Sukses

Bisnis Warteg Gratis Keliling, Terima Dibayar Pakai Rupiah, Dolar, dan Doa

Meski namanya Warteg Gratis, menu yang tersedia hanya satu jenis. Resepnya dibuat oleh Chef Arnold.

 

Liputan6.com, Jakarta - Jangan bayangkan warteg yang satu ini menempati bangunan dengan kursi-kursi panjang untuk para konsumen. Alih-alih menempati lokasi yang tetap, Warteg Gratis memanfaatkan VW Kombi tua bercat kuning untuk menjajakan makanan kepada mereka yang membutuhkan.

Penggagasnya adalah Edho Zell, seorang influencer dengan 1,7 juta pengikut di Instagram. Meski namanya warteg, menu yang ditawarkan sebenarnya hanya satu, yakni bulgogi ala Indonesia.

Bahan utamanya daging iris dengan bumbu menyerupai semur. Resep didapat dari kreasi Chef Arnold Poernomo, juri Master Chef Indonesia sekaligus rekan bisnis Gibran Rakabuming.

"Kita kebetulan dapat bantuan dari Chef Arnold, beliau yang bikinin karena kita pengennya memang membuat yang terbaik dengan nutrisi terbaik juga. Pokoknya enak deh, harus cobain," celoteh Edho saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (15/11/2019).

Warteg Gratis saat ini hanya buka antara Jumat, Sabtu, dan Minggu. Keterbatasan dapur umum lah yang menjadi alasannya. Ia mengaku timnya memanfaatkan fasilitas dapur milik kawan secara gratis.

"Dapur umumnya masih pinjam orang. Karena kalau hari biasa dipakai untuk usaha, makanya kita bisa pakainya di akhir pekan. Ke depannya sih pengen (buka) setiap hari dan jangkau lebih banyak orang," tuturnya.

Warteg Gratis beroperasi di sekitar Serpong dan Tangerang. Jangkauannya memang tak bisa jauh lantaran kondisi mobil yang dipakai sudah tua. "Setiap 20 menit sekali harus berhenti dulu biar mesinnya enggak kepanasan," ujarnya sembari tertawa.

Dalam sekali buka, ia menyediakan 200 porsi makanan. Biasanya hanya dalam dua jam, seluruh porsi yang tersedia ludes. Target utamanya adalah mahasiswa, warga umum yang membutuhkan, dan anak-anak panti asuhan.

"Kenapa mahasiswa, karena latar belakang saya dulu. Moga-moga yang saat ini sedang struggling, ke depannya mereka bisa membuka warteg gratis versi mereka sendiri," tuturnya.

Meski ada kata gratis, praktiknya tidak sepenuhnya gratis. Mereka yang merasa memiliki rezeki lebih bisa membayar sesukanya untuk mensubsidi silang orang-orang yang benar-benar tak mampu.

"Bisa pakai rupiah, dolar, dan doa," ucap Edho.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Teringat Masa SMAN

Ayah satu anak itu menerangkan, ide membuka warteg gratis adalah sebagai caranya membalas kebaikan yang diterimanya selama ini. Ia teringat saat awal menjadi perantau di Jakarta.

Saat itu, selama dua tahun tinggal di Ibu Kota, ia menumpang makan gratis pada seorang teman. "Waktu SMA tinggal di Jakarta sendirian," katanya.

Setelah hidup berkecukupan, ia merasa harus membantu orang lain. Namun, ia tak ingin bisnis warteg gratis tak bertahan lama. Maka itu, ia membuat konsep bayar suka-suka agar ada subsidi silang untuk kelanjutan operasional warteg setelah mempelajari pengalaman bisnis serupa sebelumnya. Ia juga membuka donasi lewat KitaBisa.com sehingga pemasukan lebih banyak.

"Kan sebenarnya banyak tuh warung makan yang nawarin makan gratis, tapi mereka nggak sustain. Dua tiga tahun tutup. Keluar duit terus, uang masuknya enggak ada," tuturnya.

Baru berjalan sekitar tiga bulan terakhir, sejauh ini warteg berjalan lancar. Namun, bukan berarti tak ada kendala. Masalah datang dari patroli Satpol PP yang tidak mengetahui keberadaan Warteg Gratis.

"Kendala kita kan lahan parkir ya. Kita kerja sama sama petugasnya kalau mau buka di sekitar kampus. Soalnya kalau enggak, bisa diusir," keluhnya.

Ke depan, ia sedang merancang cetak biru agar Warteg Gratis semakin banyak dibuka di berbagai tempat. "Supaya orang bisa niru konsep kita, modal yang dibutuhin apa aja, kaya gitu," tukas Edho.