Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan teknologi e-commerce lokal Sirclo baru-baru ini mengadakan acara Sirclo Media Day yang dihadiri para jurnalis dari berbagai media. Dalam acara ini, mereka meluncurkan bagian pertama dari laporan e-commerce mereka berjudul “Navigating Market Opportunities in Indonesia’s E-Commerce”.
Laporan ini memaparkan informasi-informasi penting seputar tren pertumbuhan pasar e-commerce Indonesia, seperti perbandingan antar-pasar di Asia Tenggara, jumlah investasi pemerintah untuk infrastruktur e-commerce, serta potensi pasar untuk investor global dan lokal. Laporan selengkapnya akan secara resmi diluncurkan pada 25 November 2019 di laman resmi mereka.
Chief Executive Officer dan Founder SIRCLO, Brian Marshal, mengatakan bahwa dibuatnya laporan ini bertujuan untuk memberikan amunisi informasi kepada semua pemegang kepentingan untuk bersama-sama berkolaborasi mendorong inovasi dan pertumbuhan e-commerce tanah air.
Advertisement
"Pertumbuhan industri e-commerce Indonesia sedang dalam masa pesatnya. Kami melihat masih banyak pemain lokal yang punya potensi untuk bertumbuh pesat, yang apabila kita dukung dengan teknologi dan kolaborasi informasi seperti ini mampu memaksimalkan potensi dan ekspansi bisnis mereka," terang Brian.
Baca Juga
Dalam sesi presentasi, salah satu informasi utama yang dibagikan Brian dan timnya di Sirclo adalah kenaikan 200 persen investasi digital di Indonesia dari tahun ke tahun.
"Kenaikan jumlah dan nilai investasi ini paling jelas terlihat pada sektor e-commerce, yang menyumbang 58% dari total nilai investasi keseluruhan di tahun 2018 atau sekitar US$3 miliar (Rp42 triliun), diikuti sektor transportasi sebesar 38%," ungkap Brian.
"Hal ini terjadi berkat unicorn e-commerce tanah air seperti Tokopedia dan Bukalapak yang berhasil menarik perhatian berbagai investor luar dan dalam negeri," lanjut Brian. Hal ini juga menunjukkan minat belanja online semakin tinggi.
Wajar kalau para investor optimis dan berani berinvestasi di pasar e-commerce Indonesia. Pasalnya, menurut data yang terkumpul dalam laporan Sirclo penjualan ritel e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai 15 miliar dolar AS (Rp210,8 triliun) pada 2018 dan akan meningkat lebih dari empat kali lipat pada 2022, menyentuh angka 65 miliar dolar AS (Rp913,6 triliun).
"Hal ini membuat ritel online yang tadinya hanya menyumbang 8% penjualan total pada tahun 2018, akan menembus 24% di tahun 2022," tambah Brian.
Penemuan-penemuan inilah yang membuat Sirclo optimis terhadap potensi perkembangan industri e-commerce di tanah air. "Melihat data-data internal maupun eksternal, pertumbuhan e-commerce di Indonesia pada 2019 masih sangat positif. Bahkan beberapa tahun mendatang, dapat berkembang menjadi 8 hingga 10 kali lipat," tutur Brian.
"Kami berharap adanya laporan e-commerce ini dapat memicu kerjasama yang lebih erat lagi antara penjual ritel, para pemain utama dalam ekosistem e-commerce, dan e-commerce enabler seperti kami untuk mengakselerasikan pertumbuhan," lanjutnya.
Menurut Sirclo untuk mencapai angka proyeksi tersebut tidaklah mudah. Dalam laporannya, mereka menyebutkan ada beberapa tantangan dan peluang yang patut menjadi perhatian semua pihak.
"Solusi mendalam dari para pemain utama e-commerce diperlukan untuk menjawab beberapa tantangan utama, seperti kendala logistik di wilayah luar pulau Jawa, banyaknya penduduk yang belum memiliki rekening bank, dan variasi produk dalam pasar," tambahnya.
Untungnya, sekarang sudah tersedia berbagai solusi e-wallet yang memfasilitasi pelanggan untuk dapat bertransaksi dengan mudah tanpa rekening bank. Namun dari segi logistik dan variasi produk, perlu ada dukungan dari pemerintah dan pemain e-commerce
Untuk memberdayakan brand-brand lokal yang potensial., Sirclo sendiri di pertengahan 2019 ini mengumumkan kerjasama dengan perusahaan Kamadjaja Logistics. Tujuannya untuk penyederhanaan pemenuhan pesanan yang diterima melalui marketplace sebagai upaya menghadapi percepatan pertumbuhan tren e-commerce.
Sirclo memiliki dua produk untuk membantu brand dan pemilik usaha meningkatkan penjualan di berbagai marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, Bukalapak, dan Blibli.com. Sirclo Stiore dibuat untuk membantu brand lokal membuat toko online dengan mudah. Beberapa brand-brand lokal yang menggunakannya adalah ATS The Label, Benscrub, Namaste Organic, dan This Is April.
Di lain sisi, Sirclo Commerce memiliki misi membantu brand lokal dan multinasional, menangani proses penjualan end-to-end di marketplace. “Connexi kami merupakan teknologi di balik operasional SIRCLO Commerce. Melalui tools ini, kami telah membantu lebih dari 40 principals ternama yang memayungi 200 brand besar.
Beberapa diantaranya adalah Reckitt Benckiser, KAO, Arnotts, Arla, L'Oréal (Group), Eiger, Levi's dan yang terbaru saat ini, Unilever,” ungkap Brian. Kini tools Connexi tidak lagi hanya digunakan secara internal SIRCLO, namun juga telah tersedia bagi brand lokal yang ingin mengembangkan bisnis di kanal marketplace.
Bukan itu saja, Sirclo juga melihat potensi yang besar di ranah Social Commerce dan tengah mengembangkan dashboard penjualan yang terintegrasi dengan API WhatsApp Business. “Pemilik brand bisa langsung melayani kebutuhan pencarian produk dan melakukan transaksi melalui interaksi yang lebih personal dengan konsumen dalam bentuk chat,” jelas Brian.
"Kami tidak berhenti mengajak lebih banyak brand untuk berkolaborasi dan kerap meluncurkan teknologi untuk memudahkan konsumen bertransaksi," jelas Brian. Sirclo melaporkan bahwa perusahaan telah memfasilitasi lebih dari 4 juta dolar AS (sekitar Rp56,3 miliar) transaksi ritel online setiap bulannya, dengan target Rp1 triliun pada akhir tahun, naik dua kali lipat dari tahun lalu.