan agar tak menambah sampah. Awak kabin juga selalu memilah sampah yang dihasilkan agar lebih mudah didaur ulang.

Wouter juga menyebut seragam para awak didaur ulang untuk dijadikan karpet dalam pesawat. Seragam besar juga dimanfaatkan jadi pouch.

"Kami bekerja sama dengan komunitas Mountain Mamas di Bali untuk mengubah bekas seragam menjadi pouch yang indah," ujarnya.