Sukses

Perjalanan Karier Valerina Daniel, dari None Jakarta hingga Tenaga Ahli Menteri Pariwisata

Rasa ingin berkontribusi terhadap Indonesia dan alamnya membuat Valerina Daniel tergerak untuk menjalani pekerjaan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Nama Valerina Daniel di dunia jurnalistik hingga Kementerian Pariwisata mungkin sudah tak asing lagi. Dia memang ditunjuk menjadi Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan pada awal 2018.

Perjalanan karier Valerina Daniel dimulai sejak dia didaulat sebagai None Jakarta pada 1999. Sebelum itu, ia memiliki kisah dan alasan tersendiri hingga dia ingin mendaftar. Bukan ingin menunjukkan kecantikan saja, tapi ia mengaku ingin berkontribusi untuk Indonesia.

Saat SMA, Valerina pernah mengikuti program pertukaran pelajar American Field Service (AFS) pada 1996--1997. Ia mengaku selama menjalankan program tersebut, banyak diminta presentasi dan menceritakan tentang Indonesia.

Satu kejadian yang membekas dan membulatkan tekad perempuan kelahiran 25 November ini untuk lebih mempromosikan Indonesia adalah ada rekannya yang menganggap Indonesia adalah negara yang sangat terbelakang.

"Pada saat itu kan baru saja terjadi krisis moneter. Jadi, Indonesia image-nya mungkin masih sangat terbelakang. Saya tuh ditanyain 'apakah kamu masih tinggal di pohon?'. Jadi tuh kita dianggap negara yang terbelakang sekali. Dari situ makanya saya bercita-cita, saya harus kontribusi buat Indonesia apapun bentuknya sesuai kemampuan saya," ungkapnya saat ditemui usai peluncuran buku Cerita, Cinta dan Cita- Cita: Kumpulan Kisah None Jakarta (1981-2016), baru-baru ini.

Kembali ke Indonesia, Valerina mencoba untuk mendaftarkan diri menjadi dalam ajang Abang None Jakarta 1999. Dalam bukunya, tujuan dia daftar adalah ingin berkontribusi untuk Indonesia, dimulai dari Jakarta. Melewati berbagai seleksi, dia terpilih menjadi None Jakarta  kala itu.

Mulai dari sana, kecintaannya terhadap dunia jurnalistik tumbuh. Meskipun mengambil jurusan kuliah Hubungan Internasional, Valerina mulai tertarik dengan jurnalistik saat dia diminta untuk menemani wawancara direktur eksekutif UNICEF dalam rangka Hari Anak Internasional.

Mencoba peruntungan, Valerina mendaftarkan diri ke sebuah stasiun televisi nasional. Tak disangka, dia terima dan bekerja menjadi jurnalis paruh waktu karena masih menjalani kuliah di tahun kedua. Istri Febby Andryananto ini menyebut dalam bukunya bahwa profesi jurnalis membawanya melihat berbagai hal penting, seperti tsunami Aceh 2004 hingga pembalakan liar di Riau pada 2006.

"Saya menyaksikan langsung sisa-sisa batang pohon berasap akibat dibakar. Dari kejauhan, suara mesin pemotong dan pohon yang roboh masih terdengar. Padahal, wilayah itu masuk kawasan hutan lindung yang seharusnya tidak digunduli," ceritanya.

Ia mulai tergerak untuk mewujudkan langkah nyata dalam penyelamatan lingkungan. Kontribusinya mulai dilirik banyak pihak dan membukakan banyak pintu baginya untuk menjalani profesinya sekarang ini. Pada 2007, dia dipercaya menjadi Duta Lingkungan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Valerina terus mencoba menggerakkan massa untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Mulai dari pembuatan selebaran, kartu permainan anak, hingga seri buku cerita anak. Semuanya dibuat agar generasi muda ke depannya bisa lebih peduli dan cinta pada alam Indonesia sejak dini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

None Jakarta Membuka Jalan

Berkat pengalaman yang dimilikinya, Valerina mendapatkan beasiswa dari pemerintah Australia untuk menempuh pendidikan strata dua bidang komunikasi dan kajian media di Monash University pada 2009--2010. Setelah itu, dia juga mengambil Course on Sustainable Development di Columbia University, New York pada 2014.

Berbekal ilmu dan berbagai prestasi yang didapatkan, Valerina kembali ditunjuk menjadi Duta Program Sistem Verifikasi Legalitas Kayu oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama tiga tahun. Baru setelahnya, dia dipercaya oleh Kementerian Pariwisata untuk menjadi tenaga ahli bidang pembangunan pariwisata berkelanjutan.

"Dengan luasan hutan terbesar ketiga di dunia dan keanekaragaman hayati yang unik, Indonesia memiliki potensi ekonomi dan pariwisata uang besar. Maka dari itu, setiap kebijakan publik sebaiknya dibuat dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan," tulisnya dalam buku Cerita, Cinta dan Cita-Cita: Kumpulan Kisah None Jakarta (1981-2016).

Valerina mengatakan ia kariernya ini tak lepas dari titelnya sebagai none dulu. Sebut saja kemampuan yang didapatkannya seperti berbicara depan umum, marketing, dan menjalin relasi dengan orang lain adalah kunci utama.

"Ini adalah suatu proses kepanjangan selama saya menjadi None Jakarta. Pariwisata sudah menjadi darah saya sejak saya menjadi None Jakarta. Menurut saya, peran anak muda harus sekali dilaksanakan karena mereka yang akan jadi pemimpin di masa depan," ujar Valerina kepada Liputan6.com.

Dia menambahkan, saat muda ia diberi kesempatan untuk belajar banyak tentang budaya dan wisata di daerahnya. Lalu, ia menggali potensi diri lewat kemampuan presentasi, networking, hingga marketing. Hal tersebut menjadi modal untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan yang akan digunakan di masa mendatang. (Novi Thedora)