Sukses

Desiree Sitompoel dan Sekeping Memori Masa Kecil di Kreasi Kuliner Kecombrang

Mulai dari sambal, sampai mi, semuanya dijadikan Desiree Sitompoel sebagai media kreasi kuliner berbahan kecombrang.

Liputan6.com, Jakarta - "Banyak banget ide kreasi kuliner yang mau dipakaikan kecombrang," kata Desiree Sitompoel pada Liputan6.com lewat sambungan telepon, Kamis (17/10/2019). Wajar, mengingat bahan satu ini merupakan sekeping memori masa kecil Desiree.

Ibunda dari Bambang Reguna Bukit atau akrab disapa Bams itu menceritakan, sebagai anak dari keturunan keluarga asal Sumatera, kecombrang merupakan bahan wajib di hampir tiap masakan ibunya.

"Kayaknya (masakan) apapun dipakaikan kecombrang sama ibu saya," tutur Desiree. Ia kemudian ingin bahan yang rasanya sudah sangat nyaman di lidah ini dikenal lebih banyak orang di berbagai jenis sajian.

Ia mengatakan, ternyata masih cukup banyak orang yang belum familiar dengan kecombrang. Karenanya, saat mencicip kuliner kreasi berbahan dasar kecombrang, banyak yang mengaku baru kali pertama tahu rasa salah satu rempah tersebut.

Desiree sendiri sudah memenfaatkan kecombrang di banyak kuliner kreasinya, mulai dari sambal, mi, sampai minuman bernama peach gum. Perempuan yang juga gemar melukis ini menuturkan, kreasi kecombrang sangat mungkin tak terbatas.

"Karena bisa juga hanya dimanfaatkan aromanya," kata Desiree. Dalam jangka waktu dekat, ia mengatakan akan kembali membuat kuliner kreasi menggunakan kecombrang sebagai salah satu bahan.

"Saya mau buat asinan jagung bakar pakai kecombrang. Jadi, kecombrangnya itu bakal ada di kuah (asinan)," jelas Desiree Sitompoel.

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Jualan Kue Saat Masih Sekolah

Hubungan Desiree dengan ragam kue nyatanya sudah terjalin sejak puluhan tahun silam. "Dulu waktu masih sekolah, saya sempat jualan kue buat tambahin uang jajan. Tapi, ya kuenya yang simpel," paparnya.

Setelah menikah dan punya anak, membuat kue tetap dilakukan Desiree. Hingga sang buah hati sudah besar, ia mengaku sempat berhenti membuat kue. "Sudah tidak ada yang makan, kan. Jadi, bagaimana gitu kalau buat kue," katanya.

Seiring waku berlalu dan kini sudah punya cucu, makanan kembali dicari ketika kumpul keluarga. Karena itulah Desiree kembali menggeluti masak-memasak yang sempat ditinggalkan.

"Saya suka posting (masakan yang dimasak) lama-lama banyak orang tanya, 'Kok nggak dijual, tante?'," Desiree menceritakan. Sampai ada satu komentar yang terus diingatnya sampai sekarang.

"Saya sampai dibilang dosa karena mejeng makanan, bikin ngiler, tapi orang nggak bisa coba," tuturnya. Sampai akhirnya hati Desiree luluh juga saat ada beberapa orang mengaku ngidam dan ingin dibuatkan kue olehnya.

Ide kreasi kuliner ini, Desiree mengatakan, datang begitu saja. "Saya pikir karena saya selalu berusaha dekat dengan Sang Pencipta, ide itu datang dan tak bisa dibendung. Semacam dibisikin bikin ini-itu," ujarnya.

Baginya, memasak adalah kebahagiaan, tak hanya untuk diri sendiri, tapi orang banyak. "Masak sudah bisa seperti meditasi," tuturnya.

Menerima pesanan kue secara online untuk wilayah Jabodetabek, tenggat waktunya adalah H-2 untuk whole cake, sementara menu lain, termasuk cake in a jar, pudding in a jar, dan ragam savoury hanya H-1.

"Belum (niat buka toko). Karena pasti repot banget dan belum siap sejujurnya," tutur Desiree.