Liputan6.com, Jakarta - Sepuluh tahun langkah awal baru saja dilalui ketiga pendiri Tulola, yakni Sri Luce Rusna, Happy Salma, dan Franka Franklin. Catatan perjalanan selama satu dekade telah menghiasi eksistensi label perhiasan asal Bali tersebut.
"Aku mulai Tulola itu awalnya sendiri di tahun 2007. Saat itu anakku yang dipanggil Tulola baru saja lahir ," kata Founder dan Creative Director Sri pada Liputan6.com di bilangan Jakarta Pusat, Rabu, 30 Oktober 2019.
Momen itu dirayakan dengan menamai bisnis perhiasan berdasarkan panggilan sang buah hati. Tu dari kata Putu sendiri dijelaskan Sri sebagai sebutan anak pertama di Bali. "Lola itu mengesankan perempuan dengan karakter yang kuat," paparnya.
Advertisement
Bertahun menjalani bisnis sendiri, takdir kemudian mempertemukannya dengan Happy Salma. Komunikasi mereka terjalin intens, awalnya bukan karena bisnis, namun karena Happy tengah menulis buku tentang ibunda Sri yang memang merupakan maestro perhiasan.
Baca Juga
Dari situ, keduanya merasa cocok dan memutuskan untuk jalan bareng bersama Tulola dengan Happy menjabat sebagai pengusung konsep kreatif. Bisnis yang terus berekspansi membuat mereka membutuhkan tenaga lebih di lingkaran utama Tulola.
"Siapa lagi tangan terbaik yang bisa kami dapatkan kalau tidak Franka," cerita Sri. Jadilah istri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim itu mengurusi serba-serbi terkait bisnis secara teknis di Tulola.
Happy mengatakan, membangun bisnis bersama para perempuan dinilai membuatnya sadar bahwa ada suatu hal yang tak dimiliki lelaki di bidang serupa. "Kerasa banget itu support system luar biasa. Mertua, adik, orangtua, bahkan suami, semua kasih dukungan," tuturnya.
Pembentukan itulah yang memengaruhi rasa ketiganya dalam berkarya di bawah bendera label perhiasan Tulola. "Karena bidang kami yang berbeda akhirnya jadi saling kasih input," sambung Franka Franklin.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Simpan Cerita
Bertahun-tahun sudah membuat desain perhiasan untuk Tulola, Sri mengatakan, dirinya masih tetap jatuh hati pada rancangan natural dan terkesan unfinished. Juga, detailing yang selalu jadi nyawa ragam aksesori ini.
"Cuma lihat dari cincin, mulai dari titik sampai dalamnya pasti ada yang berbeda, ada yang spesial. Kayak kalung yang saya pakai, anting, semua ada level detailing luar biasa. Master craftsman di studionya Sri itu semua jeli melihat," papar Franka.
Di samping, setiap rancangan perhiasan Tulola selalu menyimpan cerita di baliknya. "Misal, kalung yang lagi aku pakai. Desainnya itu terinsipirasi karakter buku Bumi Manusia. Annelies," Happy mengawali cerita.
Dalam interpretasinya, karakter perempuan keturunan Belanda itu cantik, tapi juga menyimpan sisi rapuh. Anggapan ini kemudian direfleksikan lewat bentuk kalung yang cantik, tapi ada detail batu serupa tetesan air mata untuk memperlihatkan sisi rapuh Annelies.
"Makanya kalau lagi brain storming, kami bertiga malah jadi belajar lagi," kata Happy.
Secara tema besar, Happy menambahkan, rancangan Tulola membawa value untuk merayakan dan embrace sepenuhnya apa yang sudah jadi milik masyarakat lokal. "Lebih pada mencintai apa yang sudah kita punya," tegasnya.
Advertisement
Langkah Lebih Jauh Tulola
Setelah selama satu dekade berjalan, Happy mengatakan sudah ada rencana-rencana yang jadi target Tulola. Tapi, dalam pelaksanaan, mereka bertiga lebih menyesuaikan dengan banyak faktor, terutama yang berkenaan kepentingan pribadi.
"Semua sudah masuk schedule, tapi kami lebih percaya dengan waktu. Jadi, bisa saja berubah sesuai kondisi yang menggiring," tuturnya.
Satu langkah pasti yang sudah dambil adalah membuka gerai ke-4 Tulola di Plaza Indonesia. Di samping berukuran lebih besar dari outlet di Plaza Senayan, Tulola di Plaza Indonesia masih punya kejutan lain.
One-of-a-kind pieces yang selama ini eksklusif hanya ada di Bali, kini dibboyong ke Jakarta sebagai bagian dari koleksi artwear dengan jumlah sangat terbatas. Ukurannya juga membuat outlet satu ini punya koleksi terlengkap.
Berbicara kualitas, perhiasan Tulola merupakan campuran perak murni alloy, sterling silver 92,5 persen. Sepuhan yang digunakan adalah emas 18K untuk warna emas dan white platinum untuk ciptakan warna silver.
Di awal 2020, Tulola akan mulai merambah emas murni sebagai bahan baku perhiasan.