Sukses

28 Pelari Selesaikan Jelajah Timur - Run for Equality di NTT

Uang yang terkumpul ditujukan untuk membangun akses air bersih ke 10 dusun.

Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Plan Indonesia telah melaksanakan kegiatan 'Jelajah Timur - Run for Equality' pada Sabtu (19/10/2019) di Nakageo, Nusa Tenggara Timur. Acara ini merupakan ajang lari ultra marathon yang bertujuan untuk kegiatan amal.

Pada konferensi pers yang dilaksanakan pada 30 September 2019, mereka mengatakan bahwa akan membangun akses air bersih ke 10 dusun. Total, mereka menargetkan Rp300 juta untuk dana yang terkumpul dari crowdfunding.

Melansir dari Antara dan siaran pers yang diberikan, 19 Oktober 2019, sebanyak 28 pelari berlari dari Kabupaten Ende ke Nakageo, NTT. Semua pelari merupakan orang dari luar NTT, dan terdiri dari pelari amatir dan profesional.

"Tidak ada pelari dari NTT, semuanya berasal dari luar NTT karena ini kan kegiatan amal," jelas Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Yayasan Plan Indonesia.

Hingga saat ini, Dini mengatakan bahwa yang yang sudah terkumpul adalah Rp200-an juta.

Selain ingin membangun air bersih, kegiatan ini juga dilakukan karena berkaca pada isu kesetaraan gender yang dialami di sana. Tanggung jawab kesediaan air bersih di rumah selama ini masih menjadi tanggung jawab dari pihak perempuan. Sedangkan, akses air bersih di beberapa desa masih sangat sulit.

"Kalau mereka ambil di sore hari, pulangnya sudah malam. Ada satu desa yang tidak ada listrik sehingga gelap sekitarnya dan mereka rentan terkena kejahatan. Jadi, dengan adanya akses air bersih ini akan menyelesaikan berbagai macam masalah," tutur Linda Sukandar, Direktur Fundraising Yayasan Plan Indonesia pada media gathering Run for Equality yang dilaksanakan pada 30 September 2019.

Kegiatan ini berlangsung mulai pukul 06.30 WITA hingga 15.30 WITA. Diharapkan, dibangunnya akses air bersih tersebut dapat memudahkan kehidupan masyarakat Nakageo, serta kesetaraan gender dapat tercapai. Dini menambahkan, setidaknya beban para anak perempuan dapat berkurang dengan adanya aksi ini.

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kabupaten Nakageo Krisis Air Bersih

Berada di lingkungan yang kering membuat daerah NTT rentan dilanda kekeringan. Sama halnya dengan Kabupaten Nakageo yang telah menderita krisis air sejak Juli 2019 karena kemarau.

"Saat ini kami sulit sekali mendapatkan air bersih, karena sejumlah mata air di desa ini dan desa tetangga sudah mulai menipis," ujar Blasius Mere, seorang warga kepada Antara.

Krisis air tersebut membuat distribusi air yang biasanya dilakukan setiap hari, kini hanya mejadi satu atau dua kali dalam seminggu. Blasius juga menambahkan, aliran air hanya mengalir selama satu sampai dua jam saja.

Bak air yang dibangun pada 2014 menggunakan anggaran desa guna memudahkan warga dalam pengambilan air juga kosong.

Akibatnya, warga yang membutuhkan air untuk minum dan masak harus membeli air dengan harga Rp75 ribu per 1.100 liter. Sedangkan, air yang digunakan untuk mandi atay mencuci harus diambil di sungai yang jaraknya sekitar 10 kilometer dari pemukiman.

"Kalau pergi ke sungai ramai-ramai, untuk mandi dan cuci," ungkap Armandus Djogo, Ketua RT Kelurahan Nangaroro, NTT.

(Novi Thedora)