Sukses

Es Krim Rasa Marmut Makin Populer di Ekuador

Seorang perempuan pengangguran di Ekuador berhasil menciptakan sumber pendapatan baru dengan meluncurkan es krim rasa guinea pig, sejenis marmut berukuran besar.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang wanita Ekuador mendapatkan banyak perhatian online untuk merancang rasa es krim yang sangat tak biasa namun sangat populer, guinea pig. Di Indonesia, hewan pengerat ini biasa disebut dengan marmut tetapi ukurannya lebih besar.

Guinea pig berasal dari wilayah pegunungan Andes di Amerika Selatan. Hewan ini sering dijadikan hewan peliharaan di rumah yang menyenangkan. Di negara-negara Amerika Selatan seperti Ekuador, Peru, atau Bolivia, orang memasak guinea pig dengan garam dan menyajikannya dengan kentang dan saus kacang. 

Namun, di negara-negara itu pula minat warga pada es krim rasa guinea pig kian meningkat, seperti dikutip dari Oddity Central, Selasa, 8 Oktober 2019. Seorang wanita Quito telah menjual ratusan kerucut es krim guinea pig per hari selama beberapa bulan terakhir. Ketika berita tentang kelezatannya yang tak biasa menyebar ke seluruh dunia, permintaan es krim itu makin meroket.

María del Carmen Pilapaña datang dengan ide membuat es krim marmut sekitar setahun yang lalu, tak lama setelah saudara lelakinya menyambutnya di dapur restorannya. Usai kehilangan pekerjaan gara-gara perusahaan tempatnya bekerja bangkrut, ia lalu mendedikasikan diri untuk memasak, mengikuti lokakarya, dan pameran untuk mengambil sebanyak mungkin informasi.

Di salah satu pekan raya, seperti Guinea Pig Fair tahunan, dia memutuskan untuk mencoba marmut sebagai cita rasa es krim buatannya. Ia sudah menyajikan es krim buah sebelumnya, tapi seseorang menantangnya untuk mencoba sesuatu yang lebih unik, dan itu tak lebih dari sekadar kelinci percobaan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Formula Es Krim

Butuh waktu sebulan untuk mendapatkan formula es krim rasa marmut yang pas. Awalnya, María mencoba menggunakan dendeng guinea pig yang dihancurkan, tapi tak membuahkan hasil. Ia kemudian mencoba daging marmut panggang, tapi ternyata bermasalah juga.

Ia akhirnya menemukan sesuatu ketika mencoba merebus daging selama dua jam untuk mendapatkan kaldu yang benar-benar terkonsentrasi. Ia lalu mencairkan daging juga dan dicampur dengan kaldu untuk membuat pate guinea pig. Sejak saat itu, ia hanya mengikuti resep es krim klasik.

Pate daging dicampur dengan puree buah, paling sering dibuat dari markisa atau naranjilla - whipped cream dan susu kental. Setelah dibekukan selama sehari, es krim marmut siap disajikan. Maria menaburkannya dengan kacang yang dihancurkan dan menjualnya seharga 1 dolar per kerucut atau 12 dolar per liter.

"Keluarga saya dan suami saya mengira saya gila. Mereka tak mengira ada orang yang mau es krim ini, tapi sekarang mereka adalah produk utama kami," kata María.

Ia menjual es krim marmutnya dari sebuah kios di sebelah jalan raya yang menghubungkan ibu kota Ekuador, Quito, dengan Kota Sangolqui. Ia biasanya menyiapkan sekitar 150 es krim marmut per minggu, tapi sekarang setelah lebih banyak orang mengetahuinya, permintaan pasti akan meningkat. Pembuat es krim Ekuador kini mencoba membuat varian rasa daging lainnya, seperti kepiting, ayam, dan babi, dan diyakini bahwa mereka akan sama populernya.