Liputan6.com, Jakarta - Cheongsam memang bukan pemandangan baru di koleksi rancangan Tina Andrean. Pada Januari 2019, ia sudah lebih dulu memperlihatkan kreasi busana tersebut dalam kolaborasi bersama pelukis Sasya Tranggono.
Masih tergelitik untuk berkreasi, pada koleksi baru Tina bertema "Indahnya Wastra Indonesia", ia kembali mengusung desain cheongsam. Uniknya, kali ini Tina memadankan model pakaian tersebut dengan kain batik tulis.
Gaun cheongsam sendiri adalah pakaian tradisional perempuan Tionghoa yang dikatakan sudah eksis sejak zaman Dinasi Qing. Bentuk busana yang melekat membuat para perempuan dapat memamerkan lekuk tubuh mereka. Tapi, seiring waktu, model cheongsam sudah banyak dimodifikasi.
Advertisement
Baca Juga
Tina mencoba melakukannya juga, yakni dengan menggunakan batik sebagai bahan dasar dan mempertahankan motif bunga warna merah ala cheongsam. Tina menggunakan batik tulis Palembang dan Betawi yang memiliki motif serupa, yaitu floral.
Kreasi berupa enam gaun dan satu kemeja ini merupakan medium untuk mengenalkan keberagaman, juga perpaduan budaya di Indonesia.Â
Perayaan Imlek diceritakan sebagai awal mula inspirasi rancangan tersebut. Pasal, banyak keluarga keturunan Tionghoa kini menggunakan batik sebagai busana dalam perayaan yang dimaksud.
"Saya melihat ada kecenderungan di dalam keluarga, waktu lagi Chinese New Year sekeluarga pakai batik. Tapi, tidak masalah, it's okay and still beautiful," ujar Tina saat ditemui seusai fashion show Indahnya Wastra Indonesia, Selasa, 29 Oktober 2019.
Karenanya, Tina membuat cheongsam yang sudah lekat dengan Tionghoa dan Imlek dengan batik asli Indonesia. Sejalan dengan konsepnya kali ini, ia juga membuat cheongsam dengan berbagai model sehingga lebih modern dan nyaman dikenakan.
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp10 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
DIjadikan Identitas yang Kuat
Tina menambahkan, cheongsam kini tak hanya dikenakan saat Imlek saja, melainkan juga pada acara lain, seperti makan malam keluarga dan berbagai acara formal.
"Lagi acara kebudayaan atau kedutaan, misal diundang sama Kedutaan Singapura. Kamu orang Indonesia, ya kamu datang lah pakai cheongsam batik," tambahnya.
Selain itu, Tina mengatakan, penggabungan dua budaya ini tidak hanya memberi keunikan, namun juga mempertegas identitas, serta mempromosikan batik dan Indonesia ke mata dunia.
"Jadi, you have the strong identity. Kita perkenalkan ke masyarakat agar batik diterima di internasional," tuturnya.
Tina berharap, ketika orang luar sudah mengetahui bahwa batik bisa dimodifikasi sedemikian rupa, mereka bisa mengeksplor lebih jauh lagi. Bahkan, bisa mencoba menggunakan dan mencintai batik sama seperti orang Indonesia.
(Novi Thedora)
Advertisement