Liputan6.com, Jakarta - Pada 15 Oktober 2019, warga Twitter dihebohkan dengan cuitan seorang lelaki pemilik akun @drive45music yang berbicara tentang ulah pacarnya yang bodoh. Ia mengatakan pacarnya sangat aneh karena memasak pasta dengan air dingin, baru kemudian dididihkan.
Komentar dilayangkan oleh warganet Twitter sebanyak 268 ribu komentar pada unggahannya. Ada beberapa yang memberikan argumen setuju dengannya, tapi tak sedikit juga yang membela aksi pacarnya, alias memasak pasta dengan air dingin.
Advertisement
Baca Juga
Melansir dari Huffington Post pada Jumat, 18 Oktober 2019, J Kenji Lopez, seorang ahli pangan dan Chef di Barbara Lynch, Boston, Amerika Serikat ikut mengomentari unggahan tersebut. Ia mengatakan bahwa yang dilakukan pacar lelaki itu tidak salah. Menurutnya, memasak pasta dengan air dingin tidak berbahaya sama sekali.
Tapi menurut Frankie Celenza, seorang Food Vlogger Amerika dan pendiri Komunitas Pangan Tastemaker, mengatakan bahwa memasak dengan air dingin yang dididihkan sangatlah aneh. "Memungkinkan, tapi sangat tidak biasa," kata Frankie.
Frankie juga menjelaskan, pasta yang dimasak dengan air dingin khawatir bisa mengubah bentuk pasta menjadi lembek dan tidak segar. "Kalau di restoran, makanan seperti itu tidak akan disajikan, karena bisa menurunkan reputasi restoran," jelas Frankie menambahkan.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kata Para Ahli
Bagi koki di International Cullinary Center (ICC), mereka lebih setuju dengan argumen memasak pasta dengan air panas. Mungkin tidak terlalu bermasalah jika memasak dengan air dingin. Tapi kalau metode itu dipakai di restoran, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk memasak.
Selain itu, memasak dengan air panas bisa menjaga rasa pasta lebih baik dibandingkan masak dengan air dingin. Jika ingin memasak pasta dengan air dingin, mereka lebih menyarankan menggunakan pasta pendek seperti pene dan fetucini.
Claudi Mans, Profesor Tekhnik Kimia di Universitas Barcelona menjelaskan, air dapat memisahkan molekul amilosa dan amilopektin (zat yang tidak larut di air) dari pati tepung dan bisa menghasilkan hidrolis molekul yang bisa dilakukan hanya pada suhu tinggi lebih dari 80 derajat.
"Saya selalu menggunakan air panas untuk memasak pasta. Lagipula memang di setiap produk pasta merekomendasikan cara yang sama, yaitu dengan air panas," kata Claudi.
Palak Patel, Koki di Institute of Cullinary Education Amerika Serikat mengatakan, "Lagipula kalau pasta dimasukkan ke panci dengan air dingin baru kemudian direbus, matangnya akan lebih lama dengan kondisi pasta sudah membengkak." (Ossid Duha Jussas Salma)
Advertisement