Sukses

Suku Komodo Diperkenalkan ke Peserta Famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner

Tidak hanya alam Labuan Bajo yang eksotis yang diperkenalkan. Bahkan, suku yang mendiami Taman Nasional Komodo ikut dikunjungi.

Liputan6.com, Jakarta Banyak sekali hal yang disajikan kepada Famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner, 8-11 Oktober. Tidak hanya alam Labuan Bajo yang eksotis yang diperkenalkan. Bahkan, suku yang mendiami Taman Nasional Komodo ikut dikunjungi.

Suku tersebut dikenal dengan nama Suku Komodo. Konon, suku ini sudah ada terlebih dahulu sebelum kedatangan Suku Bajo. Menurut Ranger Taman Nasional Komodo Abdurahman, nenek moyang suku ini asli dari Pulau Komodo.

“Di kawasan Taman Nasional Komodo ada Suku Komodo. Nenek moyang kami asli dari Pulau Komodo. Jadi, kami sudah ada sejak awal. Sebelum Suku Bajo datang. Karena asli sini, kami pun direkrut menjadi Ranger dan diijinkan berjualan di Loh Liang, Pulau Komodo,” ungkap Abdurahman, Rabu (9/10).

Cerita pun berkembang. Komodo yang termasuk satwa langka dipercaya sebagai kembaran Suku Komodo. Mereka dilahirkan oleh Putri Naga yang menikah dengan pria setempat. Putri Naga melahirkan seorang anak laki-laki dan sebuah telur. Telur tersebut kemudian menjadi Komodo Betina.

“Cerita ini masih hidup hingga saat sekarang. Kami memang sangat dekat dengan Komodo. Kami bisa hidup berdampingan secara damai dengan Komodo-Komodo di sini. Tidak pernah saling mengganggu,” tutur Abdurahman lagi.

Para peserta famtrip juga berkesempatan berinteraksi dengan beberapa orang Suku Komodo. Khususnya kepada anggota Suku Komodo yang berjualan beragam souvenir di kawasan destinasi Loh Liang. Bentuknya Patung Komodo, Topeng khas Suku Komodo, Asesoris, hingga beragam T-Shirt.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menerangkan, Suku Komodo unik.

“Keberadaan Suku Komodo ini sangat unik. Sebab, menambah kekayaan area Taman Nasional Komodo. Selain alam, wisatawan juga mendapatkan experience melalui budaya masyarakat asli di sana. Regulasi pelibatan mereka dalam pengelolaan kawasan itu sangat bagus. Sebab, Suku Komodo tersebut tentunya sangat mengenal karakter Komodo,” terang Rizki.

Suku ini mendiami Kampung Komodo, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat. Kampung nelayan tersebut didiami oleh sekitar 800 kepala keluarga. Populasinya berada di angka 2.000 jiwa. Mayoritas menjadi nelayan dan beberapa aktif sebagai Ranger di Taman Nasional Komodo.

Mereka dipilih sebagai Ranger sebab dikenal dekat dengan Komodo. Segala perilaku dan kebiasaan Komodo sangat mereka pahami. Saking dekat, di sana muncul istilah ‘berbagi dapur’ antara Suku Komodo dengan Komodo.

“Sebagai komunitas besar, Suku Komodo juga memiliki budayanya sendiri. Karakternya sangat khas,” jelas Rizki.

Suku Komodo memiliki bahasa sendiri. Mereka berkomunikasi menggunakan Bahasa Komodo yang merupakan perpaduan 3 bahasa. Selain Bahasa Komodo, mereka juga mengadopsi Bahasa Larantuka dan Bima. Wajar bila mereka bisa mengerti beberapa bahasa di sana. Namun, masyarakat luar tidak mengerti bahasa Suku Komodo.

Suku ini juga biasa memerintah Komodo menggunakan bahasa daerah mereka. Seperti Moke Mai (jangan datang) atau Moke Waki Ahu (jangan gigit saya).

“Suku Komodo memberi banyak inspirasi. Saat berada di Pulau Komodo, pengunjung bisa belajar sedikit beberapa kosa kata mereka. Inilah mengapa area ini jadi destinasi luar biasa,” lanjut Rizki lagi.

Suku Komodo memiliki budaya Tari Aru Gele atau Pecak Silat Komodo. Mereka juga memiliki lagu tradisional berjudul Ario. Lagu yang bercerita kasih sayang seorang kakak yang menghibur adiknya. Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani menegaskan, harmoni terjadi di Pulau Komodo dan sekitarnya.

“Beberapa pulau di kawasan Taman Nasional Komodo memang berpenghuni. Mereka berhasil membuat harmoni luar biasa. Kehidupan dan alam akan terus lestari di sana. Keberadaan mereka tentu bisa jadi pembelajaran berharga. Segala sesuatu bisa hidup berdampingan. Sebab, Suku Komodo ini juga ikut melindungi kehidupan Komodo,” tegas Ricky.

Makanan khas Suku Komodo adalah Mbuta. Makanan ini diolah dari biji pohon Gebang. Biji tersebut lalu ditumbuk hingga jadi tepung, baru diolah secara khusus menjadi Mbuta.

“Bukan hanya harmoninya, perjuangan hidup mereka luar biasa. Mereka sukses mengolah potensi yang ada di sekitarnya menjadi bahan pangan. Dengan beragam keunikannya, kami rekomendasikan Suku Komodo untuk dikunjungi. Apalagi, fasilitas di sana lengkap,” papar Ricky.

Kampung Komodo juag dilengkapi homestay. Jumlahnya ada sekitar 8 homestay. Harga sewa per malamnya Rp200 Ribu hingga Rp350 Ribu. Destinasi ini menjadi salah satu rujukan bagi para wisman. Mereka datang dari Inggris, Jerman, Amerika Serikat, dan Singapura.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menerangkan, Taman Nasional Komodo destinasi komplit.

“Sejak awal kawasan Taman Nasional Komodo sangat unik. Destinasi ini sangat komplit. Semuanya itu eksotis, baik alam, budaya, hingga fasilitasnya. Pokoknya permukaan dan bawah airnya juara. Silahkan datang langsung ke sana dan nikmatilah keajaibannya,” tutup Arief yang juga Menpar Terbaik ASEAN.

 

 

(*)

Video Terkini