Sukses

Berpesan Keberagaman, Lukisan Karya Anagard Siap Berlaga di Singapura

Lukisan bertajuk "Welcome Perdamaian, Goodbye Kedengkian" karya perupa graffiti Anagard membawa pesan keberagaman.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia seni Tanah Air dilimpahi kreativitas anak-anak bangsa yang tak berkesudahan. Salah satu ajang yang jadi wadah untuk menampung eksplorasi apik para seniman tersebut adalah UOB Painting of the Year 2019.

Kompetisi ini terdiri atas dua kategori yakni Perupa Profesional dan Pendatang Baru dengan masing-masing kategori meloloskan empat pemenang. Khusus Perupa Pendatang Baru terbuka bagi mereka calon perupa yang tengah menimba ilmu seni, meniti karier di seni atau berkarya sebagai hobi.

Satu karya terbaik yang menerima penghargaan UOB Painting of the Year 2019 akan mewakili Indonesia di ajang UOB Southeast Asian Painting of the Year yang digelar pada 6 November 2019 di Singapura. Kemenangan jatuh pada lukisan bertajuk Welcome Perdamaian, Goodbye Kedengkian karya Anagard.

 

Perupa graffiti asal Padang ini menyisipkan pesan soal menjaga persatuan dalam keberagaman pada karyanya. Karya Anagard menggunakan teknik stensil pada media aluminium.

"Saya memang beranjak dari isu lingkungan, isu-isu nasional. Gagasan itu yang memunculkan saya untuk mengungkapkan karya di UOB ini," kata Anagard kepada Liputan6.com usai malam penganugerahan di Museum Nasional, Jakarta, Kamis, 17 Oktober 2019.

Tajuk lukisan perupa berusia 35 tahun ini juga merefleksikan pesan yang ia usung. Nilai positif dirasa penting bagi Anagard untuk merepresentasikan esensi sekaligus eksplorasinya.

"Kita harus positif walaupun persoalan ada, kita tetap harus positif dan itu penting," lanjut perupa yang kini tinggal di Yogyakarta tersebut.

Karya Anagard terinspirasi dari sebuah rumah ibadah yang dikenal sebagai Bukit Rhema di Magelang, Jawa Tengah. Rumah ibadah tersebut sebagai simbol perdamaian merepresentasikan multikulturalisme dan toleransi di Indonesia.

"(Elemen) ada tradisi, warna yang menunjukkan simbol keberagaman dan perbedaan. Ciri khasnya gereja ayam di Magelang konsepnya sangat menarik menawarkan konsep tentang tujuh ruang tentang semua agama," lanjut Anagard.

Tak hanya bakal berlaga di Singapura, Anagard berhak menerima hadiah uang tunai sebesar Rp250 juta. Sang perupa juga berkesempatan mengikuti seleksi program residensi selama satu bulan di Fukuoka Asian Art Museum di Jepang.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Soal Keunikan Material hingga Karya Representasi

UOB Painting of the Year 2019 telah memasuki penyelenggaraan ke-9. Selama itu pula, ajang ini telah berhasil menyabet lima gelar juara dari perhelatan tingkat Internasional.

"Kami terus akan menjalankan event secara konsisten dan sebagai komitmen UOB turut mendukung panggung dunia seni di Indonsia," tutur Maya Rizano, Senior Vice President Strategic Communications Brand Head UOB saat konferensi pers.

Karya pemenang telah melalui seleksi ketat dari para dewan juri yang terdiri atas Agung Hujatnikajennong (kurator lepas dan dosen ITB), Arahmaiani (perupa kontemporer), serta Nirwan Dewanto (kritikus budaya).

Pada penyelenggaraan tahun ini, ada sekitar seribu karya yang masuk. Ada pun proses penjurian dilakukan secara berjenjang mulai dari menyeleksi foto-foto karya peserta yang telah dikirim.

"Penjurian dari menyeleksi 50 lebih. Dari 50 itu kita meminta seniman mengirimkan karya aslinya ke Jakarta untuk dilihat langsung," kata Agung Hujatnikajennong.

Selama proses penjurian, Agung menyebut para juri berhadapan langsung dengan lukisan-lukisan dan ada begitu banyak diskusi yang terjadi. Ia menambahkan kompetisi tidak mewakili perkembangan yang luas secara objektif seni lukis, karya yang masuk melihat praktik seni lukis kecenderungan di Indonesia.

"Dari 50 seni finalis lukisan sudah begitu luas bergeser dari seni murni atau fine art. Pelukis menggunakan material penggantian cat, material sehari-hari di tempel di bidang datar disebut lukisan. Ini pengaruh dari seni konsep dari 60-an di mana benda sehari-hari "konversi" benda artistik. Ada yang memakai benang, benda sehari-hari, teknik tidak terbatas cat, cat semprot," tambahnya.

Agung mengungkapkan hal yang paling kuat dari seniman Indonesia adalah mereka peduli akan representasi, mewakili pesan narasi untuk disampaikan. "Ada tema beragam seperti lingkungan, gender," lanjutnya.

Selain Anagard, untuk Kategori Perupa Profesional dimenangkan oleh Dwi Januartanto (Eat, Pray, Love) gold winner, Galih Adika Paripurna (White Square: Two of A Kind) silver winner, dan Ayu Arista Murti (Recycle is the New Enlightenment) bronze winner.

Pemenang Kategori Perupa Pendatang Baru disabet oleh Muhammad Yakin (Human, Human, Human, Copy of Mimetic Desire) 2019 UOB Most Promising Artist of the Year, Nanang Sarifudin (The Scream of the Rangers) gold winner, Nadya Jowa Saraswati (Bukankah Redam Membuat Ceruk yang Gaduh) silver winner, dan Ms Yawara Oky Rahmawati (Jalan-Jalan Bersama Bunda) bronze winner.

Sementara, 50 karya seni termasuk dari para finalis dan kedelapan pemenang dari UOB Painting of the Year 2019 dipamerkan di Ruang Pamer Temporer di Museum Nasional Indonesia mulai 17--31 Oktober 2019. Pameran ini terbuka untuk umum hari Selasa hingga Minggu pukul 08.00 hingga 16.00 WIB.